Ibadah GMS Alam Sutera, 21 September 2025, 11.00 WIB. Dilayani Pastor Andreas Nawawi. Temanya: Unhidden light, A light that can not be hidden.
Firman Tuhan berdasarkan Matius 5:14-16
“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Menjadi garam dan terang merupakan panggilan, amanah, tugas, dan tanggung jawab yang tidak main-main.

“Tidak ada orang membeli lampu lalu menyimpannya di lemari. Juga tidak ada orang yang menyalakan lampu dan menaruhnya di bawah ranjang,” jelasnya.
Begitu menyalakan lampu, maka kegelapan pasti hilang. Sebaliknya, kalau lampu itu tidak nyala, akan dibuang di tempat sampah. Persis seperti garam, kalau asin, akan berada di tempat tinggi di atas meja. Sebaliknya, kalau tak asin, ia akan dibuang dan diinjak-injak orang.
Cara untuk tetap bersinar yakni, ”Melekat pada Tuhan. Karena terang yang asli ada pada Tuhan Kita hanya tempelannya. Tak ada yang bisa menghalangi sinarNya.”

Secara khusus disampaikan pesan, jangan mundur kalau belum waktunya mundur. Hidup kita di tangan Tuhan. Ia menyatakan bahwa kita akan jadi kepala dan tak jadi ekor, Ulangan 28:13.
”Satu-satunya yang membuat kita gagal di hadapan Tuhan, yakni kalau kita mundur, seperti kisah Matius 25:25, orang yang mennyingkir dan menyembunyikan terang (talenta) dalam tanah, hanya karena takut,” jelasnya.
Ada empat macam takut di dunia ini.
Pertama, Phobos takut karena bersalah berdosa
Dari sini lahir kata phobia. Di Jepang, kini dikenal orang-orang hikomori yang anti sosial. Fenomena sosial dan kondisi psikologis di mana seseorang menarik diri secara ekstrem dari interaksi sosial, mengisolasi diri di rumah, dan menghindari semua bentuk kontak sosial selama enam bulan atau lebih.
Kedua, Exphobis, panik. Takut karena malu, gagal atau takut gagal.
Ketiga, Deilia, takut yang tak jelas. Takut kata orang
Takut gagal, takut masa depan, takut tidak menikah
Keempat, Phobeo. Ini takut yang baik, takut dan gentar akan Tuhan. Membuat kita hormat dan taat kepadaNya. Sebagaimana Musa takut dan melepas kasustnya saat melihat semak menyala. ”Itu takut yang seharusnya kita miliki,” tegasnya.
Andreas Nawawi mengungkapkan, sekarang waktunya menyenangkan hati Tuhan. ”Caranya, bersinarlah. Janganlah rasa takutmu merebut hak itu,” pungkasnya.
