Misa Adven Gereja Pugeran

Beribadah di Gereja Hati Kudus Pugeran. Nuansa Jawa Gereja Yogya.

Minggu sore penuh tanya. Mau Misa Minggu ke mana hari ini. Pilihan akhirnya jatuh ke Pugeran. Jam misa bersahabat, 16.30 WIB dan lokasi masih terjangkau dari kemacetan Jogja libur akhir tahun.

Sore itu, Pastor Kepala Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran Yogyakarta,  Fransiskus Xaverius Sukendar Wignyosumarta , Pr atau Romo Kendar membawakan homili di Minggu Adven IV. Melandaskan Firman Tuhan dari Matius 1:18-24.

”Kita sambut Minggu Adven melalui sukacita dalam kesadaran. Tuhan yang hadir secara konkret, dalam keselamatan yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan kepenuhannya pada akhir zaman, saat Tuhan Yesus datang sebagai hakim terakhir,” papar Romo kelahiran 8 Agustus 1964 itu.

Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang (KAS) pada 2012 hingga 2018 itu menekankan, Tuhan Yesus datang ke dunia dengan ’dilahirkan’, bukan ’dijadikan’, Dengan dilahirkan itulah, perlu proses berat Maria dan Yusuf, dengan malaikat Tuhan datang dan terlibat.

Nama Yesus diberikan dengan makna sama seperti ’Yehoshua’ atau ’Yosua’, yakni ’Yahwe Menyelamatkan’. Pria kelahiran Sleman ini menerangkan, memberi nama pada anak, sebagaimana dilakukan Yusuf pada bayi Yesus atas perintah malaikat Tuhan, adalah bentuk kewibawaan tersendiri.

”Bunda Maria dikaruniai menyatakan kesanggupannya sebagai Bunda Yesus, sementara Yusuf tulus menerima Maria menjadi isterinya. Membuat Maria secara hukum sah dan mempertahankannya dalam garis keturunan Daud,” kata Romo Kendar.

Romo Kendar kemudian mengurai detail persiapan Misa Khusus Adven, pada 17-23 Desember. Dimulai pada peringatan ’O Sapientia -Sang Kebijaksanaan’ (17 Desember), ’O Adonai -Tuhan Penguasa dan Penuntun’ (18 Desember), ’O Radix Jesse -Tunggul Isai (19 Desember)’.

Lalu ’O Clavis David -Kunci Daud (20 Desember)’, ‘O Oriens -Fajar Timur (21 Desember)’, ‘O Rex Gentium -Raja Segala Bangsa (22 Desember)’, dan ’O Emanuel -Imanuel, Raja Pemberi Hukum (23 Desember)’.

”Pesan kesederhanaan dan keterbukaan hati nampak pada kisah Maria dan Yusuf ini,” pungkasnya.

Ibadah ini juga memberi kesempatan umat memberi donasi bagi korban bencana Sumatra yang disalurkan melalui Caritas Indonesia atau Yayasan KARINA (Kasih Rakyat Indonesia), lembaga nirlaba resmi Gereja Katolik di Indonesia yang bergerak di bidang sosial-kemanusiaan, fokus pada bantuan bencana (tanggap darurat, manajemen risiko), kesehatan, nutrisi, serta perlindungan migran dan korban perdagangan manusia, beroperasi di bawah naungan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Penuh sejarah

Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran, ada di  Jalan Suryaden No.63, Suryodiningratan, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, tak jauh dari ruas jalan Yogyakarta menuju Bantul. Kalimat ’Salus vestra ego sum’, frasa Latin yang berarti ’Aku adalah keselamatanmu’ atau ’Dialah keselamatanmu’, terpampang di altar Gereja Pugeran, Yogyakarta, sebagai moto yang bermakna ’Iya Ingsun Karahayonira’, menegaskan bahwa keselamatan berasal dari Tuhan

Laman Jogja Cagar menyebut, pembangunan gereja Hati Kudus Pugeran diarsiteki J. Th. Van Oyen yang memulai pembangunannya pada 1933 dan selesai 8 Juni 1934. Pengambilan nama Pugeran berasal dari nama Pangeran Puger yang merupakan bangsawan keraton yang tinggal di luar kawasan ‘Njeron Benteng’.  Ada Sumur Yakub, sumber air legendaris, masih berada di teras gereja.

Pascakemerdekaan, bangunan ini difungsikan oleh masyarakat sebagai lokasi pengungsian perang. Di gereja ini pula para romo yang berada di gereja ini kemudian merawat para korban perang.

Gereja Pugeran memiliki langgam Indis yakni perpaduan gaya Eropa dengan gaya tradisional Jawa. Bangunan ini tampak kokoh dengan kolom dan dinding yang lebar seperti bangunan bergaya Eropa. Bagian atapnya tampak mengadopsi gaya tradisional Jawa yakni beratap tumpang bersusun tiga di mana pada bagian kemuncak-nya merupakan lantern (tower). Saat ini gereja masih difungsikan sebagaimana mestinya dengan Paroki Pugeran sebagai pengelolanya. Kondisi bangunan saat ini cukup terawat.

Gereja Pugeran menerima penghargaan Pelestari Warisan Budaya / Cagar Budaya dari Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010.

Leave a Reply

Your email address will not be published.