Salah satu syarat negara maju adalah tersedianya transportasi publik bagi warganya yang mudah dan murah, terutama dari pintu gerbang ibukota negeri menuju pusat kota.
“Kita mau ke pusat kota? Tapi jam 12 siang harus sudah di bandara ini, karena pesawat kita ke Jakarta jam 14,” itu pertanyaan saya pada Einzel, sulung berusia 10 tahun, suatu pagi pada Juli lalu, saat mampir beberapa jam di Bandara Svarnabhumi Bangkok.
Akhirnya kami bisa merasakan ‘LRT Experience’ alias Airport Rail Link dari bandara menuju Phaya Thai. Turun sejenak di sekitar Phaya Thai untuk makan pagi lalu balik lagi ke bandara. Kami tiba kembali di Svarnabhumi dengan waktu longgar, lebih dari cukup. Tiketnya pun amat terjangkau, 45 baht sekali jalan atau sekitar Rp ribu.
Tak disangka, Agustus ini saya bisa merasakan ‘LRT Experience’ di dalam negeri, yang untuk kali pertama dioperasikan di Palembang. Kita sudah punya KA Bandara alias Rail Link di Kualanamu dan Soekarno-Hatta, ditambah rel di Maguwo yang menghubungkan Bandara Adi Sucipto ke Stasiun Tugu. Tapi, untuk Light Rail Transit, alias kereta dengan jalur elevated (melayang di atas jalan) baru Palembanglah yang jadi pilot projectnya.
Wong Kita Galo Plembang menyebutnya sebagai ‘sepur pucuk palak’ alias kereta api di atas kepala. Tarifnya diatur sangat murah. Hanya Rp 5 ribu untuk penumpang antar stasiun di luar bandara, dan Rp 10 ribu bila penumpang naik atau turun dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Saya sempat menempuh perjalanan dari Bandara SMB II ke pusat kota Palembang dengan bus pada sore hari, dan terasalah horor macet luar biasa. Jadi, jelas sekali kontribusi LRT ini untuk membantu mobilitas warga kota di tepian Sungai Musi itu.
“Saya ingin agar kereta ringan LRT Palembang bisa dijadikan contoh kota besar di Indonesia yang saya kira mulai padat dan macet dan membutuhkan transportasi massal. Dan ini akan lebih efisien dibanding dengan mobil pribadi,” kata Presiden Jokowi saat mencoba LRT yang total menghubungkan 13 stasiun dengan panjang 22,3 kilometer.
LRT Palembang menunjukkan, Indonesia mulai memenuhi tanda-tanda negara maju. Setidaknya, tak kalah dengan negara tetangga Siam, misalnya.
Payo (artinya Ayo) Naik LRT Sumsel!