Persahabatan saya dengannya sudah berjalan bertahun-tahun. Setiap saya ke Makassar, atau Hendra Nick Arthur ke Makassar, kami wajib saling memberitahu.
Sore itu, saya main ke rumahnya, komplek BTP. Bukan Basuki Tjahaya Purnama, tapi Bumi Tamalanrea Permai, salah satu permukiman tertua di kota ’Anging Mangiri’. Letaknya di tengah kota, satu kecamatan dengan Universitas Hasanuddin.
”Mas Jojo patok di Gojek alamat Masjid Al-Ikhlas BTP. Nah, rumah saya di depan gerbang masjid itu,” katanya. Rumah di depan gerbang masjid? Kebingungan itu saya sampaikan juga ke driver Gojeknya, tapi ya sudahlah, kita cari saja, sembari menerobos hujan sekitar 15 kilometer dari tempat saya menginap.
Hendra ada di rumah, bersama dua pasang anaknya. Sementara Fitri, isterinya, sedang mengikuti Connect Group (CG), alias pertemuan kelompok sel dari GMS. Kapan hari, Hendra berseloroh, ”Istri saya jauh lebih aktif secara kerohanian dibanding saya.” Lalu kami tertawa bersama. Menghabiskan pesanan nasi goreng campur dan kwetiau kiriman dari ojek daring.
Sebagian besar hidup Hendra dihabiskan di dunia jurnalisme. Dari reporter Bisnis Indonesia, Kabar Makassar, hingga memimpin situs berita Galigo.id Pernah juga ia menjadi Sekretaris Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sulsel dan Sekretaris Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) Sulsel.
Hendra bahkan pernah tembus jajaran eksekutif di Sulsel, menjabat Direktur Eksekutif pertama dari unsur media di Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Sulsel, yang kemudian naik menjadi Sekertaris Unsur Pengambil Kebijakan (UPK) BPPD Sulsel.

Sekarang, waktunya dihabiskan bersama keluarga, terutama dua putrinya yang lahir sebagai ‘bayi pandemi’. “Saya tak bisa pergi jauh lagi. Lola dan Cici ini selalu kangen ayahnya, begitu pula saya,” kata lulusan Universitas Hasanuddin ini. Tahun lalu, waktunya banyak dilewatkan mencari nafkah di ibu kota. Pindah dari rumah kos satu ke tempat tinggal lain. Kerja apa saja, dari konsultan, media, hingga menjadi teman bagi banyak orang.
Hendra tak habis bersyukur, ia baru saja diselamatkan dari kemungkinan terjerat kasus hukum. ”Tuhan baik,” begitu katanya berulang-ulang.
Dua anak pertama laki-laki. Yang sulung bersiap mencari kampus, Ola. Beda satu angkatan dengan adiknya, Mourindra. Keluarga ini percaya, Tuhan akan mencukupi kebutuhan hidup dalam tahun-tahun yang penuh tantangan ini.
”Senang juga bertemu dalam komunitas CG, bertumbuh bersama saudara seiman, yang sebagian besar merupakan pebisnis,” kata Fitri, pasangan hidup yang dikenal Hendra saat menjalankan tugas sebagai peliput di gedung parlemen Sulsel.
Selamat terus berjuang, Hendra dan sekeluarga. Tuhan sang empunya kehidupan akan memberkati di tahun penuh kemenangan ini.