Diproses dalam Diam, Dilepaskan dalam Kuasa

GMS Puri ibadah jam 13 dilayani Pdm. Yuliandono. Sabarlah, kalau Anda merasa sedang diproses, dibentuk, dan ’disimpan’ Tuhan. Alami dan nikmati saja masa-masa ’padang gurun’ itu.

Firman Tuhan menekankan, kadang kita dibentuk dulu dalam Padang gurun. Baru pada suatu masa, akan dilepaskan dalam kuasa Tuhan.

”Tidak semua pahlawan berasal dari keturunan terhormat atau baik-baik. Bisa jadi bahkan ia cacat dalam standar manusia,” tegasnya.

Person yang jadi pelajaran dalam ibadah kali ini yakni Yefta, sosok pemimpin Israel dalam Hakim-Hakim 11 yang berasal dari anak perempuan sundal, dibuang saudaranya, tapi kemudian dipakai Tuhan jadi penyelamat bangsa.

”Yefta sempat dikucilkan, direndahkan, diminggirin. Tapi Tuhan membuka dan membebaskan. Padahal, Yefta ini ibaratnya, sudah terdiskualifikasi sejak awal. Ia ditolak bukan dari kalangan luar, tapi dari kalangan keluarga sendiri,” urainya.

Ada kalanya dalam hidup ini kita dibawa ke padang gurun yang kering dan sepi. ”Saat itulah, Tuhan sedang membentuk karakter, menyusun ulang kehidupan Anda,” ungkapnya.

Ketika diusir dari keluarga, Yefta tidak marah. Kita pun ditantang, saat down atau gagal, bisakah kita berkata, ”Aku pahlawan. Tuhan belum selesai dengan diriku.”

Di saat Anda tekun di Padang gurun itu, Tuhan menyiapkan hal yang besar. Lima pelajaran dari kisah Yefta pada ibadah ini:

Pertama, fokus pada benih yang Tuhan tanam, bukan pada kegagalan masa lalu. Yefta tidak fokus pada kata-kata pengusiran dirinya, tapi fokus pada benih yang Tuhan beri. Ini bukan soal seberapa banyak benih yang diberikan pada kita, tapi Tuhan mempercayakan itu. Tuhan tak menunggu kita jadi sempurna baru dipakai Tuhan.

”Bergerak dulu. Percaya pada Tuhan yang sudah taruh potensi. Jangan under value dirimu. Bersiaplah untuk pemakaian Tuhan,” tukasnya.

Dalam pembuangan itu, di Lembah Tob, Yefta membangun kapasitas dengan memimpin orang-orang buangan. Di situlah Tuhan membentuknya menjadi pemimpin.

Kedua, Kembangkan karunia dan kemampuan, meski di tempat yang sulit dan tak nyaman. Yesaya 49:2 menyatakan, Tuhan selalu punya waktu untuk mengasah anak panah dan menyimpan dalam busur.

”Tuhan tak pernah melempar anak panah yang belum diasah. Jadi kalau anda sedang disimpan, percayalah Anda sedang disiapkan untuk dipakaiNya,” jelasnya.

Selanjutnya, Hakim-Hakim 11:6 menyatakan bahwa, “Kalau setia dalam proses, Anda akan direcall tanpa Anda harus mempromosikan diri,”

Ketiga, setialah dalam pembentukan Tuhan untuk rencana yang lebih besar. Saat ini, kesetiaan sering diuji. Sudah jarang manusia yang setia. Belajarlah di padang gurunmu untuk tetap setia.

”Jangan mangkir, walau dibentuk itu tak enak rasanya. Tetaplah berkembang dalam kesunyian,” katanya.

Hakim-Hakim 11:29 menyatakan prinsip Yefta berjalan dengan bimbingan Roh Tuhan, ”Kalau ini bukan Engkau yang mengutus aku, aku tak mau jalan.”

Keempat, kejarlah pengurapan Tuhan untuk menjadikan semua yang dikerjakan berdampak dan efektif.

Sesuatu yang besar dimulai dari hati yang mengejar pengurapan Tuhan. Seperti Yefta, Tuhan tak pilih orang yang sempurna, tapi Tuhan menyempurnakan apa yang Tuhan pilih.

”Maka Tuhan akan melesakkan anak panah yang runcing di tangan pahlawan,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.