Berkenalan dan belajar dari Janto, seorang pelari yang bangkit dari jalan hidup bak roller coaster.
Sebagai pelari yang berkompetisi di kategori ‘master’ -alias usia 40 tahun ke atas, banyak orang heran dan kagum. “Bagaimana mungkin Anda bisa meraih podium juara, sementara Anda seorang vegetarian. Bukannya vegan akan melemahkan tubuh yang perlu nutrisi untuk olahraga kompetitif seperti ini?”
Ternyata sudah 15 tahun ini, Janto memperkenalkan gaya hidup sehat yang diberi titel ’New Start’. Delapan elemen atau obat alamiah yang menjadi mata rantai untuk kesehatan tubuh kita.

”Tidak berarti kita makan sehat otomatis kita punya kesehatan prima. Tidak berarti kita tidak merokok, pasti sehat,” ungkapnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
NEW START, merupakan kependekan dari
Pertama, Nutrition (Nutrisi)
Tubuh memerlukan nutrisi yang tepat dan seimbang dari makanan kita agar seluruh organ dan sistem di dalam tubuh dapat berfungsi dengan baik. Kandungan nutrisi lengkap terdiri dari karbohidrat, vitamin, mineral, lemak, protein, dan serat.
”Caranya, makan makanan dengan nutrisi lengkap, memasak makanan dengan benar, dan menghindari makanan yang digoreng atau mengandung gula putih, tepung putih, dan pengawet,” kata pria 55 tahun itu.

Kedua, Exercise (Olahraga)
Manfaatnya, menguatkan otot dan tulang, mencegah banyak penyakit berbahaya, meningkatkan fungsi kekebalan, dan masih banyak lagi.
Caranya, Olahraga dapat dimulai dengan berjalan kaki sekitar 30 menit setiap hari di alam terbuka dengan udara segar. Meski terdengar kecil, namun ini adalah olahraga yang bermanfaat untuk pemula.
”Harus dibedakan antara kegiatan keseharian, seperti jalan kaki ketika menuju tempat kerja, dan menyediakan waktu yang benar-benar khusus untuk berolahraga. Bagaimana kita mengeluarkan keringat antara 20-30 menit,” urainya.

Ia mematahkan mitos, bahwa makin tua harus makin banyak istirahat. ”Justru makin tua, massa otot berkurang. Kita harus makin aktif gerak tangan, termasuk angkat barbel. Juga melatih otot jantung dan mengikis lemak-lemak dalam tubuh,” jelasnya.
Ketiga, Water (Air)
Kegunaan, melancarkan pencernaan, pengatur suhu tubuh, alat pengangkut bahan-bahan gizi dan pembuangan bahan-bahan sisa, dan lainnya.
Harus Diperhatikan, sekitar 65-75% dari tubuh manusia terdiri dari air, 85% pada sel otak, 82% pada darah, 75% pada otot, dan 25% pada tulang.
”Minumlah air minimal sekitar dua liter setiap harinya. Minuman terbaik tetap air putih,” tegasnya.
Kekurangan air dapat mengakibatkan sembelit, sakit kepala, dehidrasi, bahkan masih banyak lagi. Tapi, waktu minum juga harus diatur sedemikian mungkin. Jangan sampai malah memperberat usus bekerja, misalnya minum berlebihan jelang tidur malam.

Keempat, Sunshine (Sinar matahari)
Manfaatnya, memberi vitamin D, membunuh kuman dan bakteri, menguatkan tulang dan system kekebalan, dan masih banyak lainnya.
Fungsinya sebagai sumber cahaya utama yang membantu segala proses kehidupan di bumi dan juga satu dari sekian banyak obat alami yang telah diciptakan oleh Tuhan.
”Tiap hari kita butuh sinar matahari secara langsung 15-20 menit. Kalau kita berolahraga di luar, bisa dapat banyak elemen sekaligus,” terangnya.
Kelima, Temperance (Pengendalian diri)
Hindari segala sesuatu yang membahayakan diri dan menggunakan dengan cukup dan bijaksana hal yang menyehatkan. Pengendalian diri juga berarti tentang emosi kita, mengatur waktu, dan penggunaan uang.
Contohnya, istirahat dan beraktivitas secukupnya, berolahraga dengan rutin, menghindari makan cemilan terlalu banyak, dan lain sebagainya.
Ini bukan soal agama, tapi lebih kepada pengendalian diri pada banyak hal. “Misal, jangan terus memaksakan makanan masuk. Termasuk hindari stres, overthinking. Hati yang gembira adalah obat paling manjur,” jabarnya.
Keenam, Air (Udara)
Penting untuk memenuhi kebutuhan oksigen, meningkatkan fungsi kerja otak dan paru-paru, meningkatkan system pertahanan tubuh, dan lain-lain.
Udara yang segar dapat memberi hidup yang sehat. Berolahraga di pagi hari dan bernapas panjang di pagi hari dengan udara segar dapat memberi banyak manfaat. Namun, kita harus menghirup udara yang segar, bukan yang berpolusi.
“Dengan menghirup udara bersih, segala rasa capek akan hilang. Tubuh ini butuh antioksidan dari udara bersih. Sekali tiap akhir pekan, jalanlah ke daerah yang berhawa segar,” sarannya.
Ketujuh, Rest (Istirahat)
Tubuh perlu pemulihan kesegaran fisik dan mental. Memberi rasa segar dan memperbaki kualitas hidup, saat untuk pemulihan dan penggantian sel-sel tubuh yang rusak.
”Jangan paksakan kerja di waktu malam. Jam sepuluh malam sampai dua pagi seharusnya kita tertidur lelap. Di situlah tubuh ini melakukan recovery secara maksimal. Kalau bisa pun tanpa cahaya sama sekali,” ucapnya.
Keletihan adalah ciri manusia modern oleh karena perlombaan hidup dan kesenangan hidup. Kurangnya istirahat dapat menjadi salah satu pemicu dari berbagai macam penyakit.
Kedelapan, Trust in God (Percaya pada Tuhan)
Kesehatan mental dan spiritual memegang peran penting dalam kehidupan kita. Miliki perasaan damai dan bahagia, selalu dilindungi dan diberkati Tuhan, dan masih sangat banyak lagi.
Jika kita tidak mengandalkan dan percaya kepada Tuhan, semuanya hanya sia-sia. Bagaimanapun, Tuhan telah memberi kita kehidupan dan sudah sewajibnya kita menjaga baik-baik kesehatan kita.
”Kalau kita sudah melakukan delapan mata rantai tadi, bisa dibilang kita ’superpower’,” ungkapnya.
Naik Turun Kehidupan
Sehari-hari, Janto tinggal di bersama hembusan sejuk udara lereng lereng Gunung Kawi. Ia rutin berlatih lari di komplek perumahan yang berada di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur itu.
Dikutip dari tulisan Rossi Rahardjo di Pojok Banua, di kompleks perumahan itulah Janto setiap hari berlatih sekaligus menjaga kondisinya agar tetap sehat. Usai menuntaskan lari sejauh 13 km, Janto menunjukkan jam digital di pergelangan tangan kirinya. Tertera angka 70 untuk VO2 max dan 121 untuk Heart Rate. Itulah aktivitas harian Janto yang dalam enam bulan di tahun 2025 ini sudah mencapai delapan podium lomba lari tingkat nasional.
Lahir di Cirebon, 13 Juni 1970, Janto bukanlah atlet profesional. Dia hanya orang biasa yang tergabung dalam komunitas vegan runner. Di rumah sederhanya di lereng Gunung Kawi, tepatnya di Kawi Farm, Jeteng, Desa Durenan, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Janto mengisahkan bagaimana dia bisa berada di titik ini.

Kawasan Kawi Farm hanya dihuni oleh 13 keluarga dengan 5 keluarga di antaranya menetap di sana, sementara sisanya hanya sesekali singgah di rumahnya. Tidak ada listrik PLN di sana. Janto dan tetangganya menggunakan solar panel kecil untuk mendapatkan listrik dari sinar matahari. Listrik hanya dipakai untuk penerangan dan mengisi baterei ponsel. Sesekali dipakai untuk mesin cuci dan setrika pakaian.
Sembari memandang pepohonan pinus yang tampak dari teras rumahnya, Janto seolah memutar ingatannya. Masa lalu yang menyedihkan sekelebat terlintas di matanya. Awal tahun 2004, Janto divonis lumpuh total atau cacat seumur hidup oleh dokter. Kehidupan Janto di tahun itu sedang berada di puncak. Bisnisnya di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sedang di atas. Tapi ada yang salah dengan pola hidup Janto.
“Saya waktu itu suka sekali makan gorengan, jerohan, lemak. Minumnya soft drink bersoda, minuman berenergi yang tinggi gula,” ungkapnya sambil tersenyum mengingat masa-masa itu.
Namun bukan itu satu-satunya penyebab kelumpuhan Janto. Sebagai mania olahraga, Janto mengaku overtraining. Dalam sehari, Janto bisa bermain bulu tangkis di pagi hari hingga menjelang siang dan dilanjutkan pada sore hingga malam hari. Mainnya bisa berset-set.
“Saya suka sekali bermain bulu tangkis. Pagi main, sore sampai malam bisa main lain. Asupan makanan ngawur, istirahat kurang. Itu awal petaka sampai saya lumpuh,” kata Janto.
Tiba-tiba pada suatu hari pascamain bulu tangkis, kaki kanan Janto merasa seperti mati rasa, ototnya tertarik dan beberapa jari kaki kanannya tidak bisa digerakkan. Tidak berapa lama, kaki kirinya mengalami kondisi serupa. Awalnya Janto berpikir itu hanya kelelahan biasa hingga beberapa hari kemudian kaki Janto benar-benar tidak bisa digerakkan.
“Kata dokter ada syaraf yang kejepit di bagian lumbal 1, lumbal 2, dan lumbal 3 serta tulang ekor S1 dan S2. Saya divonis lumpuh total atau kalau bisa sembuh akan cacat seumur hidup tidak bisa berjalan normal,” imbuhnya sembari berkaca-kaca.
Berbagai upaya pengobatan dilakukan. Mulai dari cara medis hingga pengobatan tradisional. Bahkan upaya pengobatan berbau magic juga dilakukan Janto. Tapi semuanya berakhir tanpa hasil. Nihil. Janto tetap lumpuh. Keputusasaan mulai hadir dan ketidakpercayaan diri mulai menggerogoti Janto.
Hampir setahun dalam keputusasaan, pada akhir tahun 2004 seorang teman mengajak Janto berobat ke Salatiga. Janto diterapi oleh seorang tabib sinshe dengan metode akupuntur menggunakan totok jari di bagian bokong dan pinggul. Ini menjadi titik balik bagi kehidupan Janto.
Janto mengisahkan, “Tabib itu tidak menggunakan jarum. Dia hanya menusuk-nusuk bokong dan pinggul saya dengan jarinya. Dia pakai ilmu tanaga dalam karena rasanya sakit dan kulit yang ditusuk dengan jarinya itu langsung gosong dan rasanya panas serta sakit sekali di bagian yang ditotok dengan jari.”

“Terapi pertama, jari kaki saya langsung bisa bergerak. Terapi kedua, kaki saya keseluruhan bisa digoyang-goyangkan. Terapi ketiga saya disuruh lari dan saya ternyata bisa berlari seperti orang normal. Puji Tuhan! Sejak saat itu saya bersumpah akan mengabdikan hidup saya di jalan Tuhan,” lanjutnya.
Hidup Janto dan Inge, istrinya, kembali normal. Mereka beraktivitas seperti biasa, melanjutkan bisnis alat-alat bangunan di Lumajang. Namun Janto dan Inge merasa ada yang kurang dengan kehidupan mereka. Ada rasa hampa dalam keluarga mereka. Pasangan ini belum dikaruniai anak sejak pernikahan di tahun 2001. Ada suatu masalah pada rahim Inge. Dokter kandungan menjatuhkan vonis mereka tidak akan bisa memiliki keturunan kecuali dengan cara bayi tabung.
Demi kehadiran si buah hati dalam kehidupan rumah tangganya, akhir 2010, Janto dan Inge memutuskan melakukan program bayi tabung hingga lahirlah dua puteri kembar mereka di tahun 2011. Merasa cukup dengan kehadiran dua puterinya, Janto dan Inge berinisiatif melakukan KB steril. Namun dokter mengatakan bahwa mereka tidak perlu melakukan KB karena kondisi rahim Inge sudah mengalami KB alami.
Keajaiban Tuhan berbicara. Inge yang divonis tidak bisa hamil secara normal ternyata bisa mengandung. Lahirnya anak ketiga mereka di tahun 2014, disusul anak keempat mereka pada tahun 2016. Keduanya berjenis kelamin laki-laki. Dari divonis tidak bisa memiliki anak dengan cara normal, Janto dan Inge akhirnya memiliki empat orang anak.
Keputusan Ekstrem
Janto merasa kebaikan Tuhan kepadanya sungguh luar biasa. Pasca kelahiran anak keempatnya, Janto memutuskan untuk “hijrah”. Dia mengabdikan diri untuk melakukan pelayanan kepada Tuhan dengan cara mendekatkan diri dengan alam. Meninggalkan semua kemewahan dan bisnis yang sudah dirintisnya sedari nol di Lumajang untuk berpindah tempat tinggal di lereng Gunung Kawi. Keputusan ini didukung oleh Inge, meski mendapat pertentangan dari keluarga besar Janto dan Inge. Juga kawan-kawan mereka yang mempertanyakan keputusan tersebut.
Tahun 2017, Janto membeli lahan di Desa Durenan, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Bukan di perkampungan desa, tetapi lokasinya jauh di atas. Naik beberapa ratus meter dari perkampungan desa ke arah puncak Gunung Kawi. Janto pelan-pelan membangun rumah kecil di sana. Tidak ada yang tinggal di sana sebelumnya. Janto lah yang memulainya. Sampai akhirnya kini ada 13 keluarga memiliki rumah di sana.
Setelah rumahnya jadi, Janto mengajak Inge dan keempat anaknya untuk tinggal di sana sejak 2019. Menyepi, sendiri, tanpa tetangga, tanpa listrik, dan hanya bergumul dengan hutan pinus, suara jangkrik, dan suara angin yang mencumbu daun-daun pepohonan di sekitar rumahnya. Janto dan Inge juga memutuskan untuk tidak lagi mengonsumsi nasi, tepung, gula, garam putih, dan makanan bernyawa alias menjadi vegetarian. Anak-anaknya pun terpaksa mengikuti orang tuanya menjadi vegetarian.
Di lahan seluas sekira 3 hektare di kawasan yang pada akhirnya diberi nama Kawi Farm itu, Janto menanam tanaman produktif untuk dikonsumsi oleh keluarganya. Pisang, pepaya, jeruk, singkong, ubi, talas, kentang, bayam, selada, kacang panjang, lidah buaya, cabai, jahe, kencur, kunyit, dan lainnya. Meski vegetarian, Janto juga memelihara beberapa ekor ayam yang diambil telurnya untuk dijual. Setiap hari hasil berkebun itulah yang dikonsumsi oleh Janto dan keluarganya dengan cara direbus atau dikukus. Sampai hari ini.
Keputusan Janto dianggap ekstrem dan di luar nalar. Tidak sedikit orang menganggap Janto sudah sakit jiwa dengan hidup di atas gunung dengan tetangga yang terbatas, tanpa listrik, vegetarian, dan mengurangi ketergantungan terhadap gaya hidup modern.
Vegan Runner
Selain memutuskan menjadi vegetarian, sejak tinggal di Kawi Farm, Janto juga mulai menemukan hobi baru, yakni berlari. Mulanya aktivitas lari itu hanya untuk menjaga kesehatan tubuh. Janto tidak memiliki ambisi apa pun. Hanya ingin sehat, itu saja alasannya.
Perlahan Janto menemukan kawan-kawan baru yang memiliki hobi dan kebiasaan sama. Janto dipertemukan dengan orang-orang vegetarian yang menyukai olahraga lari. Berawal dari kesamaan hobi dan pola hidup vegetarian ini, Janto dan beberapa kawan mendirikan komunitas Vegan Runner pada 27 Juni 2024.
Sejak itu gaya hidup Janto benar-benar berubah. Janto menerapkan pola hidup sehat yang diberi nama NEW START.
Pola hidup sehat NEW START ini pula yang berhasil membawa Janto akrab dengan podium kejuaraan lari tingkat nasional. Sepanjang tahun 2025 ini saja (hingga awal Juli), Janto sudah berhasil delapan kali naik podium nomor 10K (10 km) dan Half Marathon (21,0975 km). Juara pertama di One Run 10K kategori Master B yang digelar dalam rangka memperingati HUT TV One menjadi salah satu podium berkesan bagi Janto.
“Selain hadiahnya yang tergolong besar, saya berhasil mencatatkan waktu 38 menit 44 detik dengan pace 3:53 menit per kilometer. Dari seluruh kategori runner pria, saya finish ke-18 baik untuk kategori 10K Nasional (umum), Master A (40-49 tahun) dan Master B (50-59 tahun),” bangganya.
Sejak mendirikan komunitas vegan runner, 2024 silam, Janto sudah belasan kali mencapai podium kejuaraan lari di nomor 5K, 10K, dan Half Marathon. Dia pun membagikan resep bagaimana bisa prima di sepanjang lintasan lari tersebut, yakni Pola Hidup Sehat NEW STAR. Janto berhasil membuktikan bahwa seorang vegetarian juga bisa memiliki tubuh sehat dan mampu bersaing secara prestasi dengan orang-orang yang mengonsumsi protein dan lemak hewani.

“Setiap turun podium usai menerima penghargaan dan hadiah banyak orang yang bertanya, apa resepnya di usia 55 tahun bisa memiliki stamina kuat dan mampu berlari dengan pace serta heart rate rendah? Saya jawab resepnya Pola Hidup Sehat NEW START. Bahkan di sela acara-acara lomba lari saya selalu membagikan notes kecil yang berisi program-program Pola Hidup Sehat NEW START,” jelas Janto.
Janto memiliki keinginan Pola Hidup Sehat NEW START ini bisa diduplikasi oleh semua orang agar masyarakat Indonesia sehat secara jasmani dan rohani. Baginya, kesehatan itu yang utama, sementara prestasi podium adalah bonus dari pola hidup sehatnya. Pengalaman mengalami kelumpuhan 21 tahun lalu seolah menjadi pelajaran berharga untuk Janto yang tidak ingin orang lain mengalami nasib serupa dirinya kala itu.
Dia pun dengan tangan terbuka siap menerima siapa saja yang ingin mengatahui lebih detail tentang program Pola Hidup Sehat NEW START itu. ”Silakan bagi siapa saja yang ingin tahu detail Pola Hidup Sehat NEW START bisa menghubungi saya di nomor telepon dan WhatsApp 0822 3356 2323. Saya dengan tangan terbuka akan membagi resep saya ini,” kata Janto.
Janto masih memiliki keinginan, yakni tampil di nomor Marathon (42,195 km). Terdekat, Janto akan mengikuti Garmin Run Indonesia 2025 yang merupakan bagian dari Garmin Run Asia Series pada 14 September 2025 di ICE BSD, Tangerang. Janto juga kerap menjadi narasumber sebuah acara seminar tentang pola hidup sehat di Jakarta. Lagi-lagi, ayah empat ini berkampanye tentang Pola Hidup Sehat NEW START.
