Menghadiri misa orangtua siswakelas XII SMA Kolese De Britto. Banyak insight menarik di sini.
Jumat, 21 Februari 2025 sore, berlangsung perayaan Ekaristi Persiapan Ujian Akhir Tahun Ajaran 2024/2025 dan Pertemuan Orang Tua para putra kelas XII SMA Kolese De Britto.
Misa di Kapel Santo Yohanes De Britto bersama dua Romo, yakni Romo Hugo Bayu Hadibowo, SJ dan Romo Herry Wijayanto SJ.

Seorang wali murid mewakili memberi sambutan. Ibu itu mengawali dan mengakhiri dengan berpantun,
“Para orangtua berangkat ke Jogja dengan transportasi bus,
Tidak terasa sebentar lagi anak anak kita lulus.
Jalan-jalan ke kota Blitar
Jangan lupa beli sukun
Kalau kalian ingin pintar
Jangan lupa belajar dengan tekun.”

Romo Hugo mengawali homili dengan memutarkan cuplikan video olahraga. Mereka yang seolah merasa kemenangan sudah di tangan, tapi ternyata lenyap di menit akhir. Atau perspektif sebaliknya, seperti sudah pasti kalah, tapi malah menang lewat ’keajaiban’ di detik pamungkas.
”Hati-hati dengan klaim kemenangan di menit-menit akhir.
Jangan turunkan standar anak-anak kita. Buat strategi agar tidak menurunkan standar, Jangan sampai kepleset di menit-menit akhir seperti video tadi, pastikan anak Anda ada di trek yang benar,” katanya.
Pamong dan Wakasek Kesiswaan SMA Kolese De Britto ini menambahkan, jangan cepat memvalidasi begitu diterima di perguruan tinggi, sampai Mei nanti benar-benar diumumkan kelulusan dari sekolah.
”Tak peduli dari posisi berapa kita mengawali start. Kalau konsisten, kita akan mencapai garis finis,” pungkas pria kelahiran 11 Agustus 1988 dari Paroki Santa Anna, Duren Sawit, Jakarta.
Ciri sebuah komunitas
Sementara itu, Kepala Sekolah FX. Catur Supatmono juga berbagi inspirasi dari hasil pertandingan yang berubah drastis. Kemenangan Manchester United 2-1 atas Bayern Munich di Final Liga Champions Eropa 1999. Kemenangan Liverpool atas AC Milan di Final Liga Champions Eropa 2005 setelah tertinggal 0-3. Dan ‘comeback’ Liverpool 4-3 atas Barcelona di Liga Champions 2019 setelah di putaran pertama kalah 0-3.
“Berjuang hingga menit akhir akan menjadi ciri sebuah komunitas. Seperti kisah Tuhan Yesus di Taman Getsemani. Kalau Yesus saat itu menyerah, hari ini kita tak akan ada di sini. Begitulah kalau Johannes de Britto menyerah menjelang hari akhir hidupnya, mungkin sekolah ini tak akan bernama Debritto. Karena ia setia sampai akhir, kita mengimani dan ia menjadi junjungan kita,” kata penggemar Liverpool dan PSIM Jogja itu.

Catur mengajak para orangtua untuk membantu anak-anak kita berjuang sampai akhir. ”Sehingga pada akhirnya orang-orang akan bertanya, ’Siapakah angkatan ini?’ Sekolah berharap anak-anak ini berjuang sampai akhir. Lulus dan menjadi pribadi terbaik versi mereka,” tegas Master Pendidikan Matematika alumnus Universitas Sanata Dharma ini.
Dalam sesi pertemuan dengan orangtua, Wali Kelas XII MIPA 5 Sanusi SH Murti banyak berkisah tentang pentingnya menemukan kekuatan dan citra diri pada para murid di usia remaja nan menentukan ini.




