Hari ke-4 di Hawaii: PBBT: Please Be Before Time

Untuk menjadi seorang pemimpin yang disegani, budaya ketepatan waktu menjadi sesuatu yang amat dijunjung tinggi.

Suasana auditorium dengan 61 peserta training. Dimulai dan diakhiri tepat waktu.
Suasana auditorium dengan 61 peserta training. Dimulai dan diakhiri tepat waktu.

Bahasa Inggris memiliki idiom ‘PBOT’: Please Be On Time. Tapi khusus untuk kami yang di sini menjalani serangkaian training dengan jadwal amat ketat, dari Senin ke Sabtu selama nyaris 4 pekan, ada istilah baru yang disepakati bersama. PBBT: Please Be Before Time.

Dengan schedule detail yang sudah dipegang sampai akhir acara 24 Oktober nanti, untuk setiap item session-nya peserta harus sudah di lokasi kelas atau auditorium paling lambat 5 menit sebelum acara dimulai.

Dalam buku panduan program tertulis: “You will hear the letters PBBT. This means Please Be Before Time. This is very important! DO arrive at the scheduled time five (5) minutes early in order to be ready to start on time. Make sure that your watcg is synchronized to the building clocks.”

Di antara masing-masing sesi kelas, rata-rata 75 menit, ada break minum atau kudapan sekitar 45 menit. “Setiap kali break saya memilih masuk kamar, nyalakan alarm, lalu tidur barang 30 menit,” kata seorang kawan asal India. Ide yang boleh juga. Gagasan lain saat break, agar terhindar dari kejenuhan, duduk di ruang makan atau front lobby, lalu nyalakan telepon seluler untuk mencari sinyal wi-fi. Maklum, di ruang kelas haram hukumnya menyalakan HP, selain memang tak ada sinyal di sana.

Tampak luar gedung. Jalan-jalan menjadi sebuah kemewahan.
Tampak luar gedung. Jalan-jalan menjadi sebuah kemewahan.

Kebijakan lain yang unik adalah, “Jika Anda mengantuk saat sesi –selain ke rest room untuk membasuh muka, silahkan berdiri di tempat, mengikuti sesi sambil stand-up. Itu lebih bak daripada tidur di dalam ruangan,” kata salah seorang pengajar. Ketepatan waktu tak hanya saat memulai acara, tapi juga ketika mengakhiri setiap sesi. Ada time keeper yang menderingkan bel, serta menunjukkan tanda peringatan mulai 30, 20, 10, hingga 5 dan 0 menit kepada pembicara.

Ah, ketepatan waktu, bikin malu jadinya. Betapa sering saya tak tepat waktu. Saat mengajar di kampus, saat janjian dengan narasumber di Jakarta, atau di saat-saat penting lain yang lalu seenaknya berujar: “Maaf macet,” “Ah, jam karet itu biasa, time is rubber, rubber is loooong…”

Mahalo, terimakasih, salam dari Maui, Hawaii…

Leave a Reply

Your email address will not be published.