Resminya, saya akan mengakhiri kebersamaan dengan CVC pada 31 Desember 2010 mendatang. Tapi awal pekan lalu, lima hari menjelang Natal, saya dan keluarga mendapat hadiah perpisahan yang indah. Dalam sebuah acara yang digabung bersama dengan perayaan Natal, kami diundang khusus ke Hotel Sensa, kawasan Cihampelas Walk, Bandung.
Seorang demi seorang sahabat menyampaikan testimoninya mengenai Jojo, ditutup dengan pemutaran klip “Goodbye”-nya Air Supply, yang suaranya diisi kawan-kawan kolega dari dua benua berbeda. Dari Queensland dan Bandung, mereka menyanyikan tembang perpisahan untuk Jojo, kemudian disatukan dalam sebuah video. So touched, so crazy, sebagaimana dapat Anda saksikan di sini.
“I can see the pain living in your eyes
And I know how hard you try
You deserve to have much more
I can feel your heart and I simpathize
And I’ll never criticize
All you’ve ever meant to my life…”
Di Shanghai Room, lokasi perpisahan, juga terpajang sebuah stand banner berwarna gelap dengan tulisan “You’ll Never Walk Alone, Jo!” Tentu, kisahnya berbeda dengan Rafael Benitez, pelatih Inter Milan yang malam ini didepak oleh pemilik klub tak lama setelah membawa tim hitam biru itu menjadi juara dunia. Beberapa kebijakan perusahaan membuat kami –kedua belah pihak- harus menentukan pilihan. Harapannya tak ada yang disakiti setelah keputusan bersama diambil. Seperti kata-kata akhir Presiden Inter Milan Massimo Moratti saat melepas mantan pelatih Liverpool setelah menjadi karyawannya selama 6 bulan. “Saya menyesalkan hubungan dengan Benitez berakhir. Tapi perpisahan ini tidak bisa dihindari,” ungkap Moratti seperti dilansir Sky Sport.
Perpisahan yang tidak bisa dihindari, tapi 4 tahun 2 bulan tetap bukan waktu yang singkat bagi saya. Dalam curriculum vitae seorang Jojo, waktu-waktu bersama CVC merupakan jenjang pekerjaan terlama, terhitung sejak pertama menekuni profesi sebagai wartawan bayaran di Surabaya pada 1 Juni 1997.
Awalnya, saya mendapat informasi tentang CVC pada awal September 2006, ketika Rana Akbari, seorang kawan baik dari Bandung mem-posting lowongan reporter ke mailing list ajisaja@yahoogroups.com Sebuah oase di tengah krisis kepercayaan diri, tak punya pekerjaan setelah menikah dua pekan sebelumnya. Terhitung sejak 1 Oktober 2006 hingga 31 Desember 2010, saya menikmati masa-masa menjadi wartawan sebuah radio Australia berbahasa Indonesia, hingga CVC berubah format menjadi media online.
Bersama CVC saya mendapat kehormatan menjadi wartawan istana, meliput berbagai even seni budaya, hingga olahraga. Mulai laga pre-season Liverpool di Singapura, sampai Piala AFF yang baru berakhir pekan depan. Di kantor ini pula saya sempat dua kali menginjak benua kanguru, dan sama sekali tak mendapat kesulitan saat mengajukan izin mengikuti pelatihan jurnalisme multimedia di Belanda, pertengahan tahun silam.
Waktu memang harus terus berputar. Kini, saatnya beristirahat sejenak di Yogyakarta, sembari menanti rencana-Nya, apa yang akan terjadi di 2011. Hanya saja, rasanya, suara duo soft rock asal Australia itu, Graham Russell dan Russell Hitchcock, masih terus terngiang di telinga ini…
“I don’t want to let you down
I don’t want to lead you on
I don’t want to hold you back
From where you might belong
….
There’s no other way than to say good-bye…”