Beberapa hari berkunjung ke Manila, Filipina, lidah terasa tak afdol karena tak mencecap makanan khas Tanah Air. Pilihannya itu-itu saja. Jalan ke minimarket, minta menghangatkan ayam goreng yang didinginkan, atau mampir ke restoran cepat saji terdekat. Jalan ke McDonald’s atau Burger King, pesan menu standar: paket ayam yang ada nasinya. Jika asal datang ke pusat jajanan, bagi yang anti makanan haram, mesti hati-hati. Aroma daging babi ada di mana-mana.
Kami terkejut karena informasi di dunia digital memberikan jawaban itu: Restoran ‘Koki Indo’ di kawasan Mayapis, Makati. Tersempil di antara ruko-ruko modern, inilah ‘surga’ yang kami nanti-nantikan: masakan rumahan ala warung padang!
Pilihan makanan diambil persis dengan cara kita memesan makanan di warung-warung tegal atau restoran padang. Tunjuk-tunjuk di kaca etalase makanan. Ada sayur cap cai, kikil sapi, dadar telor ukuran jumbo, bakwan jagung, rendang, ayam goreng, dan lain-lain. Dijamin, kita serasa nongkrong di Jalan Sabang, Jakarta, maupun pusat-pusat kuliner lain di nusantara.
“Lumayan banyak penggemar restoran ini. Terutama jam makan siang. Penduduk lokal Filipino terutama,” kata Rudy, pemilik warung, yang tetap saja tak bisa meninggalkan ‘singgasana’-nya, duduk di kursi pembayaran sambil memencet-mencet kalkulator. Pria asal Batam ini datang ke Manila sekitar lima tahun silam.
Rudy didampingi Deni Tanjung, koki andalannya. Lelaki asal Bukittinggi ini berkisah, sambal, bumbu, dan bahan-bahan orisinal lain didatangkan khusus dari Sumatera. “Isteri saya kan dari Medan. Jadi kalau dia pulang, atau siapa saja yang lagi ke Medan, kami titip bumbu. Sekali beli bisa puluhan kilogram,” ungkapnya.
Arman, seorang pejabat Kementerian Pemuda dan Olahraga yang tengah berkunjung ke Manila jelang perhelatan Sea Games bulan depan, mengaku senang bisa menemukan rumah makan ‘Koki Indo’.
“Ambo, rasanya seperti di kampuang sendiri,” kata ayah lima anak asal Pariaman, Sumatera Barat itu.
Arman menyatakan, ia juga menemukan Restoran ‘Garuda’ yang berada persis di seberang jalan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Manila.
“Tapi, suasananya beda. Di ‘Garuda’ makanannya datang berdasarkan order yang kita pilih di buku menu. Kalau di ‘Koki Indo’ langsung tunjuk di balik kaca,” ungkapnya.
Harga makanan di dua restoran ini tak jauh berbeda. Relatif terjangkau untuk jam makan siang pegawai kantoran.
Di Restoran ‘Garuda’, sepiring sayur lodeh dihargai 160 PHP (Philippine Peso), belum termasuk ‘steamed rice’ yang mesti bayar lagi 40 PHP per porsi. Sementara itu, mie goreng 280 PHP, nasi goreng 250 PHP, dan soto ayam 185 PHP. Untuk cemilan ada tahu goreng 105 PHP, krupuk 70 PHP, perkedel kentang, perkedel jagung, bakwan sayur dan urap dibandrol sama: 135 PHP. Ada pula telur dadar garuda senilai 95 PHP. Untuk gampangnya, kurs 1 Peso Filipina hampir setara dengan 300 rupiah.
Rendang sapi dan krupuk udang di Manila… onde mande nikmatnya! Tambo ciak, tambah satu lagi!