Buku keduapuluh tiga Tere Liye yang saya baca. Judulnya ’Yang Telah Lama Pergi’. Berkisah tentang komunitas bajak laut dalam misi-misi ‘kemanusiaan’ memerangi musuhnya. Cerita epik, sejarah, dan lebih penting: strategi meraih kemenangan dalam hidup.
Kisah buku setebal 442 halaman ini memang tentang perjalaan bajak laut. Perompak. Dari angle seorang pembuat peta bernama Mas’ud alias Al Baghdadi yang nyasar masuk ke kapal bajak laut dan sempat dituduh mata-mata.
Juga kemudian mengambil sudut pandang perjalanan hidup Remasut, lahir dari keluarga bajak laut yang kemudian mendendam karena ayah ibunya dihabisi pasukan tempur laut Kerajaan Sriwijaya.
Sebenarnya, sisi menarik novel ini, yakni terkait strategi perang. Bagaimana kapal-kapal perompak itu bisa menang menghadapi kota Jambi nan berbenteng. Kota Jambi dengan pelindung Sungai Batanghari yang dipasangi rantai besi. Pun mengalahkan armada dengan jumlah dua kali lebih besar dengan cara menjebak ke selat sempit. Terakhir, melakukan strategi kapal penyamar saat masuk muara Sungai Musi, ibu kota Kerajaan Sriwijaya.
Perjalanan panjang melewati China, Korea, India, hingga menyisir Swarnadwipa alias Pulau Sumatera itu pun membuahkan hasil maksimal. Meruntuhkan kerajaan nan lalim.
Kuncinya adalah perencanaan yang matang. Seperti kata bapak pendiri Amerika Serikat, Benjamin Frankin, ‘if you fail to plan, you are planning to fail’. Jika Anda gagal dalam perencanaan, berarti Anda merencanakan kegagalan.

Halaman 106:
“Hanya orang bodoh yang menentukan hasil peperangan saat pedang dicabut, meriah ditembakkan dan mereka bertarung mati-matian.
Pertempuran hari ini sangat penting. Aku dan Pembayun memikirkan sejak lama bagaimana menghabisi Armada Utara sekali pukul. Itulah rahasia kecilnya, menentukan hasil perang bahkan sebelum dua pasukan bertemu. Rencana adalah kunci setiap peperangan. Dan hasil peperagan ini bahkan telah ditentukan sejak setahun seilam… Aku memenangkannya satu tahun lalu.”
Halaman 333:
Rencana yang matang, persiapan yang matang, adalah kunci memenangkan pertempuran besar. Kalimat itu akurat. Para perompak memang hanya memiliki waktu beberapa jam saja menyiapkan semuanya, tapi itu lebih dari cukup, dibanding 1.400 armada Kerajaan Sriwijaya.
Halaman 431:
Tapi keajaiban itu masih ada. Tepatnya, rencana yang matang, persiapan yang panjang bisa menentukan hasil perang. Itulah yang terjadi kemudian.
Dan, bisa jadi, ada beberapa kutipan penting lain soal perencanaan yang lupa saya garis bawahi di buku. Selain itu, ’Yang Telah Lama Pergi’ memberi pesan moral terkait fokus dalam bekerja, lupakan sakit hati, dan semua perjalanan yang akan indah pada waktunya setelah melewati berbagai penderitaan.
Bacalah ’Yang Telah Lama Pergi’, dan nikmatilah tanpa merasa bosan. Karena banyak mutiara pesan kehidupan di dasarnya.