Ini Piece to Camera (PTC) paling keren dari kerjaan para mahasiswa. Narasinya tertata, suaranya mantap, dan percaya diri hostnya tinggi. Sayang, kok visual kabur? Salah kameranya, editornya, atau youtubenya? Hehehehe…
Dari berbagai paket video mahasiswa Jurnalistik Televisi Universitas Multimedia Nusantara ini, in frame Amanda Puspa paling keren. Bersama Stephanie Florentia, Eveline Marieta, Nabilatul Aulia, dan Yashinta Mulya, lima perempuan ini fokus pada sosok Luis Milla. Lead narasi on-cam nya pun ‘nendang banget’. Simaklah..
“Keberhasilan sebuah tim tidak hanya terletak pada kinerjanya saja, tapi juga pada pelatihnya. Metode dan juga taktik yang dirumuskan oleh seorang pelatih harus dapat menggiring timnya untuk menjuarai sebuah turnamen. Pelatih memegang kunci kesuksesan sebuah tim, sebagaimana pelatih timnas Indonesia Luis Milla…”
Untaian kalimat yang tertata rapi, dipersiapkan sungguh-sungguh dan dibaca dengan penuh gaya atraktif layaknya presenter ‘Galeri Sepakbola Nasional’ di Trans7. Normalnya, untuk PTC lebih dari 40 sekon seperti ini boleh diberi insert atau footage visual, tapi kalau hostnya asyik, sah-sah saja digeber ful, apalagi jika sorotan pada wajah Amanda bisa lebih ‘close’ lagi.
Kekurangannya, anehnya, visual PTC dari kelompok yang menamakan Ubur-Ubur TV ini tampak lebih kabur dibandingkan dengan gambar sekuence latihan timnas di time code 1:30-an. Perlu cek dan ricek lagi setelan kamera serta ketelitian pada proses pasca produksi agar gambar pada satu paket yang sama tidak jadi ‘jumping’.
Penuturan tim liputan
Amanda Puspa, anak TV yang tampil ekselen membawakan perannya sebagai reporter on-cam masih saja merasa perlu banyak belajar. “Di liputan ini, saya jadi memahami bagaimana cara kerja seorang reporter, yang menurut saya tidak mudah karena harus dituntut untuk percaya diri dalam berbicara di depan kamera, serta memahami situasi dan topik yang sedang dibahas,” kisahnya. Di proses peliputan ini, ia juga mendapat gambaran lebih utuh mengenai profesi jurnalis secara riil.
Juru kamera Nabila Aulia menguraikan kendala yang dihadapi saat pengambilan gambar, khususnya ketika menyorot para pemain bermain bola di ujung lapangan. “Saya saat itu hanya bermodalkan kamera mirrorless dan tidak ada lensa tambahan. Kami pun akhirnya di dalam keseluruhan peliputan berusaha memaksimalkan alat dan situasi yang ada, karena ada kendala tidak ada habisnya,” paparnya.
Adapun Eveline Wiharta memberikan tips unik dari pengalaman timnya. “Baterei kamera dan memory card wajib membawa cadangan. O, ya, saat liputan siang, bawa manset agar tidak belang,” ungkapnya. Dalam liputan ini mereka bekerja total menggunakan 4 camera dan 2 tripod.
Yashinta Mulya sang pengisi suara dalam paket berita pun punya kisah istimewa di balik sukses mereka. “Walaupun kesannya mudah, hanya mengisi suara, tapi itu termasuk melelahkan. Karena kita harus bisa membuat intonasi kita pas dengan berita yang dibacakan,” paparnya.
Yashinta mengaku, sampai harus melakukan 53 take voice over. “Pengulangan-pengulangan diputuskan di antaranya karena saya merasa suara saya terlalu cempreng, intonasi yang kurang pas, pelafalan yang tidak begitu jelas, ada saja noise, sampai yang tersulit itu bagaimana caranya kita membayangkan sedang bercerita dengan orang lain,” terangnya runut.
Sang produser merangkap juru kamera Stephanie Florentia menyatakan, dengan tugas turun lapangan meliput latihan timnas ini, mereka kami dapat mengetahui cara kerja wartawan di dunia nyata, khususnya wartawan sport. “Selain itu, kami dapat mengetahui perkembangan sepakbola khususnya Timnas U-22 serta perkembangan sepakbola Indonesia pada umumnya,” pungkasnya.
Well done, girls!