Hari ini saya di Bandung, menghadiri pagelaran akbar Festival Pelajar Jawa Barat keempat yang digagas Forum OSIS Jawa Barat. Meriah sekali, ada lebih dari 6 ribu pelajar keluar masuk gedung Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) milik ITB sepanjang hari libur Ahad ini.
Selain menampilkan parade budaya dari 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat, Festival Pelajar juga menghadirkan talk show inspiratif dengan pembicara kunci Staf Khusus Kepala Staf Kepresidenan. Inspirator lain dalam diskusi yang berlangsung hangat ini yakni anggota dewan pendiri Forum OSIS Jawa Barat Hanif Fuady, musisi yang kini meratas jalan sebagai politisi muda Giring Ganesha serta Undang Suryaman alias ‘Bang Jeck’, seorang juru parkir di kampus Unpad yang bisa mendirikan dua sekolah gratis di kampungnya.
Juga hadir Pidi Baiq, seniman multitalenta yang tersohor dengan novel dan film fenomenalnya ‘Dilan’. Sebagai bintang tamu di panggung musik ada ‘The Changcuters’ dan ‘Maliq d’Essentials’.
Staf Khusus Kepala Staf Kepresidenan Laksda TNI ( Purn) Ir. Leonardi, M.Sc memaparkan, di antara 132 Juta pengguna internet di Indonesia, sebanyak 40 persen penggila media sosial merupakan anak muda. Namun, menjadi problem serius karena di tengah tingginya peredaran hoaks atau berita palsu, generasi muda kita belum menerima pembekalan yang cukup bagaimana menggunakan media sosial yang baik.
Leonardi, yang hadir mewakili Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, mengungkapkan bahwa 88,60% hoaks yang beredar saat ini terkait SARA. Selain itu, 8 dari 10 anak muda Indonesia masih pesimistis dengan kemajuan bangsa Indonesia.
“Ini menjadi tantangan besar karena pada 2030 Indonesia akan memiliki bonus demografi sehingga penduduk usia produktif menjadi mayoritas,” ungkapnya.
Lulusan Akabri Laut / AAL tahun 1982 ini menjelaskan bahwa generasi muda saat ini identik dengan beberapa karakter positif, antara lain mempunyai hasrat yang kuat, ingin memberikan kontribusi yang positif, ingin belajar dan bertumbuh, memiliki jiwa kewirausahaan, mendunia, atau tidak terkotak-kotak, ingin disukai serta menikmati kebersamaan.
Namun, generasi muda zaman now juga punya potensi karakter negatif. “Misalnya, banyak mengkritik, tapi kurang berbuat. Selain itu pola berpikir instan dan cenderung ke arah hedonisme,” kata alumni PPRA XL Lemhannas RI, tahun 2007 ini. Hal lain yakni, anak muda kita senang coba-coba, serta mudah dipengaruhi hal negatif.
Leonardi menyatakan, dampak-dampak globalisasi harus dibendung seoptimal mungkin. Beberapa pengaruh negatif globalisasi disebutnya, seperti pola hidup konsumtif, sikap individualistic, gaya hidup kebarat-baratan, menguatnya identitas primordial kelompok golongan, dan suku, serta hilangnya identitas diri sebagai bangsa Indonesia.
“Jangan sampai anak-anak muda Indonesia saat ini kehilangan identitas Jawa Barat dan keIndonesiaannya. Setuju?” tantang Leornadi.
Ketua Forum OSIS Jawa Barat Agung Al Farabi dalam pembukaan festival mengajak generasi muda bersatu menghasilkan karya-karya positif. “Dari ujung Bekasi sampai ujung Pangandaran, dari ujung Cirebon sampai ujung Sukabumi, semuanya mari kita bersama membuat satu getaran perubahan ke arah yang lebih baik,” kata pelajar SMA Islam Terpadu Umar Sjarifuddin (ITUS), di Kabupaten Kuningan itu.
Sebuah event yang keren. Daripada mabuk minuman oplosan, mending berpikir, bagaimana jadi kreatif dan generasi positif di era digital!
Seperti ditayangkan di http://tz.ucweb.com/4_4NcAG