Dokter Lie dan Kapal Itu

Kiprah Lie Dharmawan sebagai dokter kemanusiaan yang melayani dengan rumah sakit kapal terapung sudah sering kita dengar. Tapi, tetap surprise langsung bertemu dengannya.

Sore itu, kami makan di Rumah Makan Ramadhany, Pantai Tembal, Bacan Selatan. Tak menyangka, di meja seberang ada rombongan dokter dan juga Kepala Dinas Kesehatan Halmahera Selatan Asia Hasyim.

”Itu Dokter Lie Dharmawan,” kata Pendeta Albert Efraim Kofit. Ketua Klasis GPM Pulau-pulau Bacan serta Koordinator Wilayah Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku di Maluku Utara ini menemani makan sore di pantai nan indah, tempat paling pas menikmati matahari tenggelam di pulau yang terkenal sebagai surga para pencinta batu akik.

Dokter yang dimaksud tak lain yakni Lie Agustinus Dharmawan, Ph.D, Sp.B, Sp.BTKV. Bernama Tionghoa Lie Tek Bie, lahir di Padang, Sumatera Barat, setahun setelah Indonesia merdeka.

Menamatkan S1, S2, hingga S3 di Jerman, ia dikenal sebagai pendiri Rumah Sakit Apung dr Lie Dharmawan sebagai floating hospital swasta pertama  di Indonesia. Di bawah Yayasan doctorSHARE, Rumah Sakit Apung (RSA) dr. Lie Dharmawan memberikan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma kepada masyarakat di daerah miskin dan terpencil di Indonesia yang tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan secara reguler.

Di sela-sela makan sore itu, kami mencegatnya. Dokter Lie bersemangat bercerita, baru saja bertemu seorang sangat kaya yang menyumbangkan uang miliaran untuk pekerjaan kemanusiaan ini.

Omong-omong, ini kapal keberapa, Dok?

“Wah, sudah kapal kesekian,” kata Dokter Lie. Tetap lincah dan bersemangat di usia 78 tahun.

Sebelumnya, saya membaca berita pada Juni 2021 Kapal Rumah Sakit Apung dr. Lie yang sedang berlayar dari Pelabuhan Tenau – Kupang menuju Torano, Sumbawa Besar – NTB, karam. Kapal itu baru saja menyelesaikan pelayanan medis di Pulau Semau, Kupang – NTT.

Rumah Sakit Apung merupakan program doctorSHARE yang dimulai pada 2013 untuk mengatasi kebutuhan masyarakat yang kekurangan akan fasilitas kesehatan di pulau-pulau terpencil Indonesia. Permasalahan kesehatan yang terkendala masalah geografis dan kondisi ekonomi.

Dibangun dari sebuah kapal kayu kecil, RSA dr. Lie Dharmawan telah berlayar melayani masyarakat di pulau-pulau kecil terpencil mulai dari barat sampai timur Indonesia, melakukan ratusan operasi mayor dan minor, serta memberikan pemeriksaan dan perawatan kesehatan untuk ribuan penduduk lokal. Kapal kayu ini menyediakan layanan medis dasar gratis seperti pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan gigi, operasi kecil & besar, serta pendidikan dan pelatihan kesehatan dasar untuk masyarakat di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).

Pembedahan dan pengobatan antara lain dilakukan di daerah terpencil seperti Kepulauan Kei Maluku, Pulau Panggang Kepulauan Seribu, Bangka Tengah, Belitung Timur, Ketapang dan Pontiank di Kalbar, Muna Barat Sultra, dan kini melayani Halmahera Selatan, yang wilayahnya terdiri dari gugusan pulau besar dan kecil. Aksi kemanusiaan ini baru saja memenangkan  penghargaan Zayed Sustainability Prize mengalahkan 5.890 nominasi lainnya.

”Saya pernah masuk ke pedalaman Papua, dan penduduk di sana keluar dari honai, rumah khas mereka, lalu menyapa dan mengatakan bahwa mereka kenal serta tahu pelayanan yang saya lakukan,” kisahnya.

Kami tak berjumpa lama, tapi saya masih bisa meminta waktu mendoakan Dokter Lie. Pak Pendeta Albert Kofit pun berdoa untuk kesehatan dan kelanjutan pelayanan rumah sakit terapung yang diawali sejak 2009 ini.

Dokter Lie sangat merendah saat saya menepuk beliau dan menyatakan harapan panjang umur, karena ”Negara ini sudah banyak berutang pada dokter.”

Ia hanya menjawab, ”Ah, jangan begitu. Saya hanya menjalankan tugas saya sesuai kemampuan yang Tuhan berikan.”

Selamat terus melayani, sehat dan dimudahkan semua, Dok…

Leave a Reply

Your email address will not be published.