bertemu mantan seringkali tak mengenakkan. Apalagi kalau sejarah pisahnya tidak baik-baik.
Mungkin, jika ada Grup WhatsApp berjudul ’Mantan Liverpool/Pernah di LFC’, penghuni pemain aktif yang paling banyak berasal dari Brentford FC. Empat pemain eks The Reds siap menghadapi klub lama mereka di rumah baru, Gtech Community Stadium, London Barat. Di belahan kota yang sama musim ini, Liverpool takluk 1-2 oleh Crystal Palace dan Chelsea. Adegannya sama: kebobolan menit awal, menyamakan gol di babak kedua, dan dinyatakan kehilangan poin di menit tambahan waktu.
Kuartet Liverpool di Brentford bergabung tim berjuluk ‘Si Tawon’ itu dalam waktu berbeda, tapi dengan alasan yang relatif sama.

Sepp van Den Berg, 23 tahun, digadang-gadang sebagai calon bek tengah atau bek kanan masa depan Liverpool. Pemain kelahiran Zwolle, Belanda, itu membela Liverpool sejak usia 18 tahun di musim 2019/2020. Harganya 1,3 juta pounds dibeli dari klub Eredivisie PEC Zwoille, dengan persetujuan meningkat jadi 4,4 juta pounds jika klausul perjanjian lain terpenuhi.
Musim itu, Van den Berg di bawah Jurgen Klopp main di putaran ketiga Piala Liga melawan Milton Keynes Dons. sebagai pemain pengganti rekannya sesama bek Belanda, Ki-Jana Hoever. Liverpool menang 2-0. Di putaran keempat melawan Arsenal, Van den Berg main penuh sejak menit pertama. Setelah 5-5 di waktu normal, Liverpool akhirnya menang adu penalti 5-4.
Kiprah Liverpool di Piala Carabao musim itu kandas setelah dibantai Aston Villa 0-5 di babak perempat final. Dengan tim utama Klopp pergi ke FIFA World Cup Qatar, Liverpool menurunkan tim U-23 di bawah manajer Neil Critchley. Van den Berg bermain penuh, bersama kiper Caomhin Kelleher, dan Harvey Elliott.
Cerita selanjutnya, ia berganti-ganti tim sebagai pemain pinjaman. Semusim di kasta kedua Liga Inggris, Preston North End pada 2020-2021. Lalu menyeberang ke Jerman bersama Schalke 04 di kasta kedua Bundesliga dan tahun berikutnya di tim cadangan Schalke.
Pada 2023/2024, masih di Negeri Panzer, Van den Berg disewakan ke eks klub Klopp, Mainz 05. Tiga gol dia cetak di sini, sebelum musim baru 2024 pindah ke Brentford untuk lima tahun kontrak dengan nilai pembelian 20 juta pounds, dan bonus tambahan 5 juta lagi. Liverpool untung besar, untuk kategori pemain yang belum pernah sekalipun main di EPL. Saat pelatih Belanda menukangi Liverpool, ia justru harus pergi.
”Saya ingin bermain setiap pekan dan terus mengembangkan kemampuan diri saya,” kata Van den Berg.
Musim lalu, Van den Berg menjadi bagian dari tim Brentford yang nyaris mengalahkan Liverpool sebelum dua gol Darwin Nunez di menit-menit akhir menghancurkan hati pendukung ‘The Bees’.
Tak salah, Van den Berg menolak minat beberapa klub top Eropa termasuk Bayer Leverkusen. Juara Bundesliga itu tertarik merekrut Van den Berg demi mengantisipasi kepergian Jonathan Tah. Musim lalu, ia memperkuat Brentfordnya Thomas Frank sebanyak 35 kali di berbagai ajang.
“Saya senang kami bisa mendatangkan Sepp. Sepp adalah bek tengah yang punya level luar biasa dan berpotensi lebih hebat ke depannya. Dia cocok dengan kultur dan gaya main klub,“ ujar Manajer Brentford Thomas Frank.
Musim ini, Van den Berg telah bermain dalam kemenangan atas Aston Villa, Manchester United, dan West Ham, dan manajer baru Keith Andrews, pengganti Frank yang hijrah ke Spurs, jelas-jelas menyukai performanya.

Lain Sepp Van den Berg, lain kisah Fabio Carvalho. Warga negara Portugal 23 tahun rekrutan Klopp, pemilik 2 gol bersama Liverpool sebelum digadaikan ke RB Leipzig dan Hull City. Gelandang serang dan sayap kiri ini berpindah ke Brentford seangkatan dengan Van den Berg. Sejauh ini, sudah tiga gol koleksinya untuk tim berseragam merah putih itu.
Alasannya meninggalkan Liverpool sama: ingin menit berman yang pasti.
“Ke mana pun Anda pergi, bukan hanya sepak bola, tetapi juga kehidupan secara umum, seperti pekerjaan, Anda ingin pergi ke suatu tempat di mana Anda merasa dibutuhkan. Anda ingin pergi ke suatu tempat di mana Anda merasa menjadi bagian dari struktur tim, apa pun itu,” kata Carvalho.
Begitu pula dengan sepak bola, lanjutnya, “Saya ingin pergi ke lingkungan di mana saya menantikan untuk masuk setiap hari, bukan ketika saya bangun dan berpikir, ‘Saya harus masuk’.”
Dua mantan lain, Jordan Henderson dan Caomhin Kelleher join ke Brentford pada musim baru ini. Jordan Brian Henderson menghabiskan 13 putaran kompetisi di Liverpool. Dari era kepelatihan Kenny Dalglish, Brendan Rodgers, sampai Klopp. Menjadi kapten setelah kepergian Steven Gerard, meraih gelar juara Liga Inggris, Piala FA, dua Piala Liga, sekali Piala Champions dan dua lagi runner-up, medali perak Liga Eropa sampai juara Piala Super UEFA dan Juara Dunia FIFA Club World Cup.
“Saya mengatakan kepadanya bahwa saya ingin dia bertahan, tetapi kami berbicara tentang mungkin dia tidak akan bermain secara rutin,” jelas Klopp.
Jadi, di telinga dan pikiran Hendo, lanjut Klopp, “Dia pikir saya tidak menginginkannya di sana. Kalau saya bilang Hendo akan jadi pemain utama saya, dia pasti akan bertahan, tapi saya tidak bisa. Makanya lebih baik dia pindah. Tidak ada permusuhan sedikit pun. Dia tetap kapten tim Liverpool terbaik di era Liga Primer.”
Pada musim 2023, Hendo mencoba Liga Saudi bersama Al-Ettifaq, yang dilatih Gerrard. Hanya setengah musim, Januari 2024 ia memutuskan kembali ke Eropa, menjadi kapten Ajax Amsterdam. Lagi-lagi, hanya setengah musim, Hendo menyelesaikan kontraknya dan kembali ke Liga Inggris bersama Brentford.

Ingin main lebih teratur, itu juga visi hidup kiper Caomhin Kelleher. Jadi pelapis Alisson Becker membuatnya gerah. Meski ketika diberi kesempatan, Kelleher membuktikan dirinya juga jago. Terutama dalam urusan menahan tendangan penalti. Bahkan kiper Irlandia ini juga jadi penendang penalti penentu untuk kemenangan Liverpool 11-10 dalam tos-tosan lawan Chelsea di Final Piala Liga 2022.
Maka, ketika Liverpool mendatangkan penjaga gawang baru dari Valencia yang juga kiper timnas Georgia, Giorgi Mamardashvili, makin bulatlah tekadnya untuk pergi.
“Saya rasa tidak terlalu sulit bagi saya untuk meninggalkan Liverpool. Saya merasa keputusan ini untuk karier saya sendiri. Inilah saat yang tepat bagi saya untuk pergi, menjadi pemain nomor 1 dan bermain setiap pekan,” kata pria 26 tahun yang musim ini mencatat dua cleansheet dari 8 kali main sebagai kiper utama Brentford.
Zaman berganti. Pada suatu masa, Sunderland cukup banyak menerima lamaran dari eks pemain Liverpool, meski mereka tak main bersamaan. El Hadji Diouf, Fabio Borini, Sebastian Coates, dan Andrea Dossena. Juga pernah meminjam Javier Manquillo.
Tarik mundur ke era yang lain, Manchester City pernah memanfaatkan jasa eks Liverpool Robbie Fowler dan Craig Bellamy, sebelum mereka datang kedua kali sebagai idola Anfield. Tentu juga ada nama Raheem Sterling, yang di masa jayanya pergi dengan harga beli 49 juta pounds, menjadikannya pemain termahal Liga Inggris di usia 20 tahun.
Di kubu Aston Villa, punya rekam menggunakan keahlian Philippe Coutinho. Dipinjam dari Barcelona oleh coach Steven Gerrard, mantan rekan setimnya di Liverpool. Awalnya bagus, tapi performanya menurun setelah Gerrard dipecat. Kini, Cou yang berumur 33 tahun pulang kampung bermain di Vasco da Gama.
Nama-nama lain mantan Liverpool tersia-siakan yang diterima Villa -langsung maupun tak secara langsung kepindahannya- dari era Ray Houghton, Steve Staunton, Brad Friedel, Stephen Warnock, Emile Heskey, Joe Cole, hingga Danny Ings.
Selain menawarkan kesempatan bermian lebih, ada beberapa faktor lain mengapa Brentford kerap menerima mantan pemain Liverpool bekerja di klub milik Matthew Benham, pengusaha bursa taruhan dan penyedia riset statistik untuk penjudi profesional, itu.
Pertama, strategi transfer dan model bisnis Brentford dinilai tepat untuk ‘pemain yang belum jadi bintang top di klub besar’. Brentford punya reputasi melakukan perekrutan pemain dengan potensi, kemudian memberi mereka tempat dan kepercayaan. Liverpool mempunyai banyak pemain berbakat yang belum di-setting sebagai starter, bagi Brentford ini jadi peluang untuk mengasah Van Den Berg, Carvalho dan Kelleher.
Kedua, kecocokan gaya, karakter dan budaya klub
Brentford tampak memperhatikan ‘karakter’ dan mentalitas pemain ketika merekrut. Misalnya, pada Carvalho disebut bahwa ‘kemampuannya dan mentalitas untuk bekerja keras di bawah tekanan sangat bagus.’ Dengan eks-Liverpool yang terbiasa di lingkungan kompetitif tinggi, mereka bisa cocok dengan ekspektasi Brentford.
Ketiga, kondisi kontrak dan waktu yang tepat
Beberapa pemain dari Liverpool menuju Brentford saat kontraknya mendekati habis atau mereka bukan pilihan utama. Contoh Kelleher: dibeli ketika salah satu pihak tahu bahwa pemain ingin lebih sering bermain dan kontraknya di Liverpool tinggal satu tahun. Waktu seperti ini memberi kesempatan bagi klub seperti Brentford untuk mendapatkan nilai yang baik.
Keempat, Brentford membutuhkan pemain berpengalaman untuk meningkatkan level dan kedewasaan tim. Mantan kapten Liverpool berusia 35 tahun, Jordan Henderson, jelas direkrut oleh Brentford untuk menghadirkan pengalaman dan kepemimpinan di skuad mereka
***
Postcription: Brentford menang 3-2 atas Liverpool. Baik Kelleher, Hendersond dan Sepp Van Den Berg bermain penuh dan cemerlang membuat Liverpool kalah empat kali beruntun di Liga Primer 2025/2026.

