Berkesempatan kembali ke Lampung. Dua malam di provinsi berikon gajah ini. Terkenal dengan ungkapan: Ngupi, Pai… Ngopi dulu, lah..
Lampung punya makna dalam hidup saya. Kali pertama ke Sumatera. Mengantar sahabat saya menemui calon isterinya. Bermobil entah berapa belas jam. Dari Surabaya ke tengah hutan tebu PT Sweet Indo Lampung di Tulangbawang.
Bertahun-tahun kemudian, senang kembali ke Lampung lagi beberapa kali. Pernah dalam tugas mengawal Deputi Kepala Staf Kepresidenan cek ASDP Bakauheni lanjut menyusur jalan tol sampai Palembang. Pernah pula diminta mengisi materi pelatihan jurnalistik di Krui, Pesisir Barat, yang kini punya Bandara Muhammad Taufiq Kiemas. Pernah pula bersama keluarga. Berempat bermobil menyeberang Sulat Sunda. Tanpa tujuan jelas. Yang penting Lampung, dan akhirnya ‘nyasar’ ke Pantai Sari Ringgung dan Pulau Pasir Timbulnya.
Kali ini, ke Lampung dalam bagian mengawal event Tim Legal Program Kartu Prakerja. Di luar acara utama, saya berkesempatan mencatat destinasi dan hal asyik di provinsi berjuluk Bumi Ruwa Jurai, rumah tangga agung yang didiami oleh dua jurai masyarakat adat, yaitu jurai adat pepadun dan jurai adat saibatin.
* Stadion Pahoman
Kala masih SD, saya kerap mendengar tim favorit saya NIAC Mitra Surabaya bertanding dalam kompetisi Liga Sepak Bola Utama (Galatama) melawan Lampung Putera. Termasuk karena gagal menang secara kontroversial di akhir kompetisi, NIAC gagal juara. Sebelumnya, Lampung punya Jaka Utama (1979-1982), namun saya masih terlalu kecil saat itu.
Lampung Putera (1988-1990) terkenal saat pernah dilatih Rudy William Keltjes. Punya pemain macam Marzuki Badriawan, Marwanto, Robby Maruanaya, Muda Pulungan, serta kakak-adik Yance dan Daniel Sirey. Selain itu, Lampung punya tim perserikatan PSBL Bandar Lampung dan kini bersama Badak Lampung yang terlempar ke Liga 3.
Saya ingat betul, Lampung Putera bermarkas di Stadion Pahoman. Ternyata, stadion itu ada di tengah kota. Berkapasitas 15 ribu orang, Sabtu pagi kemarin, nampak ibu-ibu bersenam pagi di sana. Masih terlihat prasasti saat stadion diresmikan Gubernur Lampung Brigjen R. Sutiyoso pada 1977. Tahun saat saya dilahirkan. Ini tentu bukan Bang Yos, mantan Gubernur DKI Jakarta.
“Sekarang Badak Lampung mainnya tidak di sini, tapi di Way Halim,” kata Ronaldo Simamora, driver yang menemani di Lampung. Ia merujuk Stadion Sumpah Pemuda yang berkapasitas 25 ribu orang. Semoga sepak bola Lampung bisa bangkit kembali, seperti kala ada pengusaha gila bola bernama Marzuli Warganegara mendirikan Jaka Utama dan Lampung Putera.
- Nasi Uduk Toha
“Jangan mengaku ke Lampung kalau belum pernah ke Nasi Uduk Toha dan Bakso Sony,” kata sahabat saya, tokoh Lampung Oking Ganda Miharja, saat kami menikmati nasi uduk di kawasan Jalan Kartini, Tanjung Karang, itu. Dulu, ibu kota Lampung ada di Tanjungkarang. Karena itulah, kode bandara Radin Inten II berupa tiga huruf TKG. Namun kemudian, pada 1983, dua wilayah Tanjungkarang dan Telukbetung disatukan sebagai ibu kota berlabel nama baru ‘Bandar Lampung’.
Bersama Kristianto, sahabat lain yang selalu saya kontak kalau berada di Lampung, kami bercengkerama mendiskusikan situasi politik nasional dan lokal. Dulu, kini dan masa depan.
- Geliat Pilpres di Lampung
Usai berpose di Taman Gajah, ikon provinsi yang terkenal dengan taman nasional perlindungan gajah di Way Kambas, Lampung Timur, saya meminta Ronaldo mengantar saya ambil gambar di Kantor DPW Partai Nasdem. Tampak sekali kegairahan partai ini setelah 3 Oktober lalu, DPD Partai Nasdem resmi mengusung Anies Baswedan sebagai jagoannya di Pilpres 2024.
Ngopi dulu Pai, begitu ajakan yang tertera di depan kantor partai ini. Itulah ungkapan khas Lampung, yang menandakan segala masalah bisa diselesaikan dengan ngopi dulu. Mereka menyediakan kopi gratis, wifi, toilet, dan air bersih bagi siapa saaja yang mau nongkrong.
Oh ya, provinsi ini juga dikenal sebagai daerah asal tokoh politik dan pengusaha Aburizal Bakrie serta Erick Thohir.
Belum pernah ke Lampung? Datang dong ke provinsi di pucuk selatan Sumatera nan maju ini. Sudah pernah? Datang lagi, lah. Updatelah perkembangan ekonominya menggeliat pascapandemi…
Singgah, Pai!