Jefri Sine, Petarung Rote Menatap Masa Depan

Nama anak muda itu Jefri Lorens Sine. Ia punya tekad baja untuk sukses di ibu kota.

Lahir dan besar di Kupang, Jefri berdarah Rote, pulau paling selatan Indonesia. Kini, Jefri berstatus sebagai mahasiswa Magister Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta dengan konsentrasi pada Sejarah Gereja. Bisa dibilang, di usia 26 tahun ini Jefri jadi sejarawan muda Nusa Tenggara Timur.

”Saya berfokus pada penulisan sejarah gereja, kehidupan sosial-budaya NTT, serta penulis biografi tokoh agama, pemerintah, adat, dan gereja,” kata anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Soleman Sine dan Yurfhilia Adronci Lely ini.

Kami menikmati makan siang di Kantin Demokrasi DPR RI. Sebagai pemuda Nusa Tenggara Timur, ia memilih menu ’yang penting ada ikannya’. Nasi, ikan kembung, dan porsi sayuran secukupnya jadi teman kami berbincang saat itu. Senang sekali menginjakkan kaki di Gedung Parlemen Senayan, menancapkan mimpinya berkantor di sana.

”Ya, saya ke mana-mana lebih banyak berjalan kaki. Pernah juga beberapa lama tidur di sebuah gereja di kawasan Menteng. Itulah perjuangan hidup,” ungkap aktivis Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) ini.

Beberapa buku sudah dihasilkannya, antara lain ’Taebenu Punya Kisah Abad XVII-XXI’, ’Sonba’i Punya Kisah Abad XV-XX, Perjuangan Kerajaan Oenam Dalam Melawan Bangsa Penjajah di Pulau Timor’, ’Kerajaan-Kerajaan di Timor’, ’GMIT Nazaret Oesapa Timur Punya Kisah. Kupang’, dan ‘Jejak Langkah Esthon Foenay, Pemimpin Dari Timor’.

“Saya punya kerinduan bagaimana agar buku ’Kerajaan-Kerajaan di Timor’ dapat jadi referensi wajib bagi murid-murid sekolah di NTT. Masih banyak generasi muda yang belum paham histori Pulau Timor nan kaya sejarah,” urai Sarjana Theologia lulusan Universitas Kristen Artha Wacana Kupang ini.

Gubernur NTT 2018-2023 Viktor Laiskodat mengaku bangga atas keseriusan Jefri jadi penulis banyak buku tentang provinsi berjuluk ’Nusa Tinggi Toleransi’ itu.

”Tidak ada yang abadi di dunia ini, kecuali tulisan. Teruslah menjadi teladan serta motivator untuk para anak muda NTT dalam berkarya dan berjuang melestarikan sejarah serta budaya yang ada, sebab masih sangat banyak yang belum digali,” kata Viktor.

Terus maju dan berjuang, Jefsin. Percayalah, suatu saat kelak nampak buahnya: hasil tidak akan mengkhianati prosesmu. Semoga suatu saat Jefri bisa jadi pemimpin Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) ke depan!

Leave a Reply

Your email address will not be published.