Luar Biasa Prestasi Nonce Saman, 140 Kelompok Tani P3A Wita Waya Panen Perdana Padi di Papua Pegunungan!

Wamena, Papua – Pegunungan. Dua hari setelah Natal, 27 Desember 2024 menjadi hari tak terlupakan bagi warga Wamena, Papua Pegunungan.

Suasana damai Natal dipenuhi dengan semangat dan rasa syukur saat Kepala Balai Wilayah Sungai Papua Merauke Nonce Saman memimpin panen perdana padi bersama dengan 140 kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).

”Kegiatan ini bukan sekadar acara panen, tetapi juga menandai langkah awal bagi petani milenial di wilayah Papua Pegunungan untuk mengembangkan pertanian padi yang berkelanjutan danProduktif,” kata Nonce Saman.

Ia menjelaskan, di tengah tantangan yang ada, para petani menunjukkan komitmen dan dedikasi luar biasa dalam bertani, didukung oleh berbagai pihak termasuk BWS Papua Merauke dan DPR RI Komisi V.

Para petani dari kelompok P3A di kampung Arogolik, Distrik Wita Waya, Kabupaten Jayawijaya, telah memanfaatkan sistem pertanian sawah dan model tumpang sari dalam menanam padi. Bibit padi yang digunakan berasal dari Wamena, yang menunjukkan keterhubungan antar daerah dalam mendukung ketahanan pangan.

Nonce menyatakan bahwa panen perdana ini adalah hasil kerja keras selama tiga bulan penanaman.

“Puji Tuhan, tiga bulan tapi luar biasa, mereka sudah panen perdana. Kemarin. Ini adalah langkah awal yang menandai era baru bagi pertanian di Papua, di mana generasi muda dapat mengambil peran aktif dalam mengubah masa depan pertanian di daerah,” ungkapnya penuh rasa bangga.

Ia menegaskan, keberhasilan ini bukan hanya panen pertama, melainkan juga sebuah langkah strategis dalam membangun ketahanan pangan di Papua. Dengan luas lahan yang sudah dipanen mencapai 989 hektar dari total 1.734 hektar, Nonce Saman menekankan bahwa ada potensi lahan yang sangat besar—sekitar 7.790 hektar di seputaran lembah Baliem—yang siap untuk ditanami padi.

”Fakta ini menunjukkan bahwa dengan dukungan yang konsisten dari pemerintah, para petani milenial di Wita Waya dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk mencapai swasembada pangan,” kata Pembina Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) itu.

Nonce mengingatkan, meskipun keberhasilan panen perdana ini patut dirayakan, tantangan tetap membayangi para petani milenial. Menurut Nonce Saman, salah satu tantangan utama adalah perlunya perbaikan Daerah Aliran Sungai (DAS) Elokora yang berfungsi sebagai base flow untuk irigasi.

Tanpa sistem irigasi yang baik, keberlangsungan pertanian padi di daerah ini akan terancam. Selain itu, rehabilitasi Free Inteka dan jaringan irigasi Elokora juga menjadi prioritas untuk mendukung pertanian yang lebih efisien.

Selain infrastruktur, Nonce Saman mengatakan, petani juga membutuhkan alat pertanian modern serta pupuk yang memadai untuk meningkatkan produktivitas.

”Pembukaan lahan pertanian baru juga merupakan langkah penting untuk memperluas area tanam. Dengan dukungan yang tepat dan komitmen dari pemerintah, tantangan ini dapat diatasi sehingga para petani milenial dapat terus berkembang dan berinovasi,” tukasnya.

Dengan semua potensi yang dimiliki, Wamena berpeluang besar untuk menjadi model swasembada pangan di Indonesia. Petani milenial di daerah ini bukan hanya berfokus pada peningkatan produksi padi, tetapi juga berperan sebagai teladan bagi generasi muda Papua lainnya.

Mereka menunjukkan bahwa bertani adalah profesi yang menjanjikan dan bisa dilakukan dengan cara yang modern dan berkelanjutan.

Dalam konteks ini, penting bagi pemerintah untuk terus memberikan dukungan kepada petani, baik melalui penyediaan teknologi pertanian yang lebih baik, pelatihan, maupun akses ke pasar. Dengan upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait, petani milenial di Wita Waya dapat mengubah wajah pertanian di Papua dan berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.

“Keberhasilan panen perdana padi di Wita Waya adalah cerminan dari potensi besar yang dimiliki oleh petani milenial di Papua. Dengan dukungan yang tepat, mereka dapat menjadi pionir dalam menciptakan sistem pertanian yang produktif, berkelanjutan, dan mampu bersaing di tingkat nasional,” pungkasnya.

Foto:

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua Merauke yang juga pembina Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Nonce Saman, ST. MT.

Leave a Reply

Your email address will not be published.