Hidup Jalan di Tempat karena Mulut Banyak Menggerutu

Ibadah ketiga GMS Puri hari ini mengangkat topik, betapa mulut yang tidak beres kerap menghambat berkat untuk kita.

Tema besar ibadah, Minggu, 25 Mei 2025: Reset Hati Pulihkan Visi. Dibawakan Pdm Andi Hendrawan dari GMS Bekasi. Fokus di ibadah jam 13 ini, hidup kita kerap terasa jalan di tempat karena mulut tidak beres, alias terlalu banyak menggerutu.

”Kalau fokus kita menyenangkan Tuhan dalam pekerjaan, percayalah berkat Tuhan akan ada, bahkan di luar yang kita pikirkan. Hanya saja, kadang bukan iblis yang menghambat kita untuk mendapat berkat itu, tapi mulutmu sendiri,” jelasnya.

Andi Hendrawan mengatakan, dengan sering menggerutu, maka akibat omongan kita sendiri itu, hidup kita pun jadi ’stuck’.

Sikap umat Israel dalam Bilangan 14 2-4 menjadi pelajaran berarti, betapa mulut mereka merusak masa depan mereka.

”Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini!

Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anakl  kami menjadi tawanan? 

Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?

Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: “Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir. 

Sekali lagi, gerutu adalah bentuk ketidakpercayaan kepada Tuhan .

Mengapa Tuhan menganggap gerutu sebagai dosa serius?

  1. Menggerutu = Menganggap Tuhan tidak cukup baik. Tapi syukur lahir dari hati yang percaya bahwa Tuhan akan selalu memenuhi kebutuhan kita.

Tuhan mengajar kita, tapi gara-gara kita selalu menggerutu, maka kita terus jatuh dan tak bisa bangkit.

Tuhan selalu memberi kita tepat pada waktunya apa yang kita butuhkan. Sebagaimana Tuhan memberi Israel roti manna tiap pagi, tapi kemudoan orang Israel justru merasa bosan, tak bersyukur sudah mendapat makan di padang gurun, tapi malah mengeluh.

  • Menggerutu = Mengkritik cara Tuhan. Menggerutu bukan cuma protes situasi, tapi memprotes cara Tuhan memimpin, dan itu menunjukkan kesombongan kita.
  • Menggerutu = mengizinkan ketakutan kita berbicara lebih lantang daripada iman kita.

Bilangan 13:32-33 tentang laporan kesepuluh pengintai, ”Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakanpenduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya.

Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enakyang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang,fdan demikian juga mereka terhadap kami.”

Itu bukan laporan fakta tapi ketakutan yang mengalahkan iman. Israel kalah bukan karena musuh lebih kuat, tapi ketakutan yang lebih besar daripada iman.

Ingat, mulut kita bisa menabur kutuk atas diri kita.

”Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.”

Amsal 18 21

Kalau kita menggemakan diri kita sukses, maka kita akan sukses, begitupula sebaliknya.

”Seharusnya kamu sudah masuk tempat lain. Tapi karena mulutmu, kamu masih berputar-putar di padang gurun. Kalau mau hidup lebih maju, atur kata-kata Anda. Gunakan kata-kata lebih bijak,” ujarnya.

Ganti gerutu dengan deklarasi

  1. Sadari Polanya, kapan mulai mengeluh
  2. Stop Dulu Sebelum Keluar
  3. Ganti dengan deklarasi Firman

”Aduh tak ada jalan keluar lagi, buntu hidupku,” ganti dengan

”Tuhan membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara,” sesuai Yesaya 43:19.

“Bibir kita harus seirama dengan hati yang percaya. Bukan iblis yang menghambat Anda sukses tapi mulut Anda yang sedikit-dikit berkata negatif dan mengeluh. Jaga perkataan, dan alami kemenangan demi kenangan dalam hidup,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.