Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020

Kita Ada dalam Kopaja Itu…

Ini video kreatif, sebagai kampanye politik, sekaligus untuk menggambarkan secara sederhana beginilah kondisi bangsa kita saat ini.

http://www.youtube.com/watch?v=ko9UuXpMyec

Ada komentar bernada protes ketika akhir pekan lalu, blog ini dua kali mengangkat inspirasi dari kisah Anas Urbaningrum. Tentang orang-orang dekat yang berada di sisi Anas, dan tentang isterinya, sebagai sumber kekuatan di kala susah. Ada yang mengira dan curiga, saya getol mengagumi atau berpihak membela alumnus FISIP Universitas Airlangga itu. Tentu saja tidak. Saya hanya mengambil inspirasi. Mencoba mengkaji sebuah fenomena dari sudut pandang humanisme dan filosofis.

Maka, kini saya tertarik membicarakan video kampanye yang di-share kelompok pendukung Anies Baswedan. Alih-alih soal dukung-mendukung, ini hanya kajian komunikasi ringan, bagaimana kampanye mencari dukungan juga bisa dikemas secara cerdas dan simpatik. Sebagaimana di sela-sela waktu senggang saya di sebuah hotel di Washington DC, saya pernah menuliskan berbagai cara berkampanye calon presiden Amerika Serikat.

Tengoklah sejenak video “Cerita di Kopaja” berdurasi 2 menit 24 detik itu. Kita berada dalam situasi di mana melihat dengan jelas ada kejahatan. Menyaksikan dengan nyata ada penjahat beraksi. Apapun terjemahan kejahatan dan penjahat itu: bisa kriminal umum, bisa pula koruptor. Tapi, kita memilih mendiamkannya. Karena merasa tak menjadi korban. Karena merasa belum menyentuh kepentingan kita. Karena merasa tak memiliki keberanian. Karena merasa tak mau mengambil resiko. Karena merasa terlalu banyak kesibukan.

Hingga, ada satu orang mau bergerak. Dalam istilah kelompok Anies, ada satu orang yang mau “turun tangan”. Berani menuding penjahat. Berani mempertaruhkan nyawa. Dan, contoh nyata langsung itu, tanpa banyak koar-koar, memancing keberanian yang lain. Membuat people berani bersikap untuk menjatuhkan penjahat itu, untuk mengusir kejahatan dari rumah yang sama-sama ditempati. Rumah kita itu, ya bis kopaja itu.

Pesan Anies jelas: “Orang-orang baik tumbang, bukan hanya karena banyaknya orang jahat, tapi karena  banyaknya orang-orang baik yang diam dan mendiamkan”. Seperti pula kata Albert Einstein, “The world is a dangerous place, not because of those who do evil, but because of those who look and do nothing.”

Relawan Anies

Dalam kunjungannya ke kantor Tribun News beberapa saat lalu, Anies Baswedan tegas-tegas menyatakan, tidak membayar serupiah pun bagi para relawan pendukungnya. Sebagian di antara mereka adalah publik figur. Selebritas. Hanya menyebut di antaranya, ada Pandji Pragiwaksono, Rene Suhardono, Razi Thalib, dan Dondi Hananto. “Apa yang mereka lakukan terlalu besar untuk dihargai dengan uang. Apa yang mereka lakukan benar-benar tak ternilai,” kata pria 44 tahun yang pernah terpilih sebagai 20 tokoh pembawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang, oleh majalah Foresight terbitan Jepang.

Ada pula relawan yang menganalogikan bentuk dukungan itu sama seperti kita yang mendukung salah satu klub sepak bola. “Apa untungnya buat kita mendukung salah satu klub? Mereka menang dapet gelar, dapat uang? Kita dapat apa? Uang juga?” Jawabannya tidak. Dan kenapa kita tetap mendukung tim tertentu? Jawabannya karena kita berharap mereka menang dan kita bangga memilih dan menjadi pendukung mereka.

Pandji membuat video dan tulisan khusus dukungan bagi Anies Baswedan. Dibuat dengan gayanya yang khas, termasuk dengan memparodikan gestur Anies berpidato. Tentu saja, segmen yang dibidik adalah anak muda. Seperti saat Pandji cs mengarahkan dukungannya ke Faisal Basri pada Pilkada DKI 2012 silam.

Anies Baswedan dan para relawan mudanya, mencoba memberi kita inspirasi, bagaimana bentuk kampanye dan mencari simpati, bisa dikemas dengan kreatif dan simpatik.

Leave a Reply

Your email address will not be published.