Membungkus Mimpi Piala Dunia

“Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup.” Begitu kata Raden Ajeng Kartini.

Dan, kali ini, kita harus menunda mimpi itu terwujud. Lagi.

”Rasa-rasanya belum pernah kita sedekat ini ke Piala Dunia, hanya berjarak 180 menit dari Piala Dunia,” demikian komentar sebuah akun sepak bola, sebelum Ronde 4 Prapiala Dunia Asia dimulai.

“Insya Allah, tahun 2026 nanti kita nggak lagi dukung Jerman, Prancis, Brazil, atau Argentina! Karena akhirnya… negara kita sendiri yang main di Piala Dunia!” tulis warganet lainnya penuh haru.

Sebenarnya, tinggal dua langkah menuju Piala Dunia juga pernah kita rasakan pada Prapiala Dunia 1986. Saat itu kapten Heri Kiswanto, Bambang Nurdiansyah, Warta Kusuma, Noah Meriem, Zulkarnaen Lubis, Rully Nere, Dede Sulaiman dan kawan-kawan menjadi juara Grup 3B di atas India, Thailand, dan Bangladesh. Enam kali main, catatannya empat kali menang, sekali seri, dan sekali kalah 1-2 dari Bangladesh.

Di putaran kedua menghadapi Korea Selatan, suasananya sudah seperti mau lolos Piala Dunia. Padahal, masih ada Jepang menanti seandainya timnas menang. Masih usia 8 tahun, saya membaca koran sore, ada pemilik toko emas mempertaruhkan jualannya. Yakin anak asuhan Sinyo Aliandoe akan mengalahkan Korsel. Bahkan, namanya juga orang Indonesia, rasa optimisme masih kuat meski di laga perdana di Stadion Olimpiade Seoul kita dihajar dua gol tanpa balas.

Sembilan hari berselang, giliran main kandang di Stadion Utama Senayan, 30 Juli 1985, masih banyak yang yakin akan ada ’remontada’, pembalikan skor dari ketinggalan 0-2. Hasilnya, tiga gol bersarang ke gawang Hermansyah dan Donny Latupeirissa di babak pertama, ditambah sebiji gol lagi oleh Kim Joo-Sung di menit 47. Dede Sulaeman, striker Indonesia Muda yang belakangan berkarir di Pertamina Plumpang, menyumbang gol hiburan di menit 87. Indonesia kalah 1-4 di kandang. Korsel kemudian lolos ke Piala Dunia Mexico setelah menang 3-1 atas Jepang dalam dua pertemuan.

Menjelang Piala Dunia 2026, perasaan sedekat itu ke Piala Dunia kembali timbul. Apalagi kali ini ada penambahan peserta dari 32 negara di Piala Dunia 2022 Qatar menjadi 48 negara di Piala Dunia 2026 AS, Mexico, dan Kanada. Delapan tiket langsung menjadi milik Asia. Saat ini enam negara sudah menggenggamnya: Korsel, Yordania, Iran, Uzbekistan, Jepang, dan Australia. Dua tiket tambahan diperebutkan di dua grup antara Oman, UEA dan Qatar serta grup lain dihuni Indonesia, Arab Saudi, dan Irak. Selain itu, masih ada harapan tiket playoff antar benua bagi runner-up dua grup itu. Sementara bagi juru kunci grup langsung angkat koper.

Sejarah optimisme itu masih terulang lagi. Setelah kalah 2-3 dari Arab Saudi di laga perdana Ronde 4, dengan dua gol Indonesia dicetak dari titik putih, keyakinan untuk lolos langsung masih saja ada dalam angan-angan. Ya, namanya juga negara penuh keyakinan. Negara yang dilahirkan dalam naungan bintang Leo dan shio ayam pada 17 Agustus 1945, mencerminkan karakter rasa percaya diri yang kuat.

Otak-atik gathuk muncul. Kalau saja Indonesia menang 2-0 atas Irak, lalu tiga hari kemudian Irak menang 1-0 atas Arab Saudi, maka Indonesia lah yang lolos langsung ke Piala Dunia 2026. Mengulangi sejarah Hindia Belanda yang berlayar ke Piala Dunia Prancis 1938. Menjadi satu-satunya wakil Asia yang kala itu langsung kembali berhadapan dengan mabuk laut di kapal usai digebuk setengah lusin gol tanpa balas dari Hungaria.

Bagaimana logikanya Indonesia bisa menang atas Irak, sementara dalam penyisihan ronde kedua saja kita kalah 1-5 di Stadion Internasional Basra dan kembali keok 0-2 di Gelora Bung Karno? Saat laga ini dimulai, Irak ada di peringkat 58 FIFA, sementara Jay Idzes dkk hinggap di ranking 119 dunia.

“Kami sangat bersemangat untuk memainkan laga lawan Indonesia. Jelas saja kualifikasi ini sangat berarti karena sudah ditunggu begitu lama. Kami sangat siap,” ucap pelatih Irak Graham Arnold.

Saking pedenya, ia berujar, “Saya pikir jika harus memberi rating tim ini adalah 10 dari 10. Kedisiplinan para pemain tidak pernah menjadi isu, mereka semua fantastis 100 persen,” kata eks juru taktik Timnas Australia itu.

Arnold bukan pelatih kaleng-kaleng. Ia memegang banyak rekor saat menjadi manajer di A-League maupun di timnas Australia. Enam tahun membesut The Socceroos, nasibnya terhenti setelah Aussie hanya bermain 0-0 melawan Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno, pada ronde ketiga Prapiala Dunia Zona Asia, 10 September 2024. Sepuluh hari setelah hasil imbang di GBK, Arnold memutuskan mundur. Tetap saja menjadikannya sebagai pelatih terlama yang pernah menangani timnas Australia.

Delapan bulan nganggur, ternyata pria 62 tahun itu masih menarik minat negara lain. Mei 2025, Singa Mesopotamia Irak meminangnya, menggantikan Jesus Casas, pelatih asal Spanyol yang dua kali membabat timnas Indonesia dalam dua pertemuan ronde dua Prapiala Dunia Zona Asia.

Pun demikian dengan timnas Indonesia. Patrick Kluivert masuk setengah jalan setelah PSSI memecat Shin Tae Yong yang lima tahun mengarsiteki Timnas Garuda. Kluivert diklaim Ketua Umum PSSI Erick Thohir sebagai satu-satunya pelatih yang datang pada interview kerja di salah satu negara Eropa pada hari Natal 2024.  Tiga pelatih jadi kandidat, hanya satu yang hadir.

“Saya bahkan tawarkan pada 25 Desember 2024, di Hari Natal, bukan tidak menghormati hari besar, tetapi untuk mengetes komitmen,” tutur Erick Thohir.

”Dari tiga pelatih, ada satu yang datang. Itu yang saya lihat poinnya. Lebih karena walau habis interview, dia pulang lagi kenegaranyya. Saya tidak mau makan waktu juga, jadi 2-2,5 jam cukup,” imbuhnya.

Diduga, satu-satunya pelatih yang mengikuti wawancara dengan Erick Thohir itu ya Kluivert. Figur yang masuk dalam generasi emas Ajax 1995 ini -di usia 19 tahun mencetak gol tunggal Final Piala Champions 1995 melawan AC Milan- sudah tidak melatih selama setahun lebih usai terakhir kali menangani klub Turki, Adana Demirspor pada Juli-Desember 2023. Kluivert resmi jadi pelatih timnas Indonesia di pekan pertama Januari 2025. Menang tipis atas Bahrain dan Tiongkok di kandang, serta kalah telak dalam tandang ke Australia serta Jepang jadi catatannya.

Di ronde keempat Prapiala Dunia Asia, selepas kalah 2-3 dari Arab Saudi, dengan mencadangkan pemain-pemain inti macam Thom Haye, Rizky Ridho, dan Justin Hubner, makian warganet menyerbu akun Erick Thohir maupun timnas Indonesia.

“Pak,… cuman di era STY kita bisa ngeliat timnas ngalahin Arab Saudi, mulangin Korsel, ngebantai Jordania, ngalahin Kuwait di kandangnya, padahal skuad kita mayoritas pemainnya pemain muda tapi kita bisa ngalahin mereka.

Cuman STY yang berani potong 1 generasi timnas, zaman STY ngelatih timnas main pake skema counter attack cepat, main satu dua sentuhan dan itu kita liat waktu timnas ngalahin Arab semua gol yang dicetak melalui skema counter attack cepat.

Satu lagi, STY gapernah ngerasain duduk di bench, dia selalu berteriak di sepanjang pertandingan, dan kita tidak melihat itu di zaman Petrik ini. Di beberapa pertandingan timnas STY selalu dapat kartu kuning, itu menunjukkan totalitasnya sebagai pelatih…” kata akun @yayankagustin21

Bahkan postingan Erick di depan Kabah pun mendapat komentar dari @shasyadhira, ”Semoga bapak sadar atas kesalahan yang telah diambil dengan memecat pelatih yang sudah berjuang memperbaiki timnas Indonesia.. semoga jika gagal tolong kembalikan pelatih sebelumnya untuk kembali ke timnas Indonesia.. aamiin ya Allah ????????”

Tagar #PatrickKluivertOut bertebaran pada komen di postingan wajah Kluivert di akun @timnasindonesia. Sebaliknya, tombol #kembalikanSTY pun dibikin warganet. Semakin marak jelang detik-detik pertandingan Indonesia lawan Irak. Padahal, nyaris di hari yang sama Shin Tae Yong dipecat dari kursi pelatih Ulsan HD menyusul serangkaian hasil buruk yang menimpa tim juara bertahan K League 1 (Liga Korea Selatan) itu. Hanya dua bulan setelah bergabung pada Agustus, selama 10 pertandingan, STY hanya mampu meraih dua kemenangan, yakni melawan Jeju United dan Chengdu Rongcheng. Nama besarnya sebagai pelatih timnas Korsel yang membantai Jerman 2-0 di Piala Dunia Rusia tinggal kenangan.

Dan, malam penghakiman itu datang. Minggu, 12 Oktober 2025, setengah dua dini hari, Waktu Indonesia Bagian Barat. Dengan beda waktu empat jam Jakarta dan Jeddah, saya masih tak bisa memahami mengapa laga baru dimainkan jam setengah sebelas malam waktu setempat di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah.

Pertandingan Liga Champions Eropa atau laga tengah pekan Liga Inggris biasanya dimainkan jam delapan malam waktu sono. Pun final Piala Dunia 2022 di Qatar antara Prancis lawan Argentina juga dimainkan jam 10 malam waktu Indonesia. Alasan terdekat mungkin karena suhu udara. Malam tadi temperatur di Jeddah 31 derajat Celsius. Jadi, kalau mainnya siang atau sore, pasti lebih menyengat.

Lawan Irak, Kluivert mengawali pertandingan penentuan dengan lima perubahan drastis dibandingkan lawan Saudi. Rizky Ridho, Calvin Verdonk, Thom Haye, Eliano Reijnders dan Mauro Zijlstra jadi pemain mula.

Pemain belakang yang sama sekali tak dimainkan di laga lawan Arab Saudi, Justin Hubner justru hilang beneran di laga ini. Bek tengah asal klub Fortuna Sittard itu dicoret dari 23 pemain di lembar skuad tim, bersama kiper Reza Arya, Egy Maulana, Beckham Putri dan si kembar Yance serta Yakob Sayuri.

Sudah jamak diketahui, usai tak mendapat menit bermain lawan Arab Saudi, Hubner membuat story di Instagramnya, me-repost postingan pasangannya, @jennifercoppenreal20, “Kita semua bisa sepakat siapa yang seharusnya berada di lapangan.”

Hubner kemudian minta maaf, tapi tak tersedia tempat baginya di laga hidup mati lawan Irak.

Cukup spekulatif juga kala Kluivert memasang Mauro Zijlstra, striker 20 tahun dari Volendam, yang belum pernah main di laga kompetitif timnas, sebagai tumpuan lini depan. Mauro baru dua kali main di laga persahabatan lawan Taipei dan Lebanon di Surabaya. Akhirnya, Mauro diganti Ole Romeny saat babak kedua memasuki menit kesembilan.

Dan, petaka datang 14 menit sebelum laga yang dipimpin wasit Tiongkok Ma Ning berakhir. Sebanyak 62.345 pasang mata di stadion berjuluk ‘Permata Bersinar’ dan puluhan juta di televisi terhenyak saat sepakan kaki kiri Zidane Aamir Iqbal yang gagal dipepet Calvin Verdonk menembus sudut kiri gawang Marten Paes. Pemain 22 tahun kelahiran Manchester dari ayah Pakistan dan Ibu Irak itu memperkuat FC Utrecht di Eredivisie setelah menimba ilmu di Manchester United sejak umur sembilan tahun. Iqbal yang baru masuk di babak kedua menggantikan Kevin Yakob disebut komentator Ma’ruf El Rumy sebagai “pemain berbakat dan mutiara bagi timnas Irak”.

Tak ada gol yang bisa dibalas Tim Garuda pada waktu tersisa. Kecuali ‘prestasi’ memberi kartu merah kepada Zaid Tahseen di menit akhir, sebagaimana Mohamed Kanno dari Saudi juga diusir di menit 90+3. Maka, impian menjadi peserta Piala Dunia, dengan partisipan yang diperbanyak dan naturalisasi pemain berlimpah, pun gagal jadi realita.

“Kami tampil fantastis hari ini. Saya bangga dengan para pemain saya yang menunjukkan semangat dan keberanian mereka, tapi sayangnya, hasil tidak berpihak. Satu aksi saja membuat kami kalah, kami sangat terpukul. Mimpi Piala Dunia lenyap begitu saja, kekecewaan bukan hanya bagi saya, tapi berat bagi seluruh bangsa Indonesia, Berat, berat,” kata Kluivert di konferensi pers usai laga lawan Irak. Di sosmed, ia dikecam karena saat para pemain menghampiri ribuan suporter timnas, Kluivert dan rombongan staf kepelatihan asal Belanda hanya diam menonton dan bangku cadangan.

Ketua Umum PSSI sekaligus Menteri Pemuda dan Olahraga memasang permohonan maaf di post Instagramnya. ”Terima kasih kepada suporter, pemain, dan ofisial atas perjuangan untuk bisa sampai Round 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026. Pertama kali dalam sejarah, Indonesia bisa sampai di titik sejauh ini. Kami memohon maaf mimpi masuk ke Piala Dunia belum bisa kami wujudkan,” tulis Erick Thohir.

Komentar pencinta sepak bola Indonesia yang sedang patah hati level dewa langsung menyambutnya.

“Anda merusak pondasi yang dibangun Shin Tae-yong dengan mendatangkan pelatih yang nggak jelas ????” @ekodarmoko

“Maaf ya pak, tapi saya gak mau maafin bapak????” @jumi.purnama20

”Ketika dilatih sama STY timnas jadi kuat pertahanannya tinggal tajemin serangan… Pas diganti Patrick ancur depan belakang” @yunnyfitri_166

Mimpi itu sudah usai. Dari sejarah menang 12-0 lawan Brunei di ronde pertama Prapiala Dunia Asia, mengangkangi Filipina dan Vuetnam di ronde kedua, serta menyingkirkan Bahrain dan Tiongkok di ronde ketiga. Di ronde keempat, kita mengubur mimpi itu dalam-dalam, tanpa mencetak satu gol pun dari permainan terbuka dan kebobolan empat bola dari Saudi dan Irak.

Menarik dinanti selanjutnya, bagaimana nasib para pemain naturalisasi itu? Apakah mereka dimanfaatkan membela Garuda Muda mempertahankan medali emas Sea Games akhir tahun ini, bagi yang umurnya belum 23 tahun macam Mauro Zijlstra, Miliano Jonathans dan Nathan Tjoe-A-On? Atau maukah para pemain kelas Liga Eropa ini tampil di level Piala AFF 2026 -gelar domestik yang belum didapat timnas Indonesia? Untuk laga kompetitif level Asia, baru ada Piala Asia Januari 2027 di Arab Saudi nanti.  

Layak juga dicermati bagaimana karir mereka kelak. Akankah tetap bersinar di Eropa, atau memilih mencari cuan di ‘negeri barunya’ seperti Thom Haye dan Eliano Reijnders di Persib, Rafael Struick di Dewa United, Jordi Amat di Persija, atau Jens Raven di Bali United.

Atau jangan-jangan mereka akan ’hilang’ dan kembali hidup di Belanda, usai karirnya berakhir, macam pemain-pemain naturalisasi era Ketua Umum PSSI Djohar Arifin: Tonnie Cussell, Ruben Wuarnabaran, Sergio van Dijk, dan Jhonny van Beukering.

Apapun itu, mari kita rayakan ’hari patah hati nasional’ ini. Dalam waktu dekat, setidaknya sampai Sea Games Thailand nanti, tak ada lagi perbincangan bernada optimisme  soal sepak bola di pangkalan ojek, warung kopi, dan talk show-talk show televisi.

Untuk sementara, pernyataan ”Hanya ada dua hal yang membanggakan dari negeri ini: tim nasional dan pemadam kebakaran” juga harus kita kesampingkan dulu.

Mari kita kembali tidur menebus rasa sakit akibat begadang semalam. Sampai saatnya kembali merapal ucapan Andrea Hirata, ”Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.”  

@jojoraharjo77, Mahkota Simprug, Minggu siang di Hari Patah Hati Nasional

Leave a Reply

Your email address will not be published.