Banyak pilihan tempat dikunjungi saat liburan datang. Bagaimana kalau menggabungkan perjalanan wisata sekaligus pembelajaran mengenal nilai-nilai spiritual?
Pilihan kami pada libur Idul Fitri kemarin jatuh pada Gua Maria Sendangsono. Selain letaknya terjangkau dari rumah Kwarasan, Yogyakarta –tak sampai dua jam perjalanan via Jalan Godean- juga karena faktor sejarah lokasi ziarah ritual itu.
Sebagaimana ditulis Harian Tanpa Batas, Gua Maria Sendangsono menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian sejarah perkembangan gospel di nusantara. Kisah pembaptisan pribumi pertama di tempat itu dipandang sebagai lahirnya gereja Katolik perdana di pulau Jawa.
Sendangsono merupakan nama sebuah sumber air di dusun Semagung, desa Banjaroyo, kecamatan Kalibawang, kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Lokasinya berada di lereng selatan bukit Menoreh, sebuah hamparan perbukitan kapur sisi barat Yogyakarta. Tempat ini berada sekitar 30 kilometer dari kota Magelang dan bisa dicapai melalui Jalan Godean atau Jalan Magelang.
Nama Sendangsono diambil dari kata Sendang dan Sono; Sendang berarti mata air, sedangkan kata Sono mau menunjuk pohon Sono yang letaknya persis di atas sendang tersebut. Sendangsono adalah tanah kelahiran bagi agama Kristiani di tanah Jawa. Dari sumber air itulah Romo Fransiscus Van Lith SJ. seorang Imam Belanda yang berkarya di wilayah Muntilan, membaptis 171 pribumi dengan liturgi Katolik pada tanggal 14 Desember 1904.
Kawasan Sendangsono ditata ulang oleh Pastor Y.B. Mangunwijaya pada tahun 1970-an dan pernah mendapatkan penghargaan Aga Khan Award dari Ikatan Arsitektur Indonesia pada tahun 1991 pada bidang bentuk bangunan khusus pada kategori penataan lingkungan.
Sendangsono memiliki kisah tersendiri tentang Gua Maria yang menjadi fokus utama perziarahan bagi umat Katolik. Patung Bunda Maria di Sendangsono merupakan hadiah dari Ratu Spanyol. Tidak mudah untuk membawanya ke Sendangsono mengingat pada saat itu transportasi belum memadai dan jalur yang ditempuh dari kota menuju Sendang masih berupa hamparan jalan setapak.
Bicara tentang jalan setapak, perjalanan menuju Sendangsono mengingatkan pada jalan yang sempit dan lebar. Dalam perjalanan yang susah, akhirnya akan terdapat keindahan. Tak mudah menuju Sendangsono dan Gereja Santa Maria Lourdes Promasan di sana. Menggunakan mobil, diperlukan keterampilan tersendiri. Memakai motor, butuh kekuatan ekstra saat menanjak. Sementara para pengunjung dalam rombongan ziarah atau paket tour, harus berjalan kaki lebih dari dua kilometer dari jalan Bendo atau Slanden, yang menghubungkan ke Yogyakarta atau Magelang. Situs Sendangsono dot info bahkan menulis warning: hati-hati jika anda naik angkot atau ojek. Anda akan dipermainkan dengan tarif!
Gua Kerep Ambarawa
Tentang perjalanan ke lokasi ziarah, pada libur sebelumnya, Natal lalu, kami sekeluarga pun mampir ke Gua Maria Kerep Ambarawa, dalam perjalanan dari Tangerang-Semarang-Jepara-Yogyakarta.
Gua yang dibangun mirip dengan Gua Maria Lourdes di Perancis ini resmi digunakan pada tahun 1954 diresmikan oleh Mgr. Albertus Soegijapranata SJ. Sejak dibangun sampai sekarang Gua Kerep sudah beberapa kali direnovasi. Selain tempat doa lesehan juga terdapat Kapel. Di kompleks tersebut juga dibangun stasi-stasi jalan salib. Jalan Salib atau dalam bahasa latin disebut Via Crucis dan dikenal juga sebagai Via Dolorosa atau Jalan Penderitaan. Di kompleks Gua Maria Kerep sedang dibangun Patung Bunda Maria, yang konon merupakan tertinggi di dunia. Tinggi patung tersebut 42 meter, yaitu tinggi patung Bunda Maria itu sendiri setinggi 23 meter dan penopangnya 19 meter.
Masih banyak lokasi ziarah yang belum kami kunjungi. Di Jawa ada Gereja Pohsarang Kediri, Gua Maria Jatimingsih Sleman, Gua Maria dan Sendang Sriningsih, Prambanan. Sementara di luar Jawa ada Bukit Kasih Minahasa, dan beberapa situs ziarah di Sumatera Utara.
Jadi, wisata ziarah, mengapa tidak?