Naik Kelas Thomas di Bedebah di Ujung Tanduk

Masih tentang petualangan Thomas dan kawan-kawan dari Tere Liye.

Kali ini, kisahnya bergerak ke level internasional. Tak hanya pertarungan ‘Mister T’ dalam penyelamatan skandal ekonomi maupun pertarungan politik. ’Bedebah di Ujung Tanduk’ menekankan perjuangan melawan sindikasi ’shadow economy’. Dari Indonesia, Jepang, China, Nepal, Bhutan, dan lain-lain.

Buku setebal 411 halaman yang saya baca dalam perjalanan Jakarta-Makassar dan Jakarta-Balikpapan ini lebih banyak bak kisah silat. Terutama saat petualangan menuju tempat asal Roh Drukpa, tokoh fiktif yang dianggap sebagai musuh utama shadow economy.

Thomas berjuang bersama Bujang alias ‘Si Babi Hutan’, lawannya dalam duel tinju internasional. Bersama mereka ada Ayako, si kembar Yuki dan Kiko, White Marinir, serta Salonga beserta muridnya Junior.

Akhirnya… seperti ciri khas duel ala Tere Liye, kemenangan ada di injury time. Ia menyimpulkan,

“Di Negeri Para Bedebah, pencuri, perampok, bagai musang berbulu domba. Di depan, wajah mereka tersenyum penuh pencitraan. Di belakang penuh tipu-tipu.

Di Negeri di Ujung Tanduk, pencuri, perampok, berkeiaran menjadi penegak hukum. Di depan, di belakang, mereka tidak malu-malu lagi.

Tapi, setidaknya kawan, dalam situasi apapun, petarung sejati akan terus memilih kehormatan hidupnya. Bahkan ketika nasib di ujung tanduk. Dia akan terus bertarung habis-habisan, bersama sahabat sejati. Karena esok, matahari akan terbit sekali lagi. Bersama harapan.”

Leave a Reply

Your email address will not be published.