Tradisi istimewa Tahun Yubileum. Berziarah ke sembilan Pintu Suci di sembilan paroki dari sembilan Dekanat Keuskupan Agung Jakarta. Pemberhentian kedelapan: Paroki Santo Laurensius, Alam Sutera.
Patung Laurensius berdiri tegap. Wafat di usia 33 tahun. Lengkap terpatri dengan kalimat keras di akhir hidupnya, ”Pauperes Sunt Thesauri Ecclesiae, kaum miskin adalah harta gereja”.

Santo Laurensius merupakan kepala dari tujuh diakon agung yang melayani Gereja Roma pertengahan abad ke-3 dan menerima mahkota kemartian pada tahun 258 di bawah kekuasaan Kaisar Valerianus.
Setelah Sri Paus Sixtus II dipenggal kapak oleh prajurit kaisar, Laurensius mendapat pilihan bersyarat dari Wali Kota Roma, ”Asalkan kau mau menyerahkan semua harta benda gereja yang kaukuasai itu kepada kekaisaran Roma guna kepentingan perangnya. Aku jamin dengan demikian engkau akan selamat.”

Bukannya menyerahkan harta gereja, Laurensius malah menjelajah pelosok Roma. Ia mengumpulkan orang sakit, janda, anak yatim piatu dan terlantar, para pengemis di pinggiran jalan.
Mereka mendapat makanan dan pakaian dari Laurensius. Terkumpullah sekitar 1500 orang.

Esoknya, di dekat koloseum, wali kota bertanya,
“Mana harta benda itu?”
“Tuan wali kota yang terhorhat, ambillah dan peliharalah orang-orang miskin dan sengsara ini.Mereka inilah yang menjadi kekayaan Gereja. Ambillah, persembahkanlah kepada Kaisar.”

Wali kota naik pitam, “Kurang ajar! Serdadu, tangkap orang gila ini! Bawa ke tempat penggorengan!”
Kayu mulai menyala dan dengan perlahan membakar daging Laurensius sedikit demi sedikit. Namun, wajah Laurensius yang menatap orang-orang di sekelilingnya memancarkan sinar indah.

Tiba-tiba wali kota mundur sedikit. Dari tubuh yang menderita itu tersebar aroma yang harum memenuhi seluruh tempat itu.
Laurensius dengan gagah berani menghadap ke hadirat Tuhan sebagai seorang ksatria Kristus. Kematiannya membawa pertobatan banyak orang yang langsung minta dipermandikan. Sebagian orang lainnya meminta tubuh Sang Martir yang telah hangus itu.

