Kolaborasi 45 Lembaga, Deklarasi Persiapkan 5000 Pemimpin dan Sejuta Pendoa Menuju Indonesia Emas 2045

Sore hari pada peringatan 97 tahun Hari Sumpah Pemuda di Tugu Proklamasi, Jakarta, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPP GAMKI) Sahat Martin Philip Sinurat memimpin Deklarasi Bersama Konsultasi Nasional Pemuda Kristen Indonesia.

”Kami, pemimpin muda Kristen dari LPMI, GAMKI, Perkantas, JDPN, TCI dan 40 lembaga lain yang berkumpul dalam Konsolidasi Nasional Pemimpin Muda Kristen Indonesia, menyadari bahwa perjalanan bangsa menuju Indonesia Emas 2045 membutuhkan kepemimpinan yang berintegritas, berkompetensi, dan berkarakter Kristus,” seru Sahat.

Deklarasi ini melahirkan komitmen bersama lembaga-lembaga Kristiani untuk:

Pertama, mempersiapkan lima ribu pemimpin Kristen di berbagai sektor dan sejuta pendoa pada 2045. Sektor-sektor itu yakni pemerintahan dan birokrasi, pemberdayaan masyarakat, politik, pemimpin gereja dan penginjilan, bisnis, UMKM dan lain-lain.

Kedua, membangun kolaborasi strategis antar organisasi Kristen dalam program riset, dan advokasi yang mendukung pengembangan kepemimpinan Kristen.

Ketiga, meneguhkan karakter Kristus dalam kepemimpinan. Menjadikan nilai-nilai iman, integritas, pelayanan, keadilan, dan kasih sebagai fondasi utama kepemimpinan.

Keempat, menjadi berkat bagi bangsa dan dunia. Menggerakkan pemimpin muda Kristen untuk aktif membangun bangsa, menjaga persatuan serta mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan bermartabat.

Kelima, mendorong regenerasi berkelanjutan. Menjamin keberlanjutan kepemimpinan melalui monitoring, jaringan lintas generasi, dan keterlibatan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bergereja.

Sebelumnya, di Sesi Pleno Pemimpin Muda ’Merajut Kesatuan, Menghadirkan Pemimpin Masa Depan’, Sahat menguraikan tujuh langkah menjadi pemimpin.

Langkah-langkah itu yakni: mendengar panggilan Tuhan, mempersiapkan diri, memberikan dampak sesuai medan layan, membangun kolaborasi, memimpin dengan melayani, menjadi kepala bukan ekor, mempersiapkan regenerasi dalam hal ini visi membentuk 5.000 pemimpin Kristen.

”Setiap organisasi dan lembaga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mari kita petakan bersama. Semoga melalui komunitas ini kita bisa membangun Indonesia Emas 2045,” tukasnya.

Hadir juga Direktur Nasional Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI) Petrus Kondorura yang menekankan bahwa kepemimpinan sejati berarti menggerakkan orang-orang di mana mereka berada hari ini ke tempat di mana mereka seharusnya berada.

”Kita harus secara terujur dan terencana melahirkan lima ribu pemimpin. Bermimpi besar dan harapkan hasilnya. Mari bermimpi melakukan transformasi besar bagi Kristus,” tegasnya.

Sementara itu. Sekjen Persekutuan Antar Universitas (Perkantas) Ricky Herwanto mengutip pernyataan Martin Luther King, Jr., ”Seorang pemimpin sejati bukanlah pencari konsensus, tetapi pembentuk konsensus.”

Menurutnya, dua kemampuan mutlak harus dimiliki seorang pemimpin, yakni kualitas dalam menganalisis, dan kapasitas menavigasi. Setelah itu, pemuridan, pemberdayaan dan kolaborasi adalah langkah selanjutnya membentuk kepemimpinan.

”Pemimpin tak sebatas pemimpin jabatan struktural, tapi jabatan struktural itu mengefektifkan kepemimpinan. Mari, hadirkan pemimpin bangkit bersinar membangun Generasi Emas,” jelasnya.

Selanjutnya, fasilitator umum Jaringan Doa Pemuda Nasional (JDPN) Pendeta Stanley Saroinsong menekankan pentingnya memimpin dengan kekuatan Allah.

”Tanpa doa dan kesatuan, kita tak bisa melakukan transformasi. Harus berdoa, bersatu, dan merendahkan hati, sehingga 2028 nanti, mimpi kita ratusan ribu anak muda berdoa bersama di Stadion Gelora Bung Karno,” ungkapny.

Sekretaris Umum Transformation Connection Indonesia (TCI) Sheila Herawati menggarisbawahi pentingnya kolaborasi, yang merupakan prinsip Kerajaan Allah.

“When vision is clear, collaboration becomes natural,” tegasnya.

Menurutnya, kolaborasi antar Pemimpin, Lintas denominasi, Lintas Lembaga penting dalam akselerasi gerakan rohani penting karena tiga hal.

”Pertama, tantangan yang dihadapi di lapangan amat besar dan kompleks. Kedua, kebangunan dan pergerakan terjadi melalui pergerakan-pergerakan sinergis. Ketiga, riset menunjukkan hambatan utama penginjilan holistik dunia yakni kurangnya kerjasama di antara organisasi-organisasi Kristiani,” terangnya.

Dua tamu istimewa hadir dalam Konsultasi Nasional ini. Politisi Grace Natalie mengajak anak muda masuk ke sektor publik. ”Begitu banyak hal bisa kita kerjakan kalau kita mengisi berbagai posisi publik. Karena itu, sebaiknya umat Kristiani bersatu memimpin pemimpinnya. Saring dulu ala Indonesia Idol, lalu pusatkan suara ke sana,” ungkapnya.

Berikutnya,  Wakil Menteri Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi, dan Pemasyarakatan HAM Otto Hasibuan berpesan agar anak Tuhan ’memperbaiki benih’ dengan meningkatkan kualitas diri.

”Soal jabatan, percaya nanti Tuhan yang atur. Jadilah yang terbaik sesuai profesimu. Semoga 45 organisasi ini bisa punya semangat sama dan berkolaborasi melahirkan pemimpin masa depan yang berkualitas dan takut akan Tuhan,” kata pengacara senior itu.

Di sesi penutup, Pendeta William Wairata dari LPMI setuju bahwa kita sebaiknya bicara mayoritas dan minoritas bukan berdasar agama. Sebaliknya, pemimpin Kristiani harus punya peran yang jelas bagi misi Tuhan di dunia ini.

Caranya, tetapkan visi yang jelas, melahirkan pemimpin seperti Yusuf dan Daniel pada 2045. Kembangkan strategi dan rencana aksi, bangun dan pelihara tim yang kuat, berikan motivasi dan inspirasi, serta buat keputusan yang tepat.

”Selain itu, pemimpin Kristen yang baik harus mampu mengelola konflik dan perubahan, mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, mengkomunikasikan kemajuan dan umpan balik, serta menjadi teladan dan role model,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.