GMS Jogja 5 Oktober: Jenderal-Jenderal Iman, Bergaul dengan Allah -Henokh dan Smith Wigglesworth

Ibadah pekan pertama GMS menghadirkan Pastor Philip Mantofa dalam streaming ke seluruh gereja. Mengikutinya dari lantai 3 Pakuwon Mal, Ring Road Utara, Condongcatur, Sleman, kali pertama hadir di GMS Yogyakarta.

Seluruh ibadah tentang series ‘Jenderal-Jenderal Iman’ didasarkan pada Ibrani 11:1-2.

“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkandan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita.” 

Dari para jendera iman, Pastor Philip mengenang iman mereka tulus, genuine. Meski sebagian berhasil, Sebagian juga gagal, tapi mereka punya dasar.

“Di sinilah fondasi yang Tuhan taruh kekal. Hikmat ditaruh pada orang-orang yang belajar dari kesalahan orang lain,” tegasnya.

Ibrani 11:5-6

”Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya.Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”

Iman itu akses masuk, kunci untuk mengalami yang Tuhan janjikan. Iman adalah jalan masuk kasih karunia. Terjadi karena janji. Tanpa iman tak mungkin orang berkenan pada Allah.

”Tuhan memberi upah bagi orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Untuk itu, kita harus belajar mengenal Dia,” tegasnya.

Menjadi orang-orang yang sungguh-sungguh rindu mengalami Tuhan. God, i want to know You. Dari relationship, jadi friendship, jadi partnership. Dari teman, jadi sahabat, jadi mitra.

“When you become close with God, you know him. You see things that other don’ts. Kalau kita dekat dengan Tuhan, kita akan mengetahui yang orang lain tidak atau belum tahu,” ucapnya.

Di ujung kepuutusasaan, orang-orang seperti ini, saat orang lain hanya melihat masalah, ia akan melihat Allah, menemukan jawaban dan ’miracle’.

Belajar dari Smith Wiglesworth

Selain Henokh, sesi ini juga belajar dari Smith Wigglesworth, tukang ledeng dari Inggris yang punya iman luar biasa besar.

”Bergaul dengan Allah itu so powerful. Melalui semua krisis ekonomi. Allah melimpahkan kekuatanNya pada orang yang bergaul karib denganNya,” jelasnya.

Iman adalah otot sebelum mujizat. Faith knows no turning back. Faith knows no plan B.

“Kunci kita dalam bisnis kita adalah bergaul dengan Allah. Meski dalam perjalanan kita bergaul dengan Allah, ada harga yang harus dibayar,” tekannya.

Orang yang bergaul Allah mewariskan yang luar biasa untuk keturunannya. Henokh hidup ‘hanya’ 365 tahun lalu diangkat Allah. Metusalah hidup hingga 969 tahun. Dan dari situ, Henokh punya apa yang tidak dia alami.

”Tuhan adalah Allah yang sangat adil. Orang yang bergaul dengan Allah tak akan bisa merugi. Karena kalau ia merugi, apa yang tak dialaminya, Allah akan melimpahkan ke anaknya,” tukasnya.

Tak hanya sampai situ, Henokh punya cicit yang kita sangat kenal: Nuh. Ternyata iman itu bisa diwariskan. Iman itu bisa ditransfer.

”Coba selidiki. Ada orang-orang yang dipakai Tuhan, karena ibunya berdoa. Presiden-presiden yang takut akan Tuhan, benar-benar cinta Tuhan, ada hamba Tuhan yang berjalan bersama Roh Kudus, dekat dan berdoa baginya,” urainya.

Juga dalam pohon keluarga, silsilah beberapa orang. Keturunan penjahat melahirkan penjahat, sementara keturunan presiden melahirkan presiden dan sebagainya. Di sinilah bukti hukum tabur tuai itu ada. Iman itu bisa diwariskan. Riil.

Jangan jadi termometer tapi jadilah termostat atau heater. Tidak ikut kondisi tertentu, tapi justru menentukan suatu kondisi.

”Aku tak bergantung pada keadaanku. Aku bersandar pada Tuhanku. Membangun hubungan dengan Tuhan itu harus disiplin,” terangnya.

Setelah ketaatan, ada kepekaan. Smith Wiglesworth punya hubungan ‘initimacy’, dekat dengan Allah

“Kalau mau nge-flow dengan Roh Kudus, kita harus nge-walk dulu. Jalan bersama Allah dengan disiplin,” tukasnya.

Lima pelajaran dari sesi Firman Tuhan ini.

Pertama, jadilah hancur hati rindukan Roh Kudus dan FirmanNya.

Kedua, pisahkan diri dari cara-cara duniawi.

Ketiga, Tuhan menjawab Iman, bukan metode.

Keempat, iman + belas kasihan = mujizat.

Kelima, karunia iman dapat ditansferkan.

Mazmur 25:14, ”TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.”

Selengkapnya di sini

Leave a Reply

Your email address will not be published.