Media dalam pusaran krisis PSSI

Krisis PSSI menjadi primadona pemberitaan media yang cukup seksi. Gaungnya mengalahkan isu reshuffle atau (apalagi) wacana kenaikan BBM.

Rabu, 9 Maret 2011, Koran Tempo memasang topik sepakbola sebagai jualan utamanya di halaman terdepan. Judul headline-nya keras, “FIFA Larang Nurdin Pimpin PSSI”, bersumber dari pernyataan Duta Besar RI untuk Swiss, Djoko Susilo. Mantan wartawan Jawa Pos dan anggota Komisi I DPR RI dari Partai Amanat Nasional ini mengaku baru bertemu dengan Presiden organisasi sepakbola dunia FIFA Joseph Blatter, yang memang markasnya ada di Zurich, kota terbesar di negara mungil berpenduduk 8 juta jiwa itu.

Pada 9 Maret, bukannya tidak ada topik lain yang bisa jadi unggulan. Yang utama tentu kabar burung mengenai reshuffle kabinet. Dua wacana berkembang, yang pertama menduga perombakan kabinet berlangsung, karena konon Presiden SBY gemar benar pada angka 9. Tapi, wacana lain menyiratkan reshuffle urung terjadi, seiring pertemuan SBY dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie di Istana Negara, Selasa (8/3). Pendekatan mana pun yang dipilih, isu reshuffle tetap layak jadi berita utama. Sebagaimana yang dipilih Media Indonesia dengan judul “Saling Gertak Berakhir dengan Damai” dengan porsi separuh halaman koran memajang foto besar tiga tokoh yakni SBY, Ical, dan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq. Di koran milik pengusaha Surya Paloh ini, pernyataan Dubes Djoko Susilo berjudul “FIFA Tegaskan Nurdin Harus Mundur” juga mendapat kapling di halaman pertama, tapi cukup seperempat halaman di bagian kanan bawah.

Republika tampil beda dengan judul berita “Uang Tommy Tak Diusik”, fokus menyorot kemenangan gugatan putra mantan presiden Soeharto itu terhadap otoritas keuangan Guernsey, Financial Intelligence Service (FIS) 15 Februari lalu. Ada berita tentang bola di halaman muka, tapi tentang preview Liga Champions antara Tottenham Hotspur menjamu AC Milan, yang berlaga pada Kamis (10/3) dinihari.

Adapun Kompas, tetap sesuai jalurnya, memilih membuat berita alternatif sebagai judul utama. Koran yang sebelumnya me-running isu macet panjang di Pelabuhan Merak ini memasang headline “Antrean Beli BBM di Daerah” dengan foto suasana antrean BBM di Pontianak, Kalimantan Barat. Berita tentang krisis PSSI, terutama update dari Swiss, tak mendapat tempat di halaman muka, tapi menjadi headline halaman 29 (Olahraga) bertitel “Blatter Cekal Nurdin”.

Mengapa PSSI?

Ramai-ramai kemelut PSSI menjadi bahan berita besar sejak aksi demo massa menolak keputusan Komite Pemilihan yang menggugurkan pencalonan Arifin Panigoro dan George Toisutta sebagai calon alternatif Ketua Umum PSSI melawan kubu Nurdin Halid. Selain memantik amuk masyarakat pencinta sepakbola, keputusan kontroversial itu memancing reaksi media massa, yang memainkan propaganda besar terhadap tuntutan reformasi PSSI.

Hampir semua media cetak, terutama harian, berada dalam barisan yang sama menyuarakan perubahan kepemimpinan asosiasi sepakbola tanah air yang berdiri pada 19 April 1930 itu. Tapi, ada suara tidak puas dari kalangan supporter sepakbola Indonesia menanggapi kebijakan redaksi sebuah media cetak mingguan, yang dinilai kurang memberikan porsi tuntutan serupa.

Pandji Kartiko, seorang dedengkot barisan reformasi sepakbola menyatakan, ia memutuskan berhenti berlangganan Tabloid BOLA yang menjadi referensi utamanya sejak 1987. Sekarang ia tiap hari membeli koran eceran dan bener-bener tdiak mau lagi terkecoh dengan nama besar si media. “Lebih baik teliti dulu apa saja yang ditulis di tiap media..hehehe. So far, Tempo, Kompas, Tabloid Soccer, Media Indonesia, Republika masih okelah.. mereka masih pro Revolusi PSSI,” kata Pandji.

Di luar media cetak, dinamika seru lebih terlihat di media online. Detikcom dan Metro TV tampak paling gencar menyuarakan tuntutan agar Nurdin Halid turun, termasuk meminjam suara Dubes Djoko Susilo. Rabu (9/3) dinihari, Detikcom memasang judul, “Diiringi Jamuan Kecil, FIFA Tegas Tolak Nurdin Halid.” Berita itu diakhiri dengan alinea-alinea penutup yang menegaskan penolakan FIFA:

Pada akhirnya, Djoko Susilo kemudian membeberkan sikap FIFA terhadap kasus ini. Nurdin tidak boleh mencalonkan diri lagi. “Nurdin Halid tidak boleh mencalonkan diri lagi. Kami harus menjunjung tinggi kode etik Statuta FIFA. Seseorang yang pernah tersangkut pidaana tidak boleh mencalonkan diri menjadi Ketua Asosiasi sepakbola,” tegas Djoko.

Menyusul statemen tersebut, pertemuan selama satu jam itu pun selesai. Blatter mengajak Djoko untuk melakukan tos wine, namun sang Dubes memilih minuman yang lebih ringan. “Kita sempat tos. Dia wine, saya orange juice. Untuk menandai kegembiraan atas selesainya persoalan Nurdin Halid,” ucap Djoko.

Adapun Metro TV tercatat sebagai media yang paling sering menayangkan rekaman wawancara jarak jauh dengan Djoko Susilo yang menggarisbawahi penolakan FIFA terhadap rencana Nurdin kembali maju sebagai Ketua Umum PSSI untuk periode masa jabatan ketiga.

Sementara itu, sebagai jaringan media di bawah bendera Grup Bakrie, yang sering dikaitkan sebagai kelompok status quo PSSI, Vivanews, ANTV, dan TV One pada Rabu (9/3) kemarin memberikan suara senada sebagaimana media lainnya. Vivanews memuat isi pesan pendek Djoko dalam judul “FIFA Tak Restui Nurdin Calon Ketum PSSI”.

Sebelumnya, dalam perkara lain terkait konflik PSSI, Vivanews menjadi media yang memberikan porsi seimbang, tak hanya dari kelompok pro-perubahan, tapi juga bagi suara-suara yang mendukung kepemimpinan Nurdin Halid. Viva memberikan tempat bagi manuver Forum Pemilik Suara PSSI (FPSP), yang terbentuk sebagai reaksi atas munculnya Komite Penyelamat Persepakbolaan Nasional (KPPN), sebuah kelompok yang mengklaim sebagai “PSSI transisi” karena mendapat mandat dari 83 pemilik suara PSSI, serta berniat menggelar kongres tandingan di Solo.

Kisruh tentang PSSI tampaknya masih berjalan lama, setidaknya sampai organisasi berlambang bunga teratai itu merayakan hari jadinya ke-81 bulan depan, bersamaan dengan habisnya masa jabatan Nurdin Halid pada periode kepemimpinan keduanya. Masih menarik, bagaimana media massa berada di pusaran isu ini, mampu bersikap obyektif, atau terdorong kepentingan-kepentingan tertentu. Anda semua adalah watch dog nya.

Jojo Raharjo

One Reply to “Media dalam pusaran krisis PSSI”

Leave a Reply

Your email address will not be published.