Jas merah. Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Semboyan yang diungkapkan presiden pertama kita, Ir. Soekarno, itu begitu terasa saat menginjakkan kaki di Bandar Udara Tanah Merah (TMH), ibu kota Kabupaten Boven Digoel, Papua.
Betapa tidak, di kabupaten yang dialiri Sungai Digul inilah tokoh-tokoh bangsa pernah mengalami pengasingan. Nama-nama seperti Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Sayuti Melik, Marco Kartodikromo, dan lain-lain tercatat pernah menjadi penghuni penjara di Boven Digoel, yang kini lokasinya masih terawat sebagai obyek wisata sejarah persis di seberang Bandara Tanah Merah.
Di era kekinian, Boven Digoel pun memegang peranan penting. Bandara Tanah Merah yang memiliki runway sepanjang 1400 x 30 meter menjadi penghubung penerbangan kargo perintis ke kabupaten lain, seperti Pegunungan Bintang, Kabupaten Mappi dan juga 15 distrik di Kabupaten Boven Digoel.
“Bandara Tanah Merah melayani 60 kali pergerakan pesawat setiap hari, mayoritas merupakan penerbangan kargo perintis ke pedalaman,” kata Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas III Tanah Merah Asep Soekardjo.
Bekerjasama dengan beberapa maskapai, penerbangan angkutan udara perintis kargo maupun perintis penumpang umumnya dilayani pesawat jenis caravan dan pilatus, disesuaikan dengan medan pegunungan Papua yang memiliki karakteristik tersendiri.
Tiga hari dua malam menginjakkan kaki di Boven Digoel menghadirkan rasa syukur luar biasa. Merasakan sisi lain Papua, yang kerap disebut sebagai “the forgotten sibling”. Pace Mace Papua para pekerja keras dalam keterbatasan.
Mari bergerak maju bersama. Tanah Papua tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi.
Itu sudah!