Orang dengan Wajah Menyenangkan…

Buku ketiga belas Tere Liye yang saya baca. Judulnya, ‘Rembulan Tenggelam di Wajahmu’. 401 halaman.

Berkisah tentang lika-liku kehidupan. Dari nol, jatuh ke lubang paling dalam, bertemu kebetulan demi kebetulan, menjadi sukses dalam pencapaian karir, dan meninggal dalam kesendirian. Begitulah hidup.

Tapi, angle yang saya ambil bukan itu.

Ini kisah tentang seorang anak. Namanya Rehan Raujana atau Ray. Ia mengalami masa kelam. Ayah ibu yang begitu sangat menyayangi dan disayanginya meninggal dunia terpanggang dalam kebakaran sebuah komplek perumahan yang kemudian menjadi pusat perbelanjaan modern.

Maka, ia pun tinggal di panti asuhan. Hidup yang sangat kelam. Di bawah asuhan pengelola panti yang korup. Ia jadi maling, preman, dan penjudi. Hingga tidur di terminal, lalu pindah ke rumah singgah. Bertemu kehidupan baru yang lebih menyenangkan. Tapi tetap saja ia jadi berandal, petarung jalanan yang merugikan nasib teman-temannya.

Dan hidup berlanjut, sampai ia menjadi tukang batu yang dipercaya, jadi mandor, jadi kontraktor, dan jadi taipan ternama di ibu kota. Enam tahun menikah dan kembali sendiri.

Tapi, angle yang saya ambil bukan itu.

Di usia 60 tahun, masa akhir hidupnya, Ray bertemu dengan ’seseorang’ yang mengajaknya melakukan napak tilas perjalanan ke tempat-tempat penting dalam hidupnya. Figur itu disebut “orang dengan wajah menyenangkan”.

Orang dengan wajah menyenangkan itu pelan-pelan menjawab lima pertanyaan penting dalam hidupnya.

Pertama, mengapa harus menghabiskan masa kanak-kanak di panti asuhan itu?

Kedua, apakah hidup ini adil?

Ketiga, mengapa langit tega sekali mengambil istrinya? Kenapa takdir menyakitkan itu harus terjadi?

Keempat, mengapa semua yang ia miliki tidak pernah memberikan kebahagiaan seperti yang ia dapatkan saat enam tahun bersama istrinya? Padahal ia memiliki segalanya, memiliki banyak. Ternyata setelah sejauh ini, semuanya tetap terasa kosong, terasa hampa.

Kelima, mengapa ia harus mengalami sakit berkepanjangan selama enam tahun?

Kisah Ray, sosok dengan kekuatan ’kemampuan mengendalikan orang lain’ itu mengajarkan hal yang banyak dialami manusia. Dengan terus menambah imperium bisnisnya, ia justru merasa kosong. Hampa.

“Mirip sekali dengan anak kecil yang sudah memiliki mainan, saat melihat anak lain mendapatkan mainan baru, kau juga menginginkannya. Kau mirip sekali dengan kelakuan hampir seluruh orang yang pernah terlahir di muka bumi ini,” kata orang dengan wajah menyenangkan itu.

Hidupnya sama seperti hidup kita. Tidak pernah merasa cukup atas apa-apa yang dimiliki. Susah payah mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, tapi setelah bekerja, setelah melihat ada pekerjaan orang lain lebih baik, dia amat bernafsu mendapatkannya. Setelah mendapatkannya, melihat pekerjaan orang lain berikutnya yang sepertinya terlihat amat menyenangkan dibandingkan miliknya, dia bernafsu sekali lagi untuk mendapatkannya juga. Begitu seterusnya, terjebak dalam siklus mengerikan itu.

“Orang-orang yang terus merasa hidupnya kurang, tidak akan pernah merasa puas. Tapi orang-orang bijak, orang-orang yang berhasil menghaluskan hatinya secemerlang mungkin, membuat hatinya Bagai cermin, maka dia bisa merasakan kebahagiaan melebihi orang terkaya sekalipun,” ungkap orang dengan wajah menyenangkan itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published.