Ada dua hal yang istimewa pada ibadah GMS Puri hari ini, Minggu, 23 Februari 2025.
Pertama, sejak hari ini jumlah ibadah di GMS Puri ditingkatkan. Dari lima kali ibadah jadi tujuh kali. Jam 9, 11, 13, 15, dan 17.
Kedua, gembala senior GMS Philip Mantofa datang melayani lima kali ibadah perdana itu.
Rangkaian kotbahnya diambil dari Kidung Agung. Saya datang di ibadah kedua, pukul 11 WIB. Temanya, Mawar, Bakung, Kismis dan ’Bukan Urusan Kalian’
Kidung Agung 2 1-7 jadi landasannya. Tentang sahut-sahutan Salomo dan isterinya, Gadis Sunem saat resepsi pernikahan mereka.
“Song of Solomon is not sensual book, but a spiritual book. Kitab Kidung Agunglah bukanlah buku yang sensual, tapi buku spiritual,” tegasnya di awal kotbah.
Sebagaimana mawar berduri di Israel tak istimewa kecuali karena ada kata berasal dari ‘Lembah Sharon’, maka “Jangan sampai kita itu merasa Istimewa. None of us a are special, only Jesus is.”
Philip menekankan, kita tak berhak berbangga diri, karena sesungguhnya tak ada seorang pun dari kita yang istimewa di hadapan Tuhan.
”Baik konglomerat atau melarat, kita ini pada dasarnya bak mawar berduri yang bobrok, bangkrut. Tuhan Yesus berfirman, di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa,” ulasnya.
Ia mengungkapkan, rata-rata manusia di dunia ini kalau tidak orang sombong, ya orang minder.
”Tak ada yang benar-benar di tengah, kecuali kalau kita sudah dipulihkan gambar diri kita. Orang yang ’humble’ itu smart, hidupmu akan diangkat. Pun kalau saat ini Anda mengalami masalah ekonomi ke bawah sedikit, itu tidak akan lama. Setiap masalah ada masa kadaluwarsa. Masalah itu biasa, Tuhan yang luar biasa,” ucapnya mengutip lirik lagu ‘Masalah Itu Biasa’ dari GMS ’Song of The East’.
Dalam kisah ini, sebagaimana Tuhan mencari kita, Salomo memilih perempuan pekerja, bukan ’barbie wife’. Ia mencari ’working wife’, perempuan yang aktif dan produktif, serta punya tujuan dalam hidup.
Pastor Philip melanjutkan, salah satu hal yang berbahaya di dunia ini yakni adanya virus atau ’spirit of entitlement’. Perasaan bahwa kita ‘berhak’.
”Orang yang punya mentalitas ‘entitlement’ itu bak Malin Kundang. Ia lupa dia siapa asal mulanya,” katanya.
Ia juga berpesan agar tak salah mewariskan sesuatu kepada anak-anak kita.
”Jangan izinkan ia punya ’mentalitas kemakmuran’. Mereka harus mengerti bahwa uang itu tidak tumbuh di atas pohon. Yang diwariskan adalah harta, tapi yang diturunkan adalah nilai kerajaan Allah. Kalau anak pegang harta tanpa berkat Allah, maka susah payah akan mengikutinya. Be wise my friend, wealth is not a guarantee,” terangnya.
Philip pun menekankan lagi pentingnya merendahkan hati. Barangsiapa merendahkan hati, akan diangkat oleh Tuhan, tapi barangsiapa meninggikan diri, Tuhan akan diam. ”Sampai engkau akan jatuh tergeletak, tanpa Tuhan menopang tanganmu,” ucapnya.
Kalau kita merendahkan hati, maka Ia akan melakukan interupsi ilahi untuk mengangkat kita. Ini karena Tuhan ’tak tahan’ menghadapi orang yang humble.
”Tuhan itu bisa main sesuai level kita. Kalau kita merendah, Ia akan merendah bersama kita, lalu ia akan merendahkan yang lainnya, sehingga engkau tinggi sendiri. Sebaliknya, pada orang yang meninggikan diri, ia akan meninggikan yang lain sampai sehebat dia sehingga orang itu kelihatan biasa. Orang sombong akan disalip kiri-kanannya oleh orang yang dia hina. Itu cara Tuhan merendahkan hati orang yang angkuh dan sombong,” urainya.
Kalau Anda lihat orang yang Anda hina, anda lihat ’look down’ dan remehkan, tiba-tiba jadi hebat, ketahuilah, berarti Tuhan kurang berkenan pada Anda.
”Tapi kalau orang yang menghinamu jadi biasa seperti kain usang, dan Anda tiba-tiba jadi luar biasa dan makin bersinar terang, itu berarti Tuhan berkenan pada Anda, karena Anda rendah hati dan Tuhan akan mengangkatmu,” tegasnya.
Selengkapnya di