Kisah menjadi orang tua tunggal tanpa harus memelas. Karena kaca depan lebih besar daripada kaca spion.
Emmy Kuswandari tak hendak berbagi lara saat ia menceritakan kisah hidupnya. Menjadi orangtua tunggal dari Benaeng Ulunati Bhumy Taruwara, mantan jurnalis ini memilih tidak menyesali semua yang terjadi. Kala laki-laki yang membuat benih anaknya bersemi, memilih tak mau terikat dalam pernikahan. Dan, pilihan tetap memelihara kandungan, membesarkan, serta melahirkan Benaeng, menjadi perjalanan hidup Emmy yang tak hanya menunjukkan ketegaran dan kekuatannya. Tapi juga menjadi berkat serta wisdom bagi orang lain.
Waktu terus berjalan. Saat Benaeng bocah menjalani masa hidupnya di Yogyakarta, sementara Emmy bergulat mengais rupiah di ibukota. Pertemuan pun hanya berlangsung di akhir pekan, dalam jarak 1.028 kilometer melajui Jakarta-Yogyakarta-Jakarta melalui kereta ekonomi.
Benaeng melipat tangan di depan dada. Ia berdoa, “Ya Tuhan, buatkan ayah unuk aku ya. Yang bisa antar aku ke sekolah. Yang ganteng ya Tuhan. Cepat buatkan ya Tuhan. Satu saja, untukku,” begitu pintanya. Raut mukanya serius. Tapi usai berdoa, ia tersenyum dan bertanya, “Bunda, kapan ya ayah selesai dibuat Tuhan?”
Memilih kehidupan
Kehidupan kadangkala tak seindah yang diharapkan. Emmy menjalaninya. Saat lak-lakinya memutuskan hanya melakukan pernikahan semu lalu tak hidup bersama. Saat mereka sempat tinggal di sebuah rumah kos di kampung narkoba. Beralas kasur tipis berdinding triplek. Juga kala kantong kempis menuntunnya mencari baju hamil bekas di Pasar Baru. Juga kala Benaeng lahir melalui operasi cesar di RS Panti Rapih, Yogyakarta, 20 April 2004 tanpa kehadiran ayahnya.
Waktu terus berjalan. Emmy memilih menjalani kehidupan dengan semangat berpantang kalah. Alih-alih meratap, ia menuangkan kisah –dan inspirasinya- melalui grup Facebook “Superparenting”, yang kerap ditanggapi positif anggota lainnya. Kenapa kaca spion lebih kecil daripada kaca depan?
Masa lalu adalah bagian kehidupan. Tapi, laksana kaca spion, ia tak boleh mendominasi. Itulah sebabnya, mengapa kaca spion selalu lebih kecil daripada kaca depan mbil. Karena kaca spion seperti masa lalu yang perlu diliat sesekali saja, sementara kaca depan itu adalah masa depan yang harus kita jalani.
Dalam sebuah konklusi catatannya, Emmy bertutur, hidup sekali saja kok menderita. Daripada merepet dengan keluhan dan menjadi penyerap energi negatif, mending menjadi pemancar energi positif. Pilih mana, menjadi energy sucker, atau energy giver?