Check In: MNL, Mabuhay, Hari Pertama di Manila!

Jumat 25 Oktober 2019, jam 6 pagi, matahari Ninoy Aquino International Airport malu-malu menyapa saat Airbus 321-200 milik Philippine Airlines PR 536 menunaikan tugasnya menerbangkan saya selama 3 jam 55 menit dari Bandara Soekarno Hatta.
 
“Salamat! Thank you for flying with us.” Demikian layar monitor di depan kursi menuliskan salam.
 
Ah, sudah sampai. Saya cuma berpikir bagaimana caranya bisa ke dapur para pramugara dan pramugari di belakang badan pesawat. Haus bener. Inilah pelajarannya kalau terbang malam: sediakan minuman kemasan dalam tas tenteng Anda.

“Some water, please,” pintaku di ujung kabin.
Francis Jerome Rowan, sang pramugara dari maskapai berslogan ‘The Heart of The Filipino’ itu berbaik hati menuangkan dua gelas air mineral.
Mabuhay, inilah Filipina. Negara kepulauan di utara Indonesia, yang terus membangun citra dirinya melalui sektor turisme.
Tak salah, sebuah papan iklan elektronik bernuansa testimoni dipampangkan pihak Imigrasi Bandara Ninoy.
“I’ve been to 120 country, but true Philippines is the amazing, one that made me want to stay,” Paolo Grazzini, Italian.
Bandara yang dibangun dari nama Benigno Simeon Aquino Jr, suami mantan  Presiden Filipina Corazon Aquino dan ayah mantan presiden Benigno Aquino III ini sedang menjalani perbaikan fisik.
Terkenang saran Harry Situmorang, seorang sahabat yang bekerja di markas Asian Development Bank, Manila.
“Bapak tidak bisa lama-lama beristirahat di bandara. Di sana ada renovasi besar. Harus segera cari hotel,” katanya saat itu.
Sepagi itu mau ke mana? Check in hotel tentu belum bisa. Maka, kami pun menggunakan Grab Car menuju ‘Market! Market!’ semacam food court di Metro Manila. Nongkrong sejenak menyaksikan suasana para Filipino nongkrong sebelum masuk kantor. Suasana Halloween terasa di antara berbagai stand makan yang kebanyakan menyajikan si kaki pendek alias babi.
Ketika dirasa jam KBRI sudah buka, kami pun mencari Grab yang lain. Dan sampailah kami di ‘rumah kita’: Embassy pf The Republic Indonesia. Kita patut berbangga, sebagaimana spot-spot lain di dunia, KBRI di Filipina terletak di kawasan elit. Kalau di Washington DC, KBRI berada di Dupont Circle, maka KBRI Manila terletak di Makati City, Metro Manila. Bangga dong pada negara maju bernama Indonesia!
Sebuah jeepney –alat transportasi khas Filipina- menyambut kami di halaman. Tertulis ‘rute’ Manila-Jakarta dengan plat nomor bertuliskan ‘Immigration Registered’. Masuk ke lobby, berbagai piranti khas tanah air tersaji di etalase: dari aneka kopi sampai kain tenun. Jangan lupa berfoto di panggung tempat biasa Pak Dubes Sinyo Harry Sarundajang berpidato. Tentu saja, di sini foto wapresnya sudah baru lho…
“Selamat menikmati Manila. Pesan kami, jangan sampai paspornya hilang. Nanti ke sini lagi, ngurus lagi,” pesan pamungkas Agus Buana, pejabat karir Kementerian Luar Negeri, Kepala Informasi, Media dan Public Relations KBRI Filipina.
Pria yang baru dua tahun di Manila itu selalu ramah melayani aneka keperluan WNI. Dari yang melakukan perjalanan khusus seperti kami, pelancong biasa, sampai aneka permasalahan TKI.
Tengah hari di depan KBRI, Restoran Garuda seperti di Jalan Sabang Jakarta menyambut kami dengan citarasa masakan nusantara.
Urusan administrasi beres, perut kenyang, mari kita mulai, petualangan 4 hari 3 malam di negeri tetangga di atas Kawanua…
Mabuhay, Salamat Datang di Filipina!
Salam Sabtu pagi dari Fersal Hotel, Metro Manila.
 

Leave a Reply

Your email address will not be published.