Ibadah GMS Tangerang 23 Maret 2025: Dipilih di tengah Kerapuhan, Pdt Benny Wijaya.
Tidak harus sempurna untuk dipilih dan dipakai Tuhan. Ibadah ketujuh GMS Tangerang Living World, 23 Maret 2025 menjelaskan itu.
Berdasarkan I Korintus 1:26, Pendeta Benny Wijaya mendasarkan kotbah bertopik ‘Dipilih di tengah Kerapuhan’.
“Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.”
Sementara itu, mengutip Keluaran 4:10 dan I Samuel 16: 1, 6, 7, Benny mengajarkan bagaimana kisah Tuhan memilih Musa dan Daud di tengah segala keterbatasan mereka.
Beberapa poin penting disampaikannya:
- Setiap orang dapat memiliki 1001 keterbatasan, kelemahan, dan kerentanan. Namun untuk memilih ’bermental korban selamanya’ atau menang dengan ’keluar dari zona nyaman’ dibutuhkan keputusan untuk berpihak kepada rencana Tuhan di hidup anda
- Kerapuhan adalah jembatan ke sesama. ’Bersatu dalam kesamaan nasib’ atau ‘Bersatu untuk membangun sesuatu’ adalah pilihan setalah Anda di seberang jembatan.
- Kelemahan seringkali dianggap sebagai penghalang di dunia, tapi bersama Tuhan hal itu akan menjadi kekuatan
Pastor Benny mendefinisikan beberapa kelemahan yakni
kelemahan masa lalu, kelemahan fisik dan keterbatasan (seperti yang dialami Nick Vujicic), kelemahan emosional dan luka batin (seperti yang dialami Yusuf saat dibuang kakak-kakaknya ke sumur), kelemahan dalam keuangan dan hidup yang sukar (seperti yang dialami janda dari Sarfat), dan kelemahan dalam kemampuan dan pendidikan.
Ada beberapa tips untuk itu:
- Akui dan terima kelemahan dengan rendah hati
- Berjalan bersama komunitas iman
- Ubah kelemahan menjadi kesaksian dan kekuatan
- Tetap berproses dan bertumbuh dalam Tuhan
”Kalau Tuhan hanya memakai orang sempurna, kita semua sudah gagal sejak awal. Tapi nyatanya dia selalu memilih mereka yang rapuh. Jangan sibuk mencari alasan untuk mundur hanya karena merasa tak cukup. Justru retak yang kamu coba sembunyikan itu adalah celah yang Tuhan pakai untuk kemulianNya,” ungkapnya.

Beberapa pertanyaan refleksi disampaikan Pastor Benny:
- Saat menghadapi kesulitan, apakah saya lebih sering mengandalkan kekuatan sendiri atau berserah kepada Tuhan?
- Seberapa sering saya membawa kelemahan saya dalam doa dan mencari jawaban melalui Firman Tuhan?
- Apakah saya mengalami damai sejahtera ketika menyerahkan pergumulan kepada Tuhan, atau saya masih sering gelisah dan takut?
- Dalam keputusan penting, apakah saya lebih mengutamakan pemikiran pribadi atau mencari tuntutanan Tuhan terlebih dahulu?
Di akhir kotbah, Pendeta Benny berkata, ”Kamu melihat dirimu hancur, tetapi Tuhan melihat ladang subur untuk mujizat. Berhenti berlari berhenti menyembunyikan luka, biarkan Tuhan mengubahnya!’