Mengantre Perkedel Bondon di Stasiun Bandung

Pada suatu malam nan basah di kota Bandung. Perkedel Bondon menjadi tujuan untuk mencari yang khas dari kota ini. Buka 24 jam, ramai di atas jam 10 malam, setelah perkedel legendaris mulai digoreng.

Apa sih nikmatnya perkedel? Makanan ringan dari kentang sebagai teman menu utama. Tapi, di Bandung, makan perkedel harus mengantre. Dari yang panas ngepul sudah langsung diorder. Harganya Rp 2.500 per biji perkedel.

“Memang ramainya baru saat malam hari. Apalagi kalau musim main bola malam seperti Piala Dunia, wah, orang sekali beli bisa ratusan biji,” kata Indra Mulyana, kawan yang malam itu memperkenalkan tempat kuliner ikonik ikonik ini.

Warungnya sederhana, sebagaimana warteg atau warsun lain. Tak jauh dari Sate Hadori, yang juga berada di kawasan Stasiun Selatan Bandung. Bedanya, Perkedel Bondon yang ada sejak 1980 ini ada di Stasiun Timur nomor 26, menempati kios sederhana di antara jejeran kios lainnya.

Detikcom menulis, bagian dalam perkedel kentang ini sangat lembut. Kentangnya tak halus sempurna. Pada beberapa bagian, kami masih mendapati bongkahan kentang yang agak besar, namun tetap lembut.

Cita rasa dominannya gurih, malah menurut kami seperti gurih mentega (buttery). Mungkin ini karena pemakaian jenis kentang khusus pada Perkedel Bondon. Jejak bumbu lain yang terasa adalah bumbu minimalis seperti garam dan lada.

Perkedel Bondon disajikan dengan sambal merah. Teksturnya agak cair dan merupakan jenis sambal terasi yang aroma dan rasa terasinya cukup tajam.

Selain dimakan langsung, Perkedel Bondon juga diperuntukkan sebagai bagian lauk dari nasi hangat yang juga dijual di sana. Ada juga lauk pauk lain khas nasi rames.

”Mengenai asal-usul nama ‘Bondon’ konon karena tempat makan ini buka malam hari. Nikmatnya perkedel kerap menjadi langganan bondon, yang dalam bahasa Sunda merujuk pada wanita pekerja seks komersial,” ungkap Indra lagi.

Bondo, akronim dari boneka donto, istilah yang populer di Bandung era 80-90 an yang artinya ‘boneka montok’, berkonotasi perempuan yang bisa diajak berhubungan seks.

Iringan pengamen bersuara serak menemani kami malam itu. Lagu ’Heaven Help Us’ dari Bon Jovi jadi pilihannya.

“Heaven help the child who never had a home,

Heaven help the girl who walks the street alone

Heaven help the roses if the bombs begin to fall,

Heaven help us all…”

Jangan khawatir, kalau tak sabar menanti perkedel digoreng dan diantre begitu banyak pelanggan -termasuk di tengah gerimis Bandung malam itu- Anda bisa pesan makan seperti di Warung Sunda umumnya. Ada nasi, lodeh, dadar telur, bakwan jagung, dan dendeng nan istimewa. Jangan lupa, habiskan malam di Perkedel Bondo. Tetap asyik meski tanpa boneka dontonya…

Leave a Reply

Your email address will not be published.