Work smart, not only work hard. Apa bedanya?
Masih dari jepretan di rest area bekas pabrik gula Banjaratma, Brebes. Diambil dari perjalanan Mudik Natal lalu. Apa bedanya kerja cerdas dibanding kerja keras. Seorang politisi yang juga menteri kerap mengulang jargonnya: kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas. Memang, kerja keras saja tak cukup. Harus smart. Kerja pakai otot saja tak cukup. Harus pakai otak juga.
Sebuah tulisan di laman Kementerian Keuangan menegaskan, kerja cerdas merupakan satu tingkat lebih tinggi daripada kerja keras. Kerja cerdas tidak hanya mengandalkan fisik atau tenaga yang kuat melainkan adanya peran otak dalam berpikir untuk mengambil suatu tindakan atau aktivitas secara lebih efisien dan efektif.
Kerja cerdas perlu tigas aspek: personality, mentality dan morality. Artinya, seseorang yang telah mencapai puncak bekerja secara cerdas, ia masih berada di level personality, mentality dan morality. Ia sudah naik satu tingkat dari kerja keras dan telah memikirkan morality dalam kehidupan dan bekerjanya.
Mari kita cek segala keringat dan rasa capek kita. Sudah kerja cerdas, atau hanya kerja keras. Sudah work smart, atau baru work hard?