Hari ini menjadi narasumber secara daring dalam kegiatan ‘Penguatan Kelembagaan Sinergitas Bawaslu bersama Pemangku Kepentingan dalam Memperkuat Demokrasi di Kota Manado’.
Terima kasih untuk Ketua Bawaslu Kota Manado Brilliant Johanes Maengko dan dua anggotanya Heard Runtuwene serta Abdul Gafur Subaer.
Tampil bersama Wakil Ketua Komisi II DPR RI Aria Bima yang di forum ini menegaskan bahwa Bawaslu harus menjadi garda terdepan dalam proses demokrasi ke depan.

Kita belajar dari Pemilu 2024 yang menurut para pegiat civil society dianggap sebagai Pemilu terburuk pascareformasi. Secara prosedural Pemilu selesai, tapi apakah secara demokrasi, kemurnian demokrasi terjaga dengan baik?
Kenapa DPR dihujat, digeruduk sekian banyak pada aksi unjuk rasa akhir Agustus kemarin? Posisi DPR sampai pada titik nadir, padahal
partisipasi publik pemilu legislatif 2024 sampai 81 persen tapi kok kemarin pada menghujat, termasuk mahasiswa? Gejala apa ini, yang salah apa ini?

Komisi II DPR komit menjadikan Bawaslu sebagai garda terdepan untuk menjaga Pemilu sebagai pilar demokrasi yang Luber dan Jurdil. Kita harus ingat bahwa setiap pemilu dan pilkada bukan kegiatan seremonial belaka. Tapi menjadi momentum penting berjalannya demokrasi, momentum penting bagi pergantian kekuasaan, dan momen penting rakyat mengevaluasi kinerja para pejabatnya.
Bagaimana bisa berjalan demokratis? Penyelenggaraannya harus berjalan secara konstitusi.
Untuk itu, Bawaslu harus melakukan pendekatan partisipatif di setiap tahapan Pemilu. Dekati tokoh agama, takmir masjid, pemuda gereja, organisasi keagamaan, pemilih pemula, Gen Z. Semua harus terlibat dalam pengawasan Pemilu ini.
Perkuat hubungan dengan basis-basis sosial di Manado, misalnya perkuat dengan basis-basis gereja, komunitas pendidikan, Yayasan, dan lain-lain.
Yang kemarin ikut aksi mengamuk pada DPR dan DPRD, besok harus ikut mengawasi bagaimana Pemilu bisa berjalan baik. Pengawasan berbasis kesadaran kolektif dan pengawasan berbasis partisipasi masyarakat ini sangat penting.
Jangan sampai rakyat tidak melihat kinerja Bawaslu yang netral, luber, dan jurdil dan menganggap Bawaslu tak punya peran apa-apa dalam mengawasi berbagai kecurangan pemilu.
Laksanakan ’pertobatan massal’, menjadikan pemilu yang demokratis harus kita jaga bersama. Kalau itu terjadi, maka sejarah mencatat Bawaslu akan menjadi benteng terakhir yang membuat demokrasi Indonesia tetap hidup, jujur, dan adil.
Bunyi kolintang merdu berirama,
Pantai Malalayang indah berseri.
Bawaslu tetap bekerja bersama,
Awasi demokrasi pasca pemilu ini.
Gunung Klabat tampak menawan
Menyelam di Bunaken airnya jernih
Meski Pemilu masuk masa non tahapan
Bawaslu bekerja memberi literasi demokrasi…
