Kelompok ini mengangkat tema keberhasilan timnas sepakbola Indonesia di Piala AFF 2016. Sayang, terjebak jadi pola ‘straight news’.
Yohanes Aldo, Khansa Olivia, Ervan Dwi, Kevin Nathaniel, dan Andre Kusnadi memilih tema kedatangan timnas Indonesia di terminal internasional Bandara Soekarno Hatta sebagai topik liputan ujian akhir semester mata kuliah Feature Media Siar Universitas Multimedia Nusantara.
Beberapa catatan penting dari video berdurasi 2 menit 14 detik ini. Pertama, videonya terlalu pendek untuk ukuran feature. Boleh dan bisa saja sebuah feature dikemas pendek 2 menita ala berita-berita ringan di CNN misalnya, tapi itu harus benar-benar padat dan berisi.
Kedua, dalam paket nan singkat ini, sedikit sekali gambar-gambar (footage) asli garapan tim. Nyaris separuh tayangan diisi visual dari youtube yang mengisahkan perjalanan Kurnia Meiga dan kawan-kawan menembus babak final AFF 2016. Baru setelah itu keluar footage liputan tim di Cengkareng.
Kritik berikutnya, ini yang paling penting, paket tayangan ini jadinya malah condong sebagai paket hard news. Tentu saja, keberangkatan tim peliput ke Bandara Soetta tetap diapresiasi, namun sayang, mereka tak ‘menggoreng’ karyanya sebagai soft news. Memang ini bukan kelompok pertama yang mengangkat fenomena timnas Piala AFF sebagai angle. Kelompok sebelumnya mengambil sudut pandang kebersamaan dalam keragaman para pemain timnas,meski pencapaian kelompok itu juga amat minim saat meliput latihan timnas di Karawaci. Seharusnya, tim lebih tekun dan teliti untuk mengulik sisi humanis dan angle-angle ringan, sebagai syarat sebuah liputan feature.
Last but not least, tak adanya reporter on-cam (standupper) yang sesungguhnya jadi syarat wajib paket dalam UAS, menjadi sisi lemah lain. Tampak sekali kurangnya persiapan mereka dalam berkonsep. Tetap semangat ya!
Bersaing dengan jurnalis televisi
Aldo, editor dan penulis naskah, mengungkapkan alasan pemilihan tipik mereka, setelah event-event kebangsaan seperti Tole-Run dan pawai kebhinnekaan sudah lewat. “Kita semua tahu, ada dua hal yang mempersatukan bangsa Indonesia, yaitu ‘Bencana’ dan ‘Bola’. Kami pun memilih meliput kepulangan timnas ke tanah air,” ungkapnya.
Juru kamera Ervan Dwi memaparkan pengalaman serunya ‘bersaing’ dengan cameraperson televisi mainstream. “Alat-alat yang saya gunakan hanya kamera dan tripod. Kamera tentunya sudah di-setting aga mendapatkan kualitas gambar yang diinginkan,” kisahnya. Sempat terjadi insiden kecil, yaitu kamera yang dibawanya hampir saja terjatuh, tersenggol salah seorang supporter Timnas Indonesia.
“Pengalaman juga saya dapatkan, selain baru pertama kalinya meliput di bandara Soekarno-Hatta dan juga Timnas Indonesia, juga terkena sikutan dari salah satu juru kamera televisi, yang saya tahu dituntut untuk professional dan tidak boleh ketinggalan sedikit momen apapun,” kisahnya.
Menjadi catatan khusus memang, dari lima anggota kelompok hanya satu yang turun ke lapangan. Jadi, sulit memungkinkannya melakukan on-cam alias tampil ber-piece to camera.