Liputan yang menarik. Sayang, terjadi ‘kecelakaan besar’ saat audio penggembira –yang dimaksudkan sebagai atmosfer atau suara natural liputan- justru lebih menonjol daripada suara reporter.
Arnoldus Kristianus meliput kampanye PDI Perjuangan di Lapangan Sunburst BSD City, Tangerang Selatan. Maksudnya, suara penyanyi dangdut yang memeriahkan kampanye itu akan dibuatnya sebagai kekuatan tersendiri. Di dunia televise disebut ‘atmosfir’ atau ‘natural sound’. Selain sebagai bukti bahwa reporter benar-benar ada di lokasi, juga untuk mempercantik liputan secara khusus. Membuat laporan menjadi lebih ‘hidup’.
Namun, bencana besar terjadi dalam karya Arnoldus ini. Entah salah sejak proses rekaman –kemungkinan besar setting itulah yang terjadi, atau saat proses editing/pasca produksi. Hancurlah segala kerja keras Arnold di lapangan. Bahkan, aksi dia menggaet polisi ganteng Agus Syaputra pun tak bisa didengar jelas apa pesannya.
Pesan moralnya: sebelum bekerja, periksalah pirantimu lebih teliti.
Masalah kabel
Arnold bercerita, awalnya ingin melakukan liputan kampanye Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Alun-alun Tangerang. “Ternyata, saat saya tiba di sana ternyata simpatisan PKS sudah berangkat untuk kampanye di Jakarta. Ternyata mereka hanya berkumpul di alun-alun untuk berkampanye ke Jakarta,” kata Arnold. Hingga kemudian ia mendapat informasi ada kampanye Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di Lapangan Sunburst, Tangerang.
Dalam liputan ini, Arnold memakai kamera DSLR dengan mic, tetapi karena kabel mic yang pendek, sehingga ia memakai handphone untuk merekam suara. Angle dalam liputan ini adalah keamanan saat kampanye. “Saya akui, kendala saat liputan ini adalah saya tidak memakai mic sehingga audio yang dihasilkan menjadi tidak maksimal,” paparnya.