Beracara di Surakarta. Mengenali kemegahan tempat lokasi. Hotel Kusuma Sahid Prince di kawasan Pasar Kliwon.
Kusuma Sahid Prince Hotel (KSPH) berawal dari Ndalem Kusumayudhan, putra dari Pakubuwono X, bernama Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Kusumoyudo.
Konon, KGPH Kusumayudha sebenarnya direncanakan untuk menggantikan ayahandanya sebagai raja. Namun, karena ada saudara laki-laki lain yang lebih tua dari ibu yang lain, maka saudara yang lebih tua itulah yang dianggap lebih pantas untuk menduduki tahta. Sebagai gantinya, KGPH Kusumayudha diberi sebuah kediaman yang cukup besar dan luas oleh ayahandanya, yang kemudian terkenal sebagai Ndalem Kusumayudhan.

Ndalem Kusumayudhan dibangun di atas lahan yang luasnya kurang lebih 2 hektar, dengan ruangan-ruangan dan tempat yang disesuaikan untuk seorang pangeran beserta keluarganya yang besar.
KGPH Kusumayudha wafat pada tahun 1956. Setelah beliau wafat, Ndalem Kusumayudhan sempat ditempati oleh putra-putri dan keluarga beliau. Pada tahun 1961, rumah tersebut dijual oleh ahli waris kepada PT. IFCO.

Pada 1970, Ndalem Kusumayudhan dibeli oleh pendiri Sahid Group, Sukamdani Sahid Gitosardjono, yang mengubahnya menjadi hotel. Pembangunan hotel diresmikan pada 8 Juli 1977 oleh Menteri Perhubungan Ahmad Taher, dengan nama Kusuma Sahid Prince Hotel, dan menjadi salah satu hotel bersejarah di Surakarta.
Sebelum jatuh ke tangan Sukamdani, bangunan KSPH telah melalui proses perjalanan yang cukup panjang, namun beberapa pemilik saat itu belum ada yang cocok dengan KSPH.

”Selama dibeli oleh beberapa orang tersebut ga cocok, nah salah satunya Pak Effendi ini mimpi dikejar harimau yang artinya tidak cocok dengan aura di KSPH,” kisah Public Relation Kusuma Sahid Prince Hotel Solo, Tia Kristiyanti.
Setelah itu, Effendi menemui Pak Sukamdani ke Jakarta, kemudian ia mengucapkan ‘Ingkang cocok kagungan ndalem meniko panjenengan’.

Dalam bahasa indonesia kalimat itu diartikan, “Yang cocok memiliki bangunan Ndalem ini adalah anda,” ucapnya terhadap Pak Sukamdani.
Menurut Medium, salah satu daya tarik utama Kusuma Sahid Prince Hotel terletak pada arsitekturnya yang kental dengan gaya Jawa tradisional. Bangunan-bangunan di kompleks hotel ini mempertahankan elemen-elemen desain Ndalem Jawa, seperti pendopo (aula terbuka), joglo (bangunan utama), dan penggunaan material alami seperti kayu, menciptakan suasana yang autentik.

Selain mempertahankan fisik bangunan bersejarah, hotel ini juga melestarikan budaya Jawa melalui pelayanan dan suasana yang ditawarkan kepada para tamu.
Hotel ini mengalami beberapa kali perubahan nama. Pada tanggal 8 Juli 1995, bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-18, namanya sempat diubah menjadi Hotel Sahid Kusuma Raya, sejalan dengan program pemerintah untuk mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia. Bersamaan dengan perubahan nama tersebut, dilakukan penambahan fasilitas berupa 18 kamar extension dan unit kamar baru bernama Griyadi Sahid Kusuma, sehingga total kamar menjadi 121.

Namun, pada 8 Juli 2008, nama hotel kembali menjadi Kusuma Sahid Prince Hotel. Perubahan nama ini didasarkan pada alasan bahwa nama awal tersebut lebih kaya akan sejarah berdirinya hotel dan keterkaitannya dengan tokoh Pangeran Kusumayudha.
Kusuma Sahid Prince Hotel memiliki lokasi yang strategis di pusat kota Surakarta, dekat dengan berbagai tempat penting seperti Keraton Kasunanan, Pura Mangkunegaran, pusat perbelanjaan, dan tempat wisata lainnya. Lokasinya yang strategis, ditambah dengan nilai sejarah dan keunikan arsitekturnya, menjadikan hotel ini sebagai pilihan akomodasi bagi banyak tamu penting, baik dari dalam maupun luar negeri.

Beberapa tokoh terkenal yang pernah menginap di sini antara lain Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard dari Belanda, serta pejabat tinggi dan tokoh nasional seperti Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto. Bahkan beberapa perdana menteri dari berbagai negara seperti Perdana Menteri Myanmar Ne Wien, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad, dan Perdana Menteri Kamboja Norodom Sihanouk juga pernah singgah.
Salah satu kamar di hotel ini, Indraloka Royal Suite Room, yang merupakan bekas kamar raja, memiliki tarif sewa sekitar Rp15-18 juta per malamnya. Kamar ini juga menyimpan misteri menarik berupa bunker rahasia di dalam lemari hias.

Bunker ini dikabarkan memiliki jalur tembus ke Kali Pepe dan bahkan Pura Mangkunegaran, meskipun kebenarannya belum terkonfirmasi. Kusuma Sahid Prince Hotel merupakan salah satu properti pelopor dari Sahid Hotels & Resorts, divisi perhotelan dari Sahid Group yang didirikan oleh Sukamdani Sahid Gitosardjono.
Terakhir, Presiden kelima Megawati Soekarnoputri dan keluarga menginap di hotel inisaat acara ngunduh mantu Jokowi atas pernikahan Kaesang Pangarep. Ketua DPP PDI Perjuangan datang bersama putrinya, Puan Maharani serta anggota keluarga lainnya. Saat itu Megawati mendapatkan pelayanan khusus.

”Beliau stay di sini. Kita siapin dua kamar, satu untuk bu Mega satunya untuk mbak Puan. Ada dokter, ajudan dan lainnya,” kata Tia.
Sesaat sebelum pulang, saya berkeliling ke beberapa lokasi khusus hotel ini. Ada foto kenangan saat presiden kelima Megawati Sukarnoputri menginap. Juga kamar serta ruang mandi khusus untuk naratama alias VVIP. Masih terliihat suasana kerajaan khusus di sana.
