Ini buku kedua puluh Tere Liye yang saya baca. ‘Teruslah Bodoh, Jangan Pintar’. Khusus bercerita tentang kompleksitas dunia pertambangan di Indonesia.
Alurnya unik, tapi khas kisah Tere Liye. Hanya dari ruang sidang komite berukuran 3×9 meter. Berisi tujuh anggota komite, masing-masing dua orang dari pihak pertambangan PT Semesta Minerals & Mining dan dua dari aktivis lingkungan. Kursi lain untuk saksi yang dihadirkan. Dengar pendapat maraton, sebelum dua pekan lebih kemudian memutuskan, apakah perusahaan itu diizinkan mendapat konsesi besar di negeri ini atau tidak.
Dari situ, cerita berkembang. Ber-bab-bab. Menuju masa lalu di aneka latar berbeda. Dari kisah tenggelamnya seorang pemain bola berbakat di kolam lubang bekas tambang di sebuah pulau. Kemudian kisah Siti dan suami ketiganya, yang bernasib tragis sejak tambang datang. Juga konflik bersaudara beda karakter -Rudi dan Budi. Lagi-lagi setelah perusahaan tambang itu masuk.
Ceritanya mengalir. Nyaris tak sabar membaca lembar demi lembar hingga 371 halaman tuntas. Saya baca di rumah, di Trans Jakarta, hingga di Stadion Gelora Bung Karno.
Sejak awal, Tere Liye memberi disclaimer bahwa karena ending ceritanya, novel ini masuk kategori dewasa. Jadi, hanya mereka yang benar-benar 18 tahun ke atas yang boleh membacanya. Jadi, apa endingnya? Yang jelas, ia memang bukan tipe penulis dengan bumbu ‘kisah seks tipis-tipis’, macam Leila Chudori, atau Dewi Lestari.
Ada beberapa quote yang sangat nendang di novel ini.
“Pendang membeli tanah untuk tempat berjualan gorengan, pemilik lahan menjual tanah untuk membeli gorengan itu.”
“Ratusan tahun bangsa ini melawan penjajah yang mengangkangi tanah, air, dan hasil bumi. Ratusan tahun bangsa ini susah payah mengusirnya, agar bisa Merdeka, Makmur di negeri sendiri. Kehidupan yang baik dan mulia. Tapi sayangnya, setelah penjajah itu berhasil diusir pegi, justru yang datang adalah saudara sendiri, yang lebih bengis, lebih rakus, untuk kemakmuran kelompoknya sambil membual demi kepentigan bangsa dan negara. Penjajah era kini.”
Menarik dan recommended dibaca tuntas. Mirip-mirip yang terjadi di sebuah negara. Kisah presiden, pengacara tricky, penulis laris, sampai Dandi sang pembuat film dokumenter.
Segera lahap buku terbitan Sabak Grip Nusantara ini!