Sudah selesai nonton delapan episode Ratu Adil. Setidaknya bisa dibilang tamat, kalau belum ada lanjutannya di season berikutnya.
Maafkan juga tak bisa menuliskan per episode seperti dari episode satu hingga empat dengan angle berbeda-beda. Terlalu asyik ‘ngebom’ nonton maraton hingga episode kedelapan berakhir. Sepertinya, memang dibuat ‘testing the water’, jika market bersahabat, akan dibuat sekuelnya di season berikutnya. Ini karena ending episode kedelapan memang dibuat menggantung. Sangat memungkinkan untuk ada kelanjutannya, terutama karena ada cuplikan kehidupan Kevin dan Elvara setahun setelah penggerebekan terjadi.
Setidaknya ada beberapa catatan dari ‘Ratu Adil’ ini.
Pertama, series ini seperti memberikan panggung bagi Dian Sastro. Memang sosok Lasja Soerja pasti tak akan ‘jadi’ jika bukan Dian pemerannya. Dian yang selalu jadi jaminan unggulan sebuah film. Terakhir di ‘Gadis Kretek’.
Kedua, film ini memberi pesan kekuatan wartawan atau media untuk membongkar kriminalitas besar. Dikisahkan sebagai kerajaan ‘Sembilan Naga’. Meski berkali-kali disebut bahwa kesamaan nama, identitas, maupun lokasi adalah sebuah ketidaksengajaan dan film ini murni fiktif.
Pesan berikutnya (anggaplah 2a), jika media dalam negeri mampet, masih ada media internasional, atau bisa juga media digital. Setelah media-media dalam negeri pada kisah ini ‘dibungkam’ oleh Beni Hidayat dan kawan-kawannya, masih ada media bernama ‘Asia Today’ yang jadi tujuan berikutnya bagi Vanessa Tobing membongkar kejahatan Sembilan Naga.

Sayang, meski Vanessa bisa menemukan tempat kerja di ‘Asia Today’ usai dipecat dari media lokal yang masih dikuasai oleh kelompok para dewa judi, drug, miras, dan narkoba itu, nasibnya tak lebih baik dari orangtuanya. Persis sebagaimana akhir hidup ayahnya yang juga jurnalis investigatif, Firman Tobing, Vanessa mati dalam bungkusan koper besar. Setelah disiksa generasi berikut ‘Sembilan Naga’.
Pesan berikutnya, selalu ada polisi korup, pejabat bermasalah, yang menjadi penghubung dengan para penjahat. Sosok Tigor Sitohang, entahlah dia Kapolnas (untuk menghindari penyebutan Polri diganti Polnas), Kabareskrim, atau Kapolda, yang pasti tokoh ini rajin menerima suap lewat rekening isterinya. Tigor memarahi polisi idealis yang selalu berusaha mengganggu ‘misi’nya. At the end, Tigor mati, dan polisi muda itu jadi hero.
Sedikit klasik, tapi sebagai seger-segeran menyaksikan para bintang beraksi di series yang seolah menunjukkan kisah sebenarnya dunia hu-krim Indonesia, ya bolehlah…
Can’t wait untuk season berikutnya, jika benar ada…