Suasana Natal di Gereja Ganjuran. Suara gamelan membuat suasana kian khusyuk.
Dua malam jelang Natal, kami sengaja ke Ganjuran. Nama lengkapnya Gereja Hati Kudus Yesus. Lokasinya masuk Kabupaten Bantul. Didirikan pada 16 April 1924 oleh keluarga Schmutzer, pemilik Pabrik Gula Gondanglipuro di kawasan itu, Dari jumlah 25 orang Katolik di Ganjuran pada 2022, kini angka itu hampir menyentuh 10 ribu jiwa.
Awalnya, September 1862 pasangan Stefanus Barends dan Elise Fransisca Wilhelmia Kathaus dari Belanda datang ke Ganjuran, Bantul untuk membeli perkebunan tebu. Barends lalu membangun pabrik gula yang diberi nama Gondanglipuro, karena letaknya persis di antara Dusun Kaligondang dan Dusun Lipuro, sebuah dusun yang waktu itu dikenal ada kuburan keramatnya. Sebelum pabrik mengalami kemajuan berarti, pada tahun 1876 Barends meninggal. Pabrik dan perkebunan tebu diwariskan ke isteri dan anaknya, Ferdinand Barends. Setelah 4 tahun menjanda, pada tahun 1880 Elise Fransisca Wilhelmia Kathaus menikah lagi dengan Gottfried Schmutzer di Surabaya.
Kelak, selain membangun Gereja Ganjuran, pasangan ini juga dikenal sebagai pendiri RS. St. Elisabeth Ganjuran dan RS Panti Rapih (d/h RS Onder de Bogen) Yogyakarta.
Yang menarik memang, Ganjuran juga dikenal sebagai ‘gereja candi’. Website resmi Gereja Ganjuran menulis, selain sebagai monumen ungkapan syukur atas kejayaan pabrik gula, tujuan dari pembangunan candi tersebut adalah sebagai monumen atas keberhasilan pabrik gula Gondang Lipuro yang lolos dari krisis keuangan yang melanda dunia saat itu. Monumen ini juga dibuat sebagai ungkapan iman Schmutzer kepada Hati Kudus Tuhan Yesus dalam bentuk kebudayaan Jawa. Peletakan batu pertama pembangunan Candi Ganjuran dilakukan pada tanggal 26 Desember 1927, oleh Mgr van Velsen, SJ. Pada waktu itu juga dilakukan pemberkatan patung Hati Kudus kecil yang ditanam di dalam.
Saya dan Kira naik ke dalam candi, yang mewadahi patung pualam putih Yesus pada perspektif Jawa. Sang Maha Prabu Jesus Kristus Pangeraning Para Bangsa. “Patung di dalam candi itu sosok Yesus, yang digambarkan dalam wujud pemimpin dalam kultur Jawa,” kata Sekretaris Paroki Gereja Ganjuran Hadrianus Krismawan Aris Dwiyanto dikutip Tempo.
Kepada Yesus yang juga tampil pada perspektif Jawa sebagaimana kami, doa itu terpanjatkan. Dengan suara latar gamelan berlatih jelang perayaan Natal, kami bersyukur atas perjalanan hidup 2022 dan berdoa untuk terus jadi berkat di tahun depan. Tak lupa, membawa ‘oleh-oleh’ air suci.
Berkah Dalem.