Puasa Mengeluh

Puasa bukan hanya persoalan menahan rasa lapar dan haus. Tapi, bagaimana kita bisa mengendalikan diri kita untuk tidak terus protes kepada Tuhan atas hidup ini: Why me, God? Why, me?

Mentalitas korban alias ‘victim mentality’ adalah sebuah keadaan di mana seseorang selalu merasa dirinya sebagai korban dari segala kondisi dan situasi yang terjadi di sekitarnya. Ia seolah-olah merasa hidupnya selalu gagal dan menjadi orang yang ‘spesialis kurang beruntung’. Orang dengan tipe ini kerap merasa sebagai manusia yang paling menderita di muka bumi ini.

Robert Leahy, PhD, direktur American Institute for Cognitive Therapy menyebutkan ada enam karakteristik yang menunjukkan seseorang memiliki mentalitas korban, yakni:

  • merasa tidak berdaya dalam memecahkan atau mengatasi suatu permasalahan
  • cenderung melihat permasalahan sebagai bencana
  • cenderung berpikir bahwa ada seseorang yang berusaha merugikan atau menyakiti
  • memiliki keyakinan bahwa diri sendiri adalah sasaran penganiayaan
  • menolak untuk mempertimbangkan cara lain untuk mengatasi masalah
  • merasa terus menghidupkan kenangan menyakitkan, sulit memaafkan, dan menyimpan dendam.

Padahal, sesungguhnya tak ada orang yang bebas dari masalah di dunia ini. Jadi, jangan keburu mengeluh dan menganggap ‘dunia tak adil’ saat kita merasa mendapat masalah beruntun. Kerap ujian itu adalah sarana yang dipakai Sang Pencipta Kehidupan agar kita ‘naik kelas’.

“Ah, hidupku gini gini aja ya. Betapa tidak fairnya takdir bila dibandingkan kawan itu..”

“Kenapa ya mau promosi atau naik tingkat kerja kok gagal terus? Apa Tuhan sentimen sama saya?”

“Kapan majunya hidup ini kalau masalah datang terus menerus? Gak sempat bernafas akuuuu… Habis hilang kerja, kena sakit, ada kedukaan, tender gagal, dan lain-lain…”

Mari kita kurangi hal-hal yang ‘lebay’. Termasuk ‘lebay’, sedikit-sedikit mengeluh, merasa seolah Tuhan menjadikan nasib kita lebih buruk daripada yang lain. Berpuasalah untuk terus menggugat kemutlakan Tuhan atas kondisi yang kita alami. Jangan jangan, keadaan yang kita jalani ini karena memang kita kurang fight, kurang kompeten, atau kurang berbuat baik.

“Apa yang kau alami kini
Mungkin tak dapat
Engkau mengerti

Cobaan yang engkau alami
Tak melebihi kekuatanmu

Tangan Tuhan sedang merenda
Suatu karya yang agung mulia…”

Semarang, 15 Januari 2022,

Jojo Raharjo, jurnalis dan praktisi public relations

Leave a Reply

Your email address will not be published.