Masih soal kuliner di daerah ‘Wong Kito Galo’ yang kaya ikan. Kali ini, lepas dari rombongan kantor, kami makan siang di resto ikan ternama. M’bok Yah, itu brandingnya.
Agak jauh menepi lokasinya. Kawasan Sekanak 22 Ilir, Bukit Kecil. Parkirnya sangat luas. Hendra Sipayung, sahabat dari Imigrasi Sumatera Selatan, memperbolehkan saat saya tertarik mencoba makan kepala patin sungai.

”Waduh, emangnya bakalan bisa habis nih saya sendiri?” tanyaku.
Ya sudah, dicoba saja.

Menu unggulan lain, Pindang Pegagan, terutama pindang tulang yang asam pedas dan pindang ikan patin. Selain pindang, ada juga opsi ayam bakar dan ikan bakar. Tak kalah menggiurkan yakni badan patin tambak atau patin sungai, buntut patin tambak atau patin sungai, mujair jumbo, gurame bakar, pindang salay lais, pindang salay, baung, sate ikan gabus, brengkes tempoyak, dan telur gabus. Selarik pete dijual Rp 7 ribu sebagai teman makan.
Kami bersama dua sohib lain dari kalangan media. Nugie Santoso sahabat lama dari KompasTV, dan Yudie Thirzano, sohib dari Jawa Timur yang kini memimpin Sriwijaya Post serta Tribun Palembang.

Ternyata, brand Mbok Yah tak hanya di sini. Ada pula cabang yang lain. Di Jakabaring, juga lumayan terkenal.
“Ini memang tempat favorit menjamu kawan yang jarang ke Palembang. Nuansa makanan ikan sungainya beda sekali,” kata Hendra, aktivis mahasiswa Surabaya yang sudah berpindah tugas ke Kepulauan Riau dan kini hinggap di Palembang.




