Ada rumah makan khas lain di Pontianak. Menu unggulannya, nasi telur.
Siang itu, kami bertemu Ayong. Usianya 45 tahun. Mengaku jualan sejak 1996 atau saat kelas 2 SMA. ”Awalnya bantu-bantu Papa,” ungkapnya di lokasi kedainya: Jalan Putri Dara Nante, Sungai Bangkong, Pontianak.
Kumparan menulis, pemilihan nama ‘999’ mulai dikenalkan ke pengunjung pada 2007. Pada tahun inilah tempat berjualan nasi telur ini pindah dan berjualan di dalam gang sampai sekarang ini. Identitas ‘999’ pun dipilih oleh si pemilik tempat makan ini dengan mengambil nama merek obat maag 999 yang cukup terkenal di masa itu dan sering diiklankan di channel parabola.

Selain nasi telur, ada pula nasi goreng yang di sekilas tidak berbeda dengan nasi goreng umumnya, menggunakan kecap dan ditambahkan sayuran sawi dan juga tauge. Tapi jika diperhatikan benar-benar ada tambahan lainnya lagi yaitu ebi. Untuk ebinya ini sudah diblender menjadi tekstur yang lebih halus dan ditambahkan saat nasi digoreng.
Perpaduan aroma wangi nasi goreng ditambah aroma khas dari ebi ini sungguh amat memikat. Seporsinya dibanderol mulai dari harga Rp 13.000. Ciri khas dari Nasi Goreng Ayong ini sedikit berminyak, butir-butir nasinya terpisah satu sama lain dan tidak menggumpal, kalau mau bisa request porsi jumbo dengan hanya menambah Rp 3.000 lagi saja. Telur goreng itu wajib ditambahkan untuk nasi goreng, karena nasi goreng tanpa telur itu rasanya pasti separuh hampa.

Para pengunjung nyaris tak pernah berhenti mengalir datang. Usai berfoto, saya bertanya kepada Ayong, “Apa resepnya kok usahanya jadi selaris ini?”
Dengan rendah hati, pria berewok yang lebih terampil di depan penggorengan daripada bicara itu berkata, “Berkat kawan-kawan saja.”





