Pertama terbang dengan ‘Pelita Air’. Airbus A-320 dari grup Pertamina yang cukup nyaman.
Tak kurang, Beatrice, pramugari ‘Pelita Air’ menyapa kami para penumpang dengan penegasan, “Selamat terbang bersama Pelita Air, bagian dari Pertamina, a member of Pertamina.”
Siang tadi, saya terbang dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Juanda, Surabaya dengan IP 2014, kode penerbangan Pelita Air. Pesawatnya Airbus A-320, fasilitasnya Terminal 3, yang untuk domestic CGK hanya digunakan untuk Garuda dan Citilink. Dari awal informasinya di gate 27, ternyata diumumkan pindah ke gate 15. Lebih dekat. Baik naik di CGK maupun turun di Juanda semuanya pakai fasilitas garbarata.
Salah satu gebrakannya adalah layanan penggunaan internet di atas pesawat. Sayang, saya tidak sempat mencobanya. Ponsel sudah saya matikan. Saya taruh dalam tas di atas locker kabin, sudah susah dicari, tertutup koper-koper lain. Namanya layanan Starlight Entertainment.
Usia Pelita Air sebenarnya sudah 1,5 tahun. Bisnis Indonesia menulis, PT Pelita Air Service (PAS) resmi mengumumkan jadwal operasi perdananya pada 28 April 2022, persis sebelum masa mudik Lebaran 2022. Rute perdana yang dioperasikan secara perdana adalah Jakarta–Bali. Rute ke Bali dinilai potensial dengan tingkat permintaan yang tinggi. Dalam keterangan resminya yang dikutip, Selasa (27/4/2022), Pelita Air mencatat telah berdiri sejak 1970 di Indonesia, dengan sejarah berdasarkan eksplorasi dan eksploitasi lapangan minyak dan gas alam. Saat itu, Pelita Air mengoperasionalkan sebanyak 24 pesawat. Jumlah pesawat tersebut di antaranya 15 sayap putar dan 9 sayap tetap.
Sejalan dengan operasi berjadwalnya sebelum lebaran ini, Pelita Air Telah mendatangkan sebanyak 2 unit pesawat Airbus A320-200.Maskapai pelat merah ini telah menunjuk Direktur Utama yang baru yang kini dikomandoi oleh Dendy Kurniawan yang sebelumnya merupakan direksi di Indonesia AirAsia. Maskapai ini sebelumnya adalah maskapai charter dengan pengalaman di sektor minyak dan gas serta government special mission dengan sedikit sejarah terbang berjadwal.
Pendirian Pelita Air berawal dari kebutuhan Pertamina untuk mendukung kegiatan eksplorasi, eksploitasi, kargo, serta transportasi migas dan/atau personel. Awalnya pada 1963, Pertamina membuat departemen layanan udara yang disebut Pertamina Air Service. Pada 1970 atau 7 tahun setelahnya, Pertamina menutup departemen layanan udara dan sebagai gantinya mendirikan PT Pelita Air Service (PAS), anak perusahaan otonom untuk menyediakan operasi penerbangan berkelanjutan.
Maskapai ini kemudian diberi misi melakukan operasi penerbangan untuk melayani dan mengkoordinasikan operasi penerbangan secara ekonomis dalam industri migas di Indonesia melalui penerbangan charter dan kegiatan terkait. Termasuk kegiatan transmigrasi, pemadam kebakaran, pengungsi, palang merah, tumpahan minyak, foto udara, transportasi kargo.
Selanjutnya, layanan Pelita Air diperluas ke penerbangan untuk VVIP, lepas pantai, evakuasi medis, operasi seismik, survei geologi, helirig, pilot helikopter untuk disewa, dukungan dan pelatihan. Selama beberapa dekade, Pelita Air melayani jasa penerbangan bagi beberapa perusahaan migas di Indonesia, baik perusahaan asing maupun domestik