Tradisi istimewa Tahun Yubileum. Berziarah ke sembilan Pintu Suci di sembilan paroki dari sembilan Dekanat Keuskupan Agung Jakarta. Pemberhentian kedua: Paroki Kalvari, Lubang Buaya, Bekasi
Pagi itu, bus meluncur menuju perhentian kedua. Dari Gereja Santo Stefanus, Cilandak, Jaksel, kami menuju Gereja Paroki Kalvari, Lubang Buaya, di perbatasan antara Jakarta Timur dan Kota Bekasi.
Masuk Tol Jakarta Outter Ring Road, dari TB Simatupang keluar di seputar Taman Mini Indonesia Indah. Terus ke arah Asrama Haji, Pondok Gede, melewati lokasi pembantaian Pahlawan Revolusi di Monumen Pancasila Sakti atau Museum Lubang Buaya, sampailah kami di Paroki Kalvari. Letaknya persis setelah gerbang batas Jaktim-Bekasi.

Gereja yang indah, terutama dengan Taman Doa Kalvari yang menakjubkan. Taman Doa ini juga sebagai sarana Jalan Salib, dengan diorama nan mengagumkan.
”Taman doa kami memang baru dibangun, bersamaan dengan pemberkatan gereja ini oleh Romo Uskup Suharyo,” kata Fabrianus Purnama, mahasiswa Unika Atma Jaya yang juga warga Paroki Kalvari.

Gereja ini digembalakan Romo Johan Ferdinand Wijshijer, Pr dan per Desember lalu mendapat pastur baru, Romo Gregorius Wilson, Pr. Dalam sejarahnya, tongkat kegembalaan beralih. Semula oleh para Jesuit lalu kepada Kongregasi Oblat Maria Immaculata (OMI). Sosok imam asal Australia, Romo Peter Subagyo, OMI adalah gembala yang paling populer melayani umat saat itu.
Tahun 2006, OMI menyerahkan kembali tongkat penggembalaan kepada KAJ. Uskup Agung Jakarta menyerahkannya kepada para imam projo.

Gedung gereja ini selesai terbangun setelah menanti selama lebih 33 tahun untuk memperjuangkan izin. Akhirnya, 14 September 2024 lalu, bangunan Gereja Katolik Kalvari berdiri kokoh di Jl. Masjid Al Umar, Lubang Buaya, Jakarta dengan misa pentahbisan dipimpin langsung Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo.
Cikal bakal Paroki Lubang Buaya merupakan pemekaran dari Paroki Robertus Bellarminus, Cililitan. Sejak dekade 80-an, Paroki Cililitan membeli tanah di sekitar area sekolah Santo Markus II sebagai persiapan rencana pengembangan paroki baru.

Memasuki tahun 1991, gagasan pemekaran paroki semakin menguat. Kala itu, data umat Paroki Cililitan menunjukkan jumlah umat Katolik di kawasan Pondok Gede mencapai angka 1.007 KK. Sementara jumlah umat Katolik di Paroki Cililitan “hanya” sebanyak 1.769 KK. Artinya, umat Katolik di Pondok Gede saja sudah melebihi 50 persen dari total jumlah umat yang ada di seluruh Paroki Cililitan.
Pada 1995, paroki ini resmi mekar dari Cililitan.

Cukup lama ibadah berlangsung di ‘gereja bedeng’ komplek sekolah Santo Markus. Kendala izin menjadi penyebab utama berlarut-larutnya pembangunan Gereja Kalvari di Lubang Buaya. Pihak Paroki kesulitan mengajukan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) karena kesediaan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di lahan milik paroki tidak mencukupi untuk membangun gereja.
Romo Paroki Lubang Buaya, Romo Johan Ferdinand Wijshijer, menjelaskan KDB di areal calon lokasi gereja hanya tersisa sekitar 5-10 persen karena adanya bangunan sekolah Santo Markus II yang sudah lebih dulu terbangun.

”Akhirnya, perjuangan gigih umat Kalvari berhasil meningkatkan KDB gereja hingga 40 persen. Setelah mendapatkan KDB yang dirasa mencukupi, perizinan IMB untuk pembangunan Gereja Kalvari dapat diusahakan,” kata Romo Fe, sapaan akrab Romo Paroki Lubang Buaya, dikutip Katolikana.
Pada 21 Desember 2021, peletakan batu pertama Gereja Kalvari dilakukan oleh Kardinal Suharyo bersama dengan Romo Fe dan Gubernur DKI Jakarta saat itu, Anies Baswedan.

Secara kebetulan, rentang waktu proses pembangunan Gereja Kalvari disebut-sebut memiliki kemiripan dengan rentang masa hidup Yesus di dunia. Yesus secara historis diperkirakan hidup selama 33 tahun sebelum akhirnya wafat karena disalibkan di puncak Kalvari atau Golgota.
Kardinal Suharyo, saat memimpin misa pemberkatan Gereja Katolik Kalvari, menyebut lamanya waktu perjuangan yang dibutuhkan umat Paroki Kalvari itu tidak sia-sia.

”Waktu ini bisa dimaknai sebagai waktu untuk belajar dan memahami bahwa rencana Tuhan yang akan indah pada waktunya,” kata Romo Kardinal.
Gereja Kalvari, Lubang Buaya, memiliki stasi Gereja Santa Catharina, yang berada di dalam kawasan Taman Mini Indonesia Indah, bersampingan dengan Masjid Pangeran Diponegoro dan Gereja Kristen Haleluya.
Terima kasih sudah menerima ziarah kami, Gereja Kalvari!
