Makan ekstrem lagi. Bolehlah, asal tak terlalu sering.
Pernah menulis makan ular di Pasar Lama Tangerang. Ternyata, saat jalan sore keluar penginapan Hotel Ciputra, Simpang Lima, Semarang, ada juga kuliner serupa di Kota Atlas ini.
Tak jauh dari RS Telogorejo. Maka, jadilah bermalam minggu sendiri di warung tenda milik Pak Budi.

Bedanya di Tangerang, di sini daging ularnya sudah siap goreng. Sementara di Pasar Lama, kita menyaksikan sendiri bagaimana kobra yang masih hidup ’dikepret’, dikuliti dan diambil darah serta empedunya.
“Ada khusus yang mensupplai daging ular ini,” kisah Budi yang membuka usahanya di awal masa pandemi Covid.

Harganya sangat terjangkau, seporsi hanya Rp 27 ribu. Terdiri dari beberapa potong daging mirip potongan bebek. Lalu ada juga khusus seporsi hati ular. Kira-kira Rp 15 ribu harganya.
Untuk ketahanan tubuh, saya ditawari empedu ular. Bentuknya mirip biji jeruk. Ditelan, disertai madu, dan digerojok air putih.

“Biasanya Rp 30 ribu sebiji empedu,” katanya. Karena menganggap saya pelanggan baru, maka saya dapat 30 ribu untuk dua biji.
Terima kasih malam minggu bersama daging kobra di Semarang.

