Media relations ala SBY

Sudah dua periode berkuasa sebagai presiden, SBY tidak juga mengendorkan moda pencitraan serta pendekatan elegan merangkul kalangan media.

SBY, Ani, Agus, Anisa dan Ibas Yudhoyono senam bareng. warming-up bersama wartawan.

Akhir pekan lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengundang 160 wartawan yang biasa meliput di istana kepresidenan untuk berekreasi bersama di Istana Cipanas. Acaranya casual banget, sampai-sampai para jurnalis datang dengan kaos dan celana training olahraga lengkap dengan sepatu kets. Jarang-jarang lho wartawan bisa masuk istana dengan kostum seperti ini.

Sesuai telpon dari Biro Pers dan Media, kami sudah harus berkumpul di Istana Negara Jakarta pukul 5 pagi. Karena 5 bis “Big Bird” yang kami tumpangi dikawal voorrijder polisi, tak sampai jam 7 kami tiba di pelataran istana seluas 26 hektar di kaki Gunung Gede, Jawa Barat ini.

Sampai di pendopo utama, acara pertama adalah senam pagi, yang juga diikuti SBY dan Ani Yudhyono didampingi dua putera mereka, Agus Harimurti Yudhoyono –lengkap dengan isterinya Anisa Pohan dan si mungil Aira Yudhoyono- serta Edi Baskoro.

Usai pelemasan otot, SBY unjuk kebolehan menyanyikan ‘Apa Salah dan Dosaku’-nya D’Loyd dan ‘Bujangan’-nya Koes Ploes. Acara dilanjutkan keliling istana serta penanaman pohon. Sepanjang perjalanan sekitar 2 kilometer mengitari istana, SBY kerap bercanda dengan wartawan, yang diarahkan oleh Biro Pers agar tidak jauh-jauh di belakang ‘bapak’. “Piring apa yang paling besar?” kata SBY melempar tebakan. Karena tak ada yang bisa menjawab, SBY membuka kunci tebakannya, “Piringatan 17 Agustus. Besar sekali itu, di seluruh Indonesia,” katanya. Para wartawan terbahak riang.

Di sesi olahraga, tim wartawan bertanding futsal melawan staf khusus presiden, di antaranya Heru Lelono, Denny Indrayana, Andi Arief, Julian Adrian Pasha dan Menkominfo Tifatul Sembiring. Bahkan, jubir Dino Patti Djalal, yang sempat mencetak satu gol lewat tendangan silangnya, tampil khusus memakai t-shirt kuning hijau ala Brasil. “Iya, dong, saya dukung Brasil,” kata ayah tiga anak yang dikabarkan bersiap menduduki pos Dubes AS itu. Total skor 6-3 untuk kemenangan tim wartawan istana.

Namanya juga menghadapi wartawan yang tugasnya mencari berita, tak lupa SBY menggelar jumpa pers selepas Salat Jum’at. Lebih dari 10 wartawan diberi kesempatan bertanya apa saja, mulai soal reshuffle kabinet, dana aspirasi masyarakat, wacana PLTN, pemilihan Ketua KPK, hak pilih TNI dalam Pemilu 2014, sampai soal video Ariel-Luna. SBY bahkan sempat ‘protes’ saat moderator Julian Pasha memberi penekanan, “Satu pertanyaan terakhir ya.” Presiden memotong dan berkata, “Lho, kenapa kok terakhir? silahkan saja yang lain.” Total hampir 90 menit tanya jawab berlangsung.

Merujuk teori kehumasan yang dicetuskan Henri Fuyol, apa yang dilakukan SBY ini termasuk dalam kategori building coprorate identity and image, terutama pada langkah mendukung komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak.

SBY berfoto bareng wartawan istana. salah satu cara narasumber mendekatkan diri dengan media.

Dalam plesir dengan wartawan istana itu, SBY tahu betul bagaimana mengimplikasikan teori kehumasan. Mulai menampilkan isteri, anak, dan cucunya sebagai contoh “keluarga kecil nan bahagia” –sebagaimana juga terpampang dalam gambar-gambar di halaman dalam Istana Merdeka- sampai menjawab kenaikan tarif dasar listrik yang efektif berlaku dua pekan setelah acara jalan-jalan di Cipanas itu. Setelah acara kelar, wartawan mendapat sepaket souvenir. Sebuah buku berjudul “Harus Bisa! Seni mempin ala SBY” karya Dino Patti Djalal dan dua keping CD “Ku Yakin Sampai di Sana”.

Sebagai wartawan yang berusaha independen, kita mesti belajar betul, ternyata para newsmaker terus melakukan berbagai inovasi elegan untuk mendekati media, tanpa harus berbenturan dengan kode etik seperti menyodorkan amplop, misalnya.

0 Replies to “Media relations ala SBY”

Leave a Reply

Your email address will not be published.