Ayu, Jakarta, dan First-Time Job nya

Berpindah dari Surabaya ke Jakarta saat mendapat panggilan kerja pertama tak membuat Ayu berkecil hati. Senang susah tinggal di Jakarta sudah dijalani sembilan terakhir ini.

Wahyuningtyas Krisnawati Wibowo, sapannya Ayu. Lulus dari Departeman Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga dalam waktu 3,5 tahun. Awal 2024, belum wisuda pun, ia sudah lulus tes masuk kerja untuk jadi Guru Bahasa Inggris di EF English First (Swara Group) penempatan di Kreo, perbatasan Jakarta Selatan dan Kota Tangerang.

”Sebenarnya keterima kerjanya Februari tahun lalu, melalui wawancara jarak jauh. Tapi kan mesti nunggu wisuda dulu, jadi April baru berangkat,” kisahnya.

Kami berbincang di Ulik Coffee Roaster, tak jauh dari tempatnya mengajar, ditemani hazelnut latte tanpa gula dan hot fruit honey tea. Tidak pesan makan malam. “Tadi bawa bekal, belum habis. Biasa dimasakin di tempat kost,” ungkap Ayu, yang tinggal di sebuah komplek perumahan berjarak sekitar 1 kilometer dari lembaga kursus bahasa ternama itu.

Jalan Raya Ciledug itu memang salah satu pusat keramaian komuter yang berangkat dan pulang antara Tangerang Raya – Jakarta. Meski sudah disediakan jalur layang Trans Jakarta Koridor 13, tetap saja tak bisa membendung ribuan orang yang setiap hari kerja tetap memilih melaju dengan sepeda motor.

“Rame benar daerah sini ya,” kata sulung dari dua bersaudara pasangan Wahyudi Wibowo – Widowati Suwandi ini.

Sebulan awal bekerja, ia tak langsung mengajar di Ciledug. Ayu menjalani orientasi di kawasan Bumi Serpong Damai, yang sedikit lebih tenang dari situasinya saat ini. Pun demikian, tetap ada sisi positifnya. Karena kawasan ramai, begitu dibuka tahun lalu, kursus bahasa ini langsung diserbu banyak peminat.

”Muridnya sejak usia 3 tahun sampai dewasa,” cerita Ayu. Bayangkanlah mengajar bahasa asing anak kecil yang bahkan masuk sekolah saja belum, kesabaran level dewa seperti apa harus dimilikinya.

Empat bulan tinggal di ibu kota, lembaran sedih dialami saat terserang Demam Berdarah Dengue. Seminggu dirawat di rumah sakit dan dua pekan absen mengajar.

”Puji Tuhan, sekarang sudah sehat dan jauh lebih kuat. Kalau dilihat dari masa inkubasinya, tampaknya kena gigit nyamuknya saat jalan-jalan ke Jakarta,” terangnya.

Di masa libur mengajar dua hari dalam seminggu, Ayu kerap plesir mengitari Jakarta. Tempat favoritnya Perpustakaan dan Pusat Dokumen Sastra HB Jassin di Taman Ismail Marzuki, Cikini.

”Awalnya masuk Sastra Inggris karena pengen jadi penulis. Tapi akhirnya memilih ke peminatan lingusitik daripada literatur atau kajian budaya,” kata perempuan yang menuntaskan skripsi bertopik ‘Incorporating Translanguaging Teaching Strategy to Increase the Student’s Motivation for Speaking English’ dengan penelitian di SMAK YBPK Surabaya. Lulus dengan IPK 3,78.

Untuk memelihara minat penulisannya, Ayu punya weblog berisi curahan ceritanya. Dalam Bahasa Inggris tentu saja.

Kini, Ayu menjalani harinya dalam kehendak Tuhan. Menanti kontrak baru setelah evaluasi setahun, sembari menyimpan asa ke depan. Terlintas juga untuk melanjutkan studi ke jenjang master yang linier di bidangnya.

“Ya, kalau ambil S-2 harus di luar negeri dong,” harapnya, tersenyum manis.

God Bless Ayu, all the best for you, selamat terus merangkai hari dan masa depan. Kerasnya Jakarta akan bisa dilalui oleh mereka yang keras imannya dan rajin pula bekerja keras.

Leave a Reply

Your email address will not be published.